Akhir Tahun dan Persepsi Kita

13.5K 700 37
                                    

MarkHyuck
Gs!Donghyuck, uni!au
Lokal!fanfic, Donghyuckpov!
Don't Like Don't Read
.
.

Entah sudah keberapa kalinya aku selalu menyempatkan diriku duduk di balkon apartemen dan menengok ke bawah ke depan toko bunga milik orang tua kawan sejawatku. Pria di sana dengan gitar yang nampak lusuh dimakan waktu itu sepertinya hanya terpaut satu atau dua tahun di atasku.

Punggungnya terkadang bersandar di tembok toko, dengan kotak gitar yang terbuka, menanti uang-uang receh yang berjatuhan di sana. Atau terkadang dia akan duduk bersila dan bernyanyi dengan ekspresi sesuai dengan apa yang ia mainkan.

Namun dua bulan mengamati, sedikit banyak bisa ku tebak bahwa dia mengidolakan sosok Justin Bieber dan Ed Sheeran. Atau mungkin juga tidak? Tapi dia sering memainkan lagu mereka.

Seperti malam itu, tangannya dengan lihai memetik senar gitarnya tak peduli hawa dingin yang menusuk, karena tahun memang sudah akan berganti sehingga angin seolah tak mau berhembus perlahan saja.

Lagu Heart Don't Break Around Here mengalun lamban yang kupikir sangat sesuai dengan suara baritone-nya. Matanya terpejam, namun sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyum.

Beberapa orang mulai mengerubungi pria itu dan membuat beberapa harus berjinjit karena posisinya yang tertutupi oleh orang lain untuk melihat pria yang kini tengah duduk bersila memangku gitarnya dan bernyanyi lembut. Kadang aku bersyukur karena bisa melihatnya dari balkonku yang berada di lantai dua dan tepat di seberang toko bunga itu sehingga aku tak perlu berdesakan untuk melihat bagaimana penghayatan yang selalu pria itu tunjukkan saat dia bermain di panggungnya.

Tepuk tangan yang begitu gemuruh menyambut ketika lagu itu telah rampung dengan apik. Dia membuka mata dan tersenyum lebar menampakkan tulang pipi yang begitu kentara karena begitu tirusnya pria itu.

Dan sekali lagi dadaku heboh seolah berpesta pora melihat senyum manis pria itu.

.
.

"Aku melihatmu lagi tadi malam."

Aku menoleh, mendapati Jeno meletakkan bukunya di kursi sebelahku. Aku menaikkan alisku tak paham dengan apa yang dia maksudkan. Tapi melihatnya tertawa kecil membuatku mendengus.

"Astaga... Jangan berpura-pura tak tahu. Aku melihatmu duduk di balkon lagi kemarin malam."

Ah! Yang tadi malam....

"Tunggu -

- kau tahu kalau aku memperhatikan..."

"Kak Mark bermain di depan tokoku setiap malam?" Mata Jeno berkilat jenaka. Alisnya ia naik turunkan seolah menggodaku karena kini aku tengah menyembunyikan wajahku di balik tas yang ku letakkan di atas meja.

Sial, ketahuan. Pikirku.

Di kepalaku terus berulang kalimat ejekan dari bocah yang sudah menjadi temanku sejak bangku pertama perkuliahan itu.

Seketika badanku ku tegakkan. Wajahku langsung ku hadapkan pada Jeno.

"Jeno....namanya Kak Mark?"

Jeno mengangguk. Sudut bibirku tertarik. Jeno sudah mengenyit heran dan hendak menanyaiku macam-macam, namun sayangnya kami harus fokus pada Profesor kami yang kini sudah duduk manis di tempatnya.

Takadul [MARKHYUCK]÷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang