Hari ini adalah hari dimana Sila akan kawin ama lakinya. Gue udah dandan secantik yang gue bisa. Maklum lah yah, gue kan jarang nyentuh barang itu sewaktu SMA.
"udah cantik kok," tiba-tiba Arsen berdiri di belakang gue dan itu sangat dekat, hm, mungkin cuman 5 cm dari tengkuk gue. Dag dig dug ser ini hati eneng bang yallah.
"emang aku pernah jelek iya?"
"pernah, setiap saat malahan," jawab Arsen lalu mengenakan anting mutiara di telinga kiri gue.
"idih, kalau gitu jan nikahin aku aja. Pergi sono!" usir gue yang udah kesal ama kelakuan itu orong-orang.
"aku berharap kamu jelek di setiap saat, karena aku nggak suka kecantikan kamu itu di lihat dan di nikmatin ama cowok lain di luar sana," Arsen melingkarkan tangannya di perut gue, geli sih kayak ada cacing-cacing nya gitu.
"woi! Buruan Va!" si Raina merusak momen romantis gue aja. Dasar. Dia main masuk-masuk sembarangan ke kamar gue. "anjir, zina mata ya Allah," lanjut gadis itu setelah mendapati posisi gue dan Arsen yang yah begitulah.
"heleh zina apanya? Orang lu sarapan, makan siang, makan malem lauknya bokep mulu, sok iye deh," ejek Arsen terlihat sewot. Oh jadi gini ya enaknya punya pendamping hidup itu, jadinya nggak perlu banyak bacot.
"ish lu tuh kalau ngomong suka bener, ya dah itu di tunggu temen-temen yang lain di bawah, jan bikin dedek dulu sekarang!" Raina membanting pintu lalu hilang lenyap tak terlihat.
"ya udah yuk," gue langsung ngangguk dan melingkarkan tangan gue di lengan si Arsen.
...
"weleh selamat yah, udah nikah aja lu. Maunya pingin berapa anak nih?" tanya Aysa kepada Sila dengan smirk di wajahnya. Itu Aysa nggak kenal tempat bat deh. Inget Sa ini tuh di pesta pernikahan, bukan di kolong jembatan, jadi jaga omongannya kek.
"hm, gue sih 2 aja cukup," lah komplak emang, si Sila dengan penuh percaya diri menjawab secara terang benderang di hadapan suaminya. Btw gue mau wadol ini, nama suaminya Sila itu kayak merek HP paling mahal gitu sih. Vivo. Unik yah. Iya banget malahan.
"berarti disini yang belum nikah cuman si Silva doang kan yak? Kasian, belum punya anak," ucap Alya yang kini sudah bunting anaknya Dickin.
"serah dah," bdmd kan jadinya. Ish dasar Alya, ahli bat kalau ngehancurin mood orang! Aku tuh nggak bisa di giniin.
"selamat ya Sil," Tania dan Yaya kini turut hadir di peresmian toko semvak Sila. Maksudnya pernikahan Sila.
"iya Tan, Ya, makasih yah," sahut Sila di iringi senyum semanis tanah. Tania dan Yaya bahkan udah gandeng 2 anak di tangan kanan dan kirinya. Huft, dasar guenya aja yang move on kelamaan.
"tuh, udah pada punya anak, lu-nya kapan Va?" Nilna menyenggol bahu gue dan dengan secepat kilat gue ngundurin diri dari profesi bully di antara kecoa pasar itu dan memilih pergi ke tempat yang sedikit sepi.
"Va, lu sendirian aja?" tanya Zaky yang nggak tahu sejak kapan ada di samping gue dan bar minum. Gue cuman senyum kucing aja ke cowok yang dulu jujur pernah gue suka di waktu SMA.
"gue denger-denger besok lo mau married ya ama Arsen?" tanya Zaky lagi. "iya," jawab gue singkat. Sedangkan si Zaky hanya ber-oh ria aja. Kan kunyuk gue udah berusaha beraniin nyali biar nggak baper lagi ama si Zaky, dianya cuman oh doang!
Tiba-tiba ponsel gue berdering. "iya hallo. Kamu dimana sih Sen?" tanya gue saat tahu yang nelfon itu casu gue.
"ini gue Va, Arsen berantem sama geng nya Fahri di samping gedung pernikahan Sila," terdengar suara Dev yang sedikit panik dan di rundung kekhawatiran. Aduh, Arsen ngapain lagi. Dengan cepat gue lari ke samping gedung pernikahan dan benar saja di sana Arsen sudah tepar tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love Comedy Class (COMPLICATED)
AléatoireDunia nggak selamanya antara hidup dan mati bukan. Hidup seorang Silva Nanda Syara begitu berwarna saat bertemu dengan orang yang very yunik di kehidupannya yang amburadul. Kejonesan yang ia alami seakan tak berwujud adanya karena seluruh teman dar...