La La La Lost You (2)

671 81 11
                                    

"Jadi kau benar akan pergi setelah ini?" Kedua bocah itu duduk di depan rumah Donghyuck. Menatap ke depan, dimana anjing dan kucing Mark tengah meringkuk di tengah panas yang begitu menyengat ini.

"Hanya Bangkok. Itu cuma beberapa jam dengan pesawat. Lagipula kau dulu juga tinggal di sana." Yang lebih tua menjilat es krim yang tadi mereka beli bersama di seven eleven. Mendongak menatap langit biru dengan awan cumulonimbus melayang-layang rendah.

Di sebelah Mark, yang lebih muda melahap es krim batangannya dengan satu kali lahapan. Bocah itu seperti diberkahi gigi yang tahan dengan sensasi dingin yang masuk. Sedikit menyebalkan menurut Mark karena ia tak bisa melakukannya walaupun mereka sama-sama bocah yang lahir di musim yang tengah panas-panasnya, walau Mark tahu itu tak ada pengaruhnya sama sekali.

Donghyuck lalu berdiri, berjalan ke tong sampah dan memasukkan stik es krimnya ke sana. Kaki jenjang yang hanya berbalut celana basket longgar tampak melalui pemuda satunya untuk kembali mengambil posisi awal. Menumpukkan badannya pada kedua tangan yang meraih lantai di bagian belakang tubuh bocah itu setelah duduk di ujung lantai berkeramik dan membusungkan dadanya seolah tengah melakukan perenggangan.

"Aku hidup di Bangkok masih bocah, mana ada aku mengingat setiap detilnya. Lagipula itu dulu sekali, belum semaju sekarang." Ia mencebik, lalu Mark tertawa kecil.

"Ayolah, Bangkok pasti tak jauh berbeda dengan di sini." Kata sang leo. Sekaligus penutup sebelum Mark menghabiskan es krim cone rasa kitkat miliknya.

Donghyuck lalu berceloteh, bahwa Mark takkan naik Tȟxngtheḯyw, kendaraan sejenis mobil dengan dua kursi panjang yang saling berhadapan yang sering mereka pakai ketika akan pergi ke pusat kota Hat Yai, dan akan menggunakan tùk tùk, kendaraan bermotor beroda tiga dengan kursi pengemudi di depan kursi penumpang yang bis memuat dua sampai tiga orang. Kemudian Donghyuck juga berceloteh mengenai kawannya itu yang kemana-mana akan menggunakan kereta MRT bukan sepeda motor buluk yang biasa mereka gunakan untuk pergi kemana-mana.

"Tapi pendidikan di sana lebih bagus." Protes Mark kala Donghyuck berkata dengan kesal kenapa ia tak memilih Prince Songkhla University saja atau Thaksin University yang lebih dekat dan gampang untuk dikunjungi di akhir pekan.

"Ya bagus sih. Cuma langit Bangkok tak sebagus di sini. Apalagi kalau malam." Lalu Mark tertawa mendengar alasannya. Sedikit gemas karena bocah itu, Donghyuck, tak pernah jujur pada perasaannya. Lagipula sebenarnya yang muda begitu terbaca jelas kala malu dan berbohong, dengan ujung telinga yang memerah.

Lalu Mark menggodanya, mengatakan bahwa kawan Juninya itu hanya akan merindukan malam sabtu mereka yang biasanya seperti sebuah kewajiban rutin untuk mengunjungi pasar malam dekat rumah. Membeli beberapa tusuk sate seafood atau hanya membeli satu kotak spring roll untuk dibagi bersama. Mark sempat tertawa sejenak, sebelum perlahan diam sebab tak ada respon yang sama yang diterima dari bocah sebelahnya.

"Mark, boleh aku minta sesuatu?" Katanya, disertai tolehan ke yang lebih tua yang sudah menoleh ke arahnya terlebih dahulu.

Mark memiringkan kepalanya, tak paham, namun ketika Donghyuck menarik kaos Chelsea yang ia pakai da menepelkan kedua belah bibir mereka, Mark terdiam. Tak tahu harus merespon apa. Lalu saat Donghyuck menjauhkan kepalanya dengan mata sayu yang berair, Mark menggigit bibir bawahnya.

"Anggap saja bahwa itu agar kau tak melupakanku."

Donghyuck tersenyum. kemudian berdiri hendak masuk, serta tepat saat itu, mobil orang tua Donghyuck berhenti di depan mereka sehingga Mark urung menanyakan apa yang ia pikirkan. Kedua orang paruh baya yang baru datang itu tersenyum melihat keduanya, lalu berkata bahwa mereka membawa beberapa bahan makanan untuk makan malam nanti dan mengundang Mark serta orangtuanya untuk makan bersama setelah mereka sudah pulang kerja.

Takadul [MARKHYUCK]÷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang