5. Crying

1.9K 134 30
                                    

Remake : CRYING Ss2
By : Nurtinichan

Title : CRYING
Main cast : Mean Phiravich
Gendre : Percintaan,Romance
Warning : boylove,boyxboy,

Phiravich House
.
.
.
.

Sesampainya Plan di rumahnya Plan langsung berlari ke kamarnya setelah membanting pintu dan mengunci kamar miliknya. Lututnya lemas hingga Plan pun terjatuh di antara kasur miliknya, menelungkupkan dirinya antara bantal dan kasur miliknya sambil menangis pilu.
Hatinya sakit mengingat kembali suaminya yang sedang bercumbu dengan wanita lain di belakangnya. Inikah alasan kekhawatiran nya selama ini. Hal yang begitu ia takutkan mengenai suaminya benar-benar terjadi.

"Hiks ... hiks ..." tangis Plan.

"Meanie," lirih Plan pedih.

"Ke-kenapa? Hiks ... Kenapa rasanya sakit sekali! Hiks ..."

"Selama ini aku percaya padamu, inikah balasannya untukku atas rasa khawatir ku selama ini.
Aku sangat mencintaimu, tapi kenapa kau menduakan rasa cintaku itu. Aku membencimu Meanie, aku membencimu!" parau Plan dibalik lungkupan wajahnya.

Tok

Tok

Tok

"Planie, kau di dalam?"

"Planie, kumohon buka pintunya.
Aku akan menjelaskan semuanya Plan, kumohon buka pintunya," kata Mean menggedor-gedor pintu kamarnya bersama Plan.

Plan menatap pintu kamar yang dia kunci dengan pandangan kosongnya. Hatinya terlalu sakit saat ini. Ia tidak ingin bertemu siapapun termasuk suaminya Mean yang sudah menorehkan luka padanya.

"Hiks ... hiks ..."

Lagi-lagi Plan hanya bisa menangis. Hatinya benar-benar sakit. Plan benci pada dirinya sendiri karena terlalu pecundang karena tidak berani mendengarkan penjelasan suaminya sendiri. Plan takut bila harus mendengar penjelasan suaminya yang seandainya mengatakan bahwa Mean mulai bosan padanya ia sangat takut. Lebih baik ia mengurung dirinya di dalam kamar daripada harus melihat wajah suaminya dan mendengarkan penjelasannya yang beberapa saat lalu menyakitinya. Untuk saat ini Plan hanya ingin sendiri, merenungkan kesalahan apa yang ia perbuat sehingga suaminya memilih selingkuh di belakangnya. Hanya itulah yang bisa Plan pikirkan saat ini.

Tiga hari kemudian

Selama tiga hari Plan masih betah mengurung dirinya di dalam kamarnya. Ia merasa enggan keluar kamar bahkan hanya sekedar mengisi perutnya yang sudah tiga hari berturut-turut sama sekali tidak terisi oleh makanan apapun.

"Plan, tolong keluarlah. Ku mohon jangan menyiksa dirimu dan bayi yang ada di dalam perutmu hanya karena diriku.
Maafkan aku, Planie, aku menyesal. Ku mohon keluarlah.
Sudah tiga hari kau tidak makan apapun Plan. Kumohon, setidaknya pikirkanlah bayi kita itu Plan. Aku tidak apa-apa jika kau membenciku, tapi ku mohon jangan menyiksa diri kalian," kata Mean sudah tiga hari berturut-turut mencoba membujuk Plan yang enggan keluar kamar.


Plan mengelus perut buncitnya yang terlihat semakin membesar setiap harinya dengan pandangan sayunya.

"Baby, Maaf. Mae merasa bersalah karena ikut membawamu ke masalah ibu. Maaf karena Mae tidak memberi asupan gizi padamu. Kau pasti lapar kan?" lirih Plann memandang perutnya hingga bayi yang berada di kandungannya tidak terasa menendangnya.

"Maaf!" sesal Plan.

"Setelah ini ayo kita makan. Ibu tidak mau bayi ibu lahir nanti tidak sehat," getir Plan mencoba berdiri bertumpu pada tempat tidurnya.

Cklek!

Pintu terbuka menampilkan sosok wajah Plan yang sedikit memucat dari biasanya.

"Planie," panggil Mean hendak mendekat.

"Jangan mendekat," seru Plan.

"Pergilah. Aku masih ingin sendiri," sambung Plan berjalan menuju dapur dan menemukan bibi Zaa yang sedang mencuci piring kotor.

"Bibi Zaa," panggil Plan begitu pelan dan tak bertenaga.

Meskipun pelan wanita berumur itu masih bisa mendengar suara Plan yang memanggilnya.

"Astaga, Tuan," kejut wanita berumur itu melihat wajah pucat majikannya yang sudah tiga hari tidak keluar kamar.

"Tuan, duduk dulu," wanita berumur itu pun membantu Plan untuk duduk di salah satu kursi yang ada di dapur itu.

"Apa Tuan ingin sesuatu?"

"Iya. Tolong buatkan coklat panas untukku serta roti panggang saja," ujar Plan tersenyum kecil.

"Kenapa wajah Tuan begitu pucat? Saya buatkan bubur saja ya Tuan, beserta susu khusus ibu hamil bagaimana?"

"Terserah Bibi Zaa saja," kata Plan.

"Tunggu sebentar ya tuan," Plan hanya mengangguk kecil sebagai jawaban karena jujur tubuhnya begitu lemas saat ini.

Tidak jauh dari sana Mean memandang wajah pucat istrinya. Dalam hatinya terbesit rasa penyesalan yang amat besar di hatinya. Ia tidak menyangka akan menyakiti perasaan istrinya beserta calon bayinya sampai seperti ini. Hingga ia pun bertekad untuk mengakhiri hubungannya dengan Neena.

"Maafkan aku, Planie. Aku akan segera mengakhiri semuanya bersama Neena," gumam Mean.

"APA! Mengakhirinya?" teriak seorang gadis di sebuah restoran yang sudah menjadi langganannya bersama sang kekasih yang tak lain adalah Mean.

"Iya Neena. Maafkan aku! Aku tidak mau menyakiti perasaan istriku lebih dalam lagi. Sudah cukup sampai di sini hubungan kita," jelas Mean kepada gadis yang tak lain adalah Neena.

"Tidak! Aku tidak mau. Aku sudah terlanjur mencintaimu, Mean," ujar Neena mencoba menarik tangan Mean namun dengan cekatan Mean menjauhkan tangannya dari Neena.

"Maafkan aku, Neena. Semua ini tidak benar. Aku sudah punya istri dan kau pun tau itu,"

"Tapi aku tidak mau hubungan ini berakhir. Selama kita saling mencintai semuanya sah-sah saja bukan?" keukeuh Neena dengan tidak tahu dirinya.

"Tapi maafkan aku. Aku tidak mencintaimu lagi. Aku hanya mencintai Planie istriku yang dengan bodohnya aku khianati," jelas Mean lagi.

"Tapi-"

"Maafkan aku, Neena, aku harus pergi. Aku harus menjelaskan semuanya kepada Planie," setelah itu Mean benar-benar pergi meninggalkan Neena yang mengepalkan kedua tangannya.

"Lihat saja nanti kau akan kembali ke dalam pelukanku," tekat Neena.



TBC

Thor ikut mewek tak kuat lihat baby Plan sesedih itu😢😢

Publish : 31-03-219

CRYING Season 2 "MeanPlan Ver" ✔  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang