keisha / a fear

3.3K 464 85
                                    

VOTE COMMENTNYA GENGGEZ

***
Ketika Zavier sudah keluar dari kamar gue (dan pakai baju, ya kali gue biarin dia jadi objek fantasi suster-suster di rumah sakit) , Mama bilang mau ngajak gue bicara. Gue seperti biasa memasang cengiran iseng gue, siapa tau lepas dari omelan dan amarah beliau. Doa gue cuman satu, pas muda seenggaknya Papa pernah minimal ngajak Mama bermain-main.... Ya tau lah ya maksudnya bermain itu apa.

"Keisha.. Mama tidur di sebelah Keisha boleh gak?"

Gue dan Mama badannya hampir sama. Kasur gue aja muat ditidurin Zavier dan gue, jadi Mama juga pasti muat. Gue mengangguk dan Mama langsung tiduran dengan posisi yang sudah kita berdua atur.

Hahahahaah. Kangen.

Biasanya gue begini sama Papa, sekarang sama Mama.

Awalnya gue kira gue bakal ngerasa asing, ternyata sehangat ini.

"Keisha.. Mama mau minta maaf."

"Maaf.. Mama baru kesini sekarang."

"Maaf Mama udah lewatin berpuluh-puluh 24 Oktober karena Mama pengecut."

Dulu gue pernah ditanya sama Zavier, sebelum Bunda datang, apa yang akan kita lakuin kalau orang tua kita yang pergi kembali lagi. Zavier bilang mau ninggalin Bunda dan tampar Ayahnya. Gue sendiri bilang gak akan maafin Mama meskipun gue beri kesempatan.

Semua teori yang gue buat dengan Zavier gak ada yang kita jalanin. Zavier sekarang berbakti banget sama Bundanya dan ga bakalan bisa dia tampar Ayahnya. Gue sendiri... Langsung memaafkan Mama.

Gue maafin... Karena gue ingat Papa pernah bilang.

"Orang dewasa itu punya banyak pertimbangan untuk pergi. Pergi karena memang harus, pergi karena lelah, pergi karena capek, pergi karena marah, dan pergi karena cinta."

Ma, meskipun Keisha maafin.. Keisha pengen tau kenapa Mama pergi.

Tapi jangan Mama jelasin sekarang, Keisha masih pengen dipuk-puk Mama dan tidur di pelukan Mama.

"Mama temenin Keisha bobo ya..."

"Itu aja.. Keisha dari ulang tahun pertama sampai ulang tahun terakhir kemarin, cuman mau kado dari Mama satu. Keisha dikelonin sama Mama."

"Iya sayang.."

Mama memeluk gue erat. Sangat erat.

Pantesan, kasih Ibu tak terhingga sepanjang masa. Sehangat ini, senyaman ini, seindah ini.

"Mama cerita dong sama Keisha.."

"Cerita apa? Kayaknya kamu deh yang hidupnya lebih seru, sampai peluk-pelukan di kamar rumah sakit segala."

Mungkin maksud dia peluk-pelukan sambil tangan agak nyelip dikit kali ya?

Gue sebenernya rada bete sih sama nyokap gue. Coba kalau dia gak masuk? Gue pasti udah dimasukin.

EH.

"Hehehehehe. Maaf ya, Ma... Keisha gak gitu-"

"Justru gak apa-apa kamu begitu asal tau batas. Mama yakin Keisha tau batas Keisha dari mana sampai mana."

Yang gue sedihin cuman satu. If she was here sooner, I would have a very perfect family.

Isn't it sad to finally realize that the absence of a person affects your life that much?

"Ma... Mama suka warna apa?"

Mungkin basi, mungkin terkesan random. Tapi ini cara gue untuk tau Mama lebih lanjut. Gue mau Mama di samping gue, nemenin gue, dateng pas gue wisuda, bantuin gue kerepotan pas nikah, gendongin cucu-cucunya..

Reality [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang