Kaisar Wu Chun Ying baru saja memenangi perang dalam memperebutkan provinsi MingChu yang merupakan perbatasan barat kerajaan MingWu melawan kerajaan YangShi, buru-buru pulang ke kerajaan saat mendapatkan kabar putri kesayangannya meninggal dunia karna patah hati di tolak oleh pangeran Xu Ming Lan dari kerajaan ZhaoXu.Sepanjang perjalanan rahang kaisar Ying mengeras, kulitnya yang kuning langsat kini berubah menjadi merah padam menahan gejolak amarah yang bertalu-talu dalam benaknya. Darahnya mendesir hingga keubun-ubun, luapan amarahnya hampir meledak namun sekuat tenanga ia tahan. Kaisar Ying tidak boleh nampak lemah disaat seperti ini, ia tidak boleh larut dalam emosinya walaupun hati kecilnya menjerit untuk segera menghabisi kerajaan ZhaoXu.
Di saat seperti ini ia tidak boleh gegabah, kaisar Ying harus tenang dan mengikhlaskan kepergia putri kesayangannya agar ia tenang di alamnya.
Kaisar Ying menarik kekangnya dan memacu kudanya semakin kencang, wajahnya kini dingin dan datar namun pancaran matanya memancarkan kesedihan teramat dalam.
Kaisar Ying membela kerumunan rakyat yang bersujud menagisi kepergian putrinya di pinggir jalan, melihat hal itu kaisar Ying semakin terpukul dan semakin di tampar oleh kenyataan kalau putrinya benar-benar pergi meninggalkannya mengikuti mendiang istrinya.
Walaupun terus menangkal kenyataan bahwa berita yang di dapatinya hanyalah sebuah kebohongan namun saat ia sampai di istana, tepatnya di halaman aula kerajaannya dimana para mentri dan pejabatnya bersujud, meraung dan menangisi putrinya. Kaisar Ying hampir saja jatuh karna goyah jika saja tubuhnya tak segera di tangkap oleh jendral Mo Lian Wei.
Mata kaisar Ying memanas, perlahan cairan bening jatuh membasahi kedua pipinya. Terakhir kali ia menangis saat istrinya meninggal dunia 15 tahun yang lalu saat usia putrinya berumur 4 tahun.
Kaisar Ying di papah oleh jendral Wei menuju aula utama kerajaan, kaisar Ying bahkan begitu rapuh bahkan untuk melangkah pun ia merasa begitu lemas. Hatinya begitu sakit, trauma akan kehilangan orang-orang yang ia sayangi dan cintai kini kembali terbuka.
Perih dan sakit yang bertubi-tubi menghantamnya. Kaisar Ying menangis tanpa suara dan menaiki satu persatu anak tangga, ia tak ingin meraung dan menjerit sebab itu semua tidak akan mengembalikan putrinya.
Saat tiba di depan pintu aula, kaisar Ying tertengun begitu pula dengan jendral Wei saat pandangan mereka tertuju pada putri Wu Mei Yin nampak baik-baik saja duduk di dalam peti matinya.
"A-apa yang terjadi?" Tanya jendral Wei pada seorang kasim dekat pintu masuk.
"Yang mulia putri tiba-tiba bangun dari peti matinya saat beberapa jam lalu tabib kerajaan menyatakan yang mulia putri telah meninggal dunia karna racun yang di minumnya" jawab kasim tersebut.
"Tidak mungkin!" Gumam jendral Wei
"Yang mulia, mungkinkah ini sebuah mujizat?"
.
.
.
.
.TBC
Written on Mar 30th, 2019
Jendral Wei : Thory itu mujizat kan?
Me : Serah luh deh mau berangapan apa 😒 padahal itumah keberuntungan tak di sengaja, lagian dalam tubuh putri Mei Yin bukan jiwanya lagi melainkam jiwa orang lain ( gumam thory lirih )
Jendral Wei : Thory bilang apa yah? Kok nggak dengar
Me : Kamprettt, capek-capek gomong ternyata situ budek yak 😡😤😤
Jendral Wei : hehehe maaf thor! *auto mode kabur*
* * * * *
Masih lanjut?Atau
Udahan? 😂
Tolong tandai typonya 😄
Vote + komen bila suka 💕
Jangan lupa share pada teman-teman kalian kalau cerita ini layak di baca 😉Terimakasih 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Empress Xie [Sudah Di Ebookkan]
Fiksi SejarahWARNING ⚠ [CERITA TELAH DI HAPUS BEBERAPA PART. JIKA INGIN MEMBACA SECARA LENGKAP, SILAKAN BELI E-BOOKNYA DI GOOGLE PLAY] . . . Follow me 😉💕 Written on Mar 30th, 2019 * Bagaimana rasanya, jika tiba-tiba saja kau terbangun dari sebuah peti mati dan...