zavier / a mother's love

3.4K 511 136
                                    

Vote dan spam comments jangan lupa!!

***

Sedikit cerita tentang pertama kali gimana gue, Nicho, Sean, dan dua teman gue yang lain, Brian dan Dio bisa bersahabat. Gue gak begitu cerita banyak tentang mereka karena mungkin gue terlalu sibuk cerita soal Keisha sampai gue mengesampingkan kenyataan kalau mereka sama pentingnya dengan Keisha.

Berawal dari Dio yang merupakan temen satu pleton gue di ospek Fakultas Teknik bahkan ospek jurusan Teknik Perminyakan. Lalu Nicho dan Brian yang bersahabat dari SMA sampai Sean juga ikut nongkrong bareng. Lucunya, terlepas dari background kita berlima yang berbeda jauh.. Perbedaan itu yang bikin kita satu.

Mulai terasa persahabatan kita kuat ketika Brian harus menerima kenyataan kalau orang tuanya harus bercerai dan ibunya gak lama meninggal dunia. Brian harus menemani Ayahnya yang depresi karena merasa bersalah dan menyalahkan diri akibat kematian mantan istrinya. Dari tingkah Sean yang masih maba waktu itu, Nicho yang mengajak kita semua bernyanyi dengan gitarnya, bahkan Dio.. Si pendiam yang gak begitu sering bicara.. Juga ikut membantu dengan mengantarkan Brian dan Ayahnya pergi kemanapun Ayahnya mau pergi, kadang gue juga ikut. Ayahnya Brian ini seneng banget traveling, jadi kadang gue, Dio, dan Brian suka nemenin beliau meskipun hanya ke Puncak, Bogor, Bandung, bahkan pernah ngide sampai Semarang karena Ayahnya Brian kepingin lumpia di Semarang.

Ada juga peristiwa ketika Nicho hampir gak bisa kuliah karena perusahaan Bapaknya bangkrut sampai harus dilikuidasi. Sean yang paling kaya di antara kita semuanya membantu masalah finansial, Dio di akademis karena meskipun Nicho beda jurusan.. Ada beberapa yang Dio mengerti, dan gue bantu Nicho cari kerja bareng gue.

Kalau dibilang sayang atau enggak gue dengan mereka, tentu gue sayang. Tapi gue berbeda dengan Keisha yang bisa cipika-cipiki dengan teman-temannya dan bilang sayang. Gue cuek aja kalau temen-temen gue punya masalah kecil kayak nilai jelek atau berantem dengan pacar. Namun, sekalinya butuh. Gue ada. Pasti akan selalu ada.

Di tongkrongan, cuman cewek-cewek yang kita anggap serius yang bisa duduk di kursi kayu panjang tongkrongan. Dio yang gak pernah bawa cewek sama sekali. Brian... Harus banyak seleksi karena dia yang paling banyak ceweknya. Nicho dari awal udah ngebawa Jasmine dan Sean membawa Karen ke tongkrongan juga baru beberapa bulan yang lalu.

Sekarang. Keisha yang dateng.

"Woi, Zavier! Eeeet, siapa nih cewek?"

Keisha tersenyum ke arah Brian, "Kak Brian ya? Aku Keisha." Sambil mengulurkan tangannya.

"Brian. Eh, udah tau ya nama gue tadi? Zavier cerita apa aja nih?" Brian menyambut uluran tangan Keisha.

"Apa ya? Gue taunya cuman ini Kak Brian, Nicho sama Sean gue kenal, sama.. Kak Dio!"

Dio yang lagi mengetik sesuatu cuman tersenyum sekilas ke arah Keisha. Tadi gue udah bilang sama Dio kalau kita akan sama-sama mengerjakan beberapa berkas untuk kita bawa ke kantor Petroleum cabang Jakarta. Gue duduk di samping Dio, setelah menepuk pundak pacar gue yang sibuk ngobrol dan ketawa bersama Brian, Nicho, dan Sean.

"Bro, gimana? Gue udah kelar semua cuman paspor gue-"

"Zav, kalau gue gak jadi berangkat.. Gimana?"

Deg. Kaget gue.

Diterima ke perusahaan ini bukan karena pure kemampuan gue. Dio merupakan salah satu anak magang Petroleum yang sudah dapet kontrak sebagai karyawan tetap. Gue sendiri bisa keterima karena bantuan Dio. Ketika gue masih banyak yang harus diurus, Dio udah tinggal ngurus perintilan kecil doang.

Makanya.. Ketika dia kepikiran untuk batal berangkat..

"Kenapa?"

"Semalem nyokap nelfon pas kita lagi nongkrong di Hide," semalem gue memang ke bar untuk minum setelah manggung di Sky Hall bareng Dio, "Dhandi ketangkep lagi."

Reality [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang