Empress Xie : 31

6K 491 21
                                    


"Mei Yin, untuk hari ini kita tunda saja latihannya. Kembalilah kekediamanmu dan berkemas sebab saat matahari mulai terbenam kita akan berangkat" kata mentri DiWei memecah keheningan yang terjadi di ruang makan istana emas saat ini.

Mei Yin meneguk tehnya lalu mengangguk mengerti, ia lantas berdiri dan membungkuk memberi hormat sebelum undur diri.

Saat di perjalanan pulang menuju kediamannya, Mei Yin terus berpikir alasan kakeknya memintanya tinggal di manor pamannya selama tiga bulan dua minggu padahal acara festival itu akan di selengarakan kurang lebih empat bulan lagi. Jika Mei Yin tinggal selama tiga bulan dua minggu di manor pamannya, ia akan kembali ke istana dan hanya jeda  seminggu baginya istirahat sebelum melakukan perjalanan yang memakan waktu lima hari menuju kaisar Ming, dua hari akan dipergunakan mereka untuk membangun tenda masing-masing kerajaan.

Mei Yin menghela nafas lelah, ia terlalu pusing untuk memikirkan alasan di balik permintaan kakeknya dimana ayah bahkan pamannya pun tidak tahu penjelasan detailnya. Selain itu ia juga di pusingkan dengan rengekan putra mahkota Zao yang tiba-tiba sikapnya berubah seperti anak kecil yang sangat manja dan cengeng tak ingin di tinggal.

"Masih banyak waktu, kurasa aku akan istirahat sejenak sebelum berkemas. Aku butuh mengistirahatkan seluruh tubuhku terutama otakku yang sedari tadi berpikir cukup keras, haruskah aku berendam saja? Mungkin dengan berendam aku bisa sedikit tenang".

* * * * *

Hari sudah sore, sebentar lagi tugas mentari kan berakhir. Goresan-goresan perpaduan warna jingga, merah dan kuning tengah memenuhi langit sore yang nampak cerah namun tak secerah dengan raut wajah dan perasaan putra mahkota Zao yang tengah dilanda mendung dengan guntur serta kilat yang menyambar.

Sejak kehadirannya di kamar adiknya satu jam yang lalu, ia terus saja menampilkan wajah cemberut, wajah yang di tekuk dalam atau bahkan memberi tatapan memelas.

Segala rayuan, bujukan dan ancaman ia lontarkan pada Mei Yin yang sibuk mengemas beberapa pakaiannya yang mana ia di bantu oleh Jiao Zhu dan Qiao Xe yang akan menemaninya ikut tinggal di manor pamannya.

"Mei mei, untuk kali ini saja kau menolak pada ayah untuk dikirim kemanor paman" pinta putra mahkota Zao

"Kau setidaknya hanya diam seperti ini saja, kau harus bertindak dan menyuarakan bahwa kau tidak ingin pergi!"

"Ayah akan maklum dan mendengarkan perkataanmu, jangan berpura-pura patuh dan baik-baik saja karna tak ingin ayah kecewa. Ku mohon mei mei katakan pada ayah bahwa kau hanya ingin disini, aku hanya ingin berlatih di sini. Kau tak tahu kakek sangat dingin dan kejam, yang paling penting kakek tidak pernah pandang bulu. Aku khawatir kakek akan menyiksamu disana, ku mohon mei mei tetaplah di sini dan jangan pergi" kata putra mahkota Zao dengan menatap Mei Yin dengan tatapan memelas.

Mei Yin menghela nafas lelah, ketenangannya hanya berlansung beberapa jam. Sekarang ia harus kembali di buat pusing dengan putra mahkota yang tidak pernah lelah dan berhenti memintanya untuk menolak dan membangka.

"Bagaimana gege tahu kakek dingin, kejam dan tak pandang bulu? Gege pernah melihatnya?" Tanya Mei Yin yang langsung mendapat gelengan dari putra mahkota Zao.

"Semua orang mengatakan hal itu!" Balas putra mahkota Zao.

Mei Yin memutar bola matanya malas, ia lantas berdiri dan duduk di samping putra mahkota Zao yang tengah duduk di pinggiran peraduannya. Mei Yin menyerong posisi duduknya sedikit kesamping dan menatap putra mahkota Zao dalam tak lupa kedua tangannya memegang kedua bahu saudaranya itu.

"Gege apakah anda yakin dengan apa yang dikatakan semua orang tentang kakek?" Tanya Mei Yin yang membuat putra mahkota Zao bungkam karna tak mampu menjawab sebab ia juga meragukan rumor tersebut.

"Apa yang mereka katakan hanyalah rumor, jika memang itu bukan rumor apakah ada bukti?" Tanya Mei Yin lagi.

Hening.

Mei Yin menghela nafas lelah untuk kesekian kalinya ia keluarkan hari ini "kita boleh saja percaya dengan apa yang orang lain katakan, tapi gege akan lebih baik jika kita mempercayai sebuah rumor yang di barengi dengan bukti yang kuat" jeda Mei Yin "kita sebagai seorang pengamat dan pendengar harusnya tidak hanya melihat satu sisi dan mulai memutuskan baik buruknya seseorang, sebab masih ada sisi lain yang belum kita jamah sama sekali. Bisa jadi apa yang di anggap buruk oleh orang lain malah kita anggap baik, dan bisa jadi apa yang kita anggap buruk di anggap baik oleh orang lain". Kata Mei Yin tersenyum lembut di akhir kalimatnya.

"Gege semua orang memiliki penilaian dan pendapat yang berbeda-beda, jangan mudah mengatakan sesuatu yang belum terbukti adalah hal yang benar. Gege harus membuktikannya sendiri dengan melihatnya dengan mata kepala gege sendiri sebelum mengambil kesimpulan, lagi pula aku sama sekali tidak keberatan di kirim ke manor paman!" Lanjut Mei Yin

Putra mahkota Zao hendak menyuarakan protes dan ketidak sukaannya namun Mei Yin lebih dulu memotong, sehingga kalimat yang hendak ia keluarkan tertahan di tenggorokan.

"Sebab, mungkin saja ini demi kebaikanku. Jadi aku harap gege menerima keputusanku ini, agar saat pergi nanti aku bisa tenang" tambah Mei Yin.

Putra mahkota Zao menatap Mei Yin dalam, dari pancaran mata adiknya ia menemukan bahwa Mei Yin bersungguh-sungguh dengan perkataannya dan dengan terpaksa ia mengangguk dan hal itu membuat Mei Yin senang lalu lantas menubruk tubuhnya dan memberi pelukan perpisahan.

"Terimakasih gege, aku menyayangimu" kata Mei Yin.

"Gege juga menyayangimu mei mei" balas putra mahkota Zao membalas pelukan adiknya.

Dalam pelukan putra mahkota Zao, Mei Yin berharap tiga bulan dua minggu kedepan semuanya akan baik-baik saja. Semoga~~~

.
.
.
.
.
.

TBC

Written on Apr 10th, 2019

Tolong tandai typonya 😄
Vote + komen bila suka 💕
Jangan lupa share pada teman-teman kalian kalau cerita ini layak di baca 😉

Terimakasih 😘💕

Empress Xie [Sudah Di Ebookkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang