Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mark Lee bukanlah seseorang dengan kepercayaan yang tinggi terhadap takdir. Didikan keras terhadapnya dalam bidang akademik dan sosial, membuatnya percaya bahwa semua hal berawal dari kerja keras dan dedikasi. Pun sedari ia kecil, pria kelahiran Vancouver Kanada tersebut tak pernah sekalipun mempercayai semua mitos dan cerita mengenai hal-hal yang hanya muncul dari ocehan mulut semata.
- namun, tidak untuk sekarang.
Dari sekian banyak kota, sekian banyak tempat di dunia, dan sekian banyak orang yang hidup di bumi yang masih dipertanyakan bentuknya tersebut, Mark Lee bertemu kembali dengan orang tersebut.
Namanya Lee Donghyuck. Mantan adik kelasnya saat sekolah menengah dulu. Mantan tetangga neneknya. Mantan teman satu klub paduan suaranya. Mantan bocah laki-laki yang pernah Mark sukai, ralat, masih ia sukai.
Berbanding terbalik dengan Mark yang masih mematung selepas memasuki kedai roti baru di ujung jalan dengan interior klasik, sosok di balik counter kasir, dengan surai brunette halus yang jatuh, memberikan senyum lebarnya. Menunjukkan deretan rapi gigi putih dengan raut ceria. Mengabaikan, tidak memahami, raut tegang dan panik yang ditunjukkan pria yang ia sapa.
Mark Lee, jatuh cinta lagi di suatu sore di musim gugur yang dingin dengan sosok yang sama.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mark Lee tak mengerti bagaimana ia selalu berakhir mengunjungi bakery milik Donghyuck setiap pulang dari kegiatan mengajarnya di kampus. Membeli dua buah baguette dan satu bagel. Tersenyum kikuk menanggapi Donghyuck yang selalu mengajaknya berbicara beberapa patah kata. Mengabaikan ucapan yang lebih muda hanya karena pikirannya terlalu terdistraksi oleh bibir penuh yang bergerak tanpa jeda, terdistraksi oleh kulit sewarna madu yang terlihat begitu manis dan menggiurkan, terdistraksi oleh suria kecoklatan lembut yang terkadang berayun karena Donghyuck terlampau semangat bercerita.