BONUS PART: i.

760 93 8
                                    

Keisha

Gue susah payah menghadapkan diri gue ke suami gue, iya.. penekanan ke kata 'suami', yang malah menutup mata setelah pulang kerja. Nggak ada senyum-senyumnya, nggak ada cium apa kek, nggak ada sayang-sayangnya.

Memasuki usia kandungan ke-5, badan gue jadi susah gerak. Gak usah ditanya gue naik berapa kilo, tapi gue udah gak secantik pas gue mudaan dulu. Ya meskipun gue juga gak tua-tua amat, gitu deh! Gue ngerasa gue tua.

"You're hovering," ujar Zavier dengan mata tertutup. "Dan aku tau kamu manyun."

"Belum dicium."

Zavier membuka matanya, langsung mencium gue sekilas dan menghadapkan badannya ke gue. "Kenapa sih?"

"Dedek kangen."

"Lah kan udah dijenguk kemaren?"

Gue memutar bola mata. "Ya iya dijenguk."

"Terus?" Zavier bertanya, "Kemaren juga maminya keenakan pas aku lagi jenguk anaknya?"

Gue memutar bola matanya. "Eh gue gak lagi minta jatah ya! Elus-elus kek, apa kek, cium perut gue kek!"

Zavier tertawa kecil, badannya condong ke perut gue sambil mengecupnya. "Hiii, dedek denger ya? Masa papi dimarahin sama mami terus. Nanti kalau dedek udah bisa main sama papi, kalo mami ngamuk.. kabuuuurr!"

Gue mencubit pipi Zavier. "IIIIIH! Kok gitu sama aku?"

"Aduuuh! Sakit." Zavier memegang pipinya dan langsung tiduran lagi. "Bercanda, sayang.."

Gue dipeluk Zavier dengan satu tangan, satu tangannya lagi menggenggam tangan gue. Meskipun gue lagi kayak gini, suami gue tetep jadi pekerja keras. Don't get me wrong, I am a hardworker too. Cuman kalo lagi jompo, gue istirahat. Nggak bisa separah tahun-tahun sebelumnya.

Intensitas jalan-jalan gue juga kurang. Pasca nikah, kita sempet tur dari Sabang sampai Merauke. Selesai menyusuri Sumatra dan Jawa, mau ke Bali, gue malah tekdung tes! Seneng sih gue tau gue hamil di Bali, kota favorit gue di Indonesia.

"Kita kan baru mau tau gender si dedek, kira-kira dia cowok apa cewek ya?"

"Nendangnya sih cowok ya," ujar gue.

"Kalo cowok... Jagain kamu. Kalau cewek, jadi sahabat kamu. Duh lucu banget kalo ada dua orang yang kayak kamu di rumah."

"Masalahnya kamu aja jarang di rumah."

Hening.

Gue suka moody, bete, karena suami gue ke rig bisa sebulan terus stay bentar di Jakarta dan balik lagi. Gue pengen banget dia stay di Jakarta throughout my pregnancy. Masa gue harus sama Anya dan Mas Fathan?

"Aku kerja..." ujarnya dengan nada merayu. "Bukannya aku kayak... sinetron gitu. Aku tau ya kamu nih kadang mikir aku kayak sinetron yang kamu tonton. Yang selingkuh sana-sini. Aku kerja, biar dedek bisa jajan robot yang banyak."

"Kamu di sini sampai kapan?"

"Tiga hari."

Gue mencetuskan ide brilian, "Ke pantai yok?"

"Hah?"

"Aku yang nyetir deh."

"Keisha."

"Aku pengen liat laut." Cetus gue, "Aku udah lama ga jalan-jalan ya sama kamu. Tiap kamu di rumah, kamu tidur terus. Iya sih kadang makan bareng tapi kita udah gak jalan-jalan kayak dulu."

"Iya boleh.." Zavier mengelus lengan gue. "Ke pantai? Apa nggak hujan?"

"Ya udah kalo ga mau."

"Bukan gak mau, kan musim ujan. Kamu ntar sakit."

Reality [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang