Xanny

1.2K 152 34
                                    

MarkxGs!Donghyuck
Minor death character
Depressed!au
DLDR
.
.

Aku menatap pria itu entah untuk ke berapa kalinya. Meringkuk di ujung rooftop apartemen meskipun mendung memberikan tanda bahwa hujan akan segera menerpa. Melupakan botol plastik yang masih terbuka dan beberapa isinya mengintip keluar.

Hembusan napas berat ku keluarkan. Selalu seperti ini. Di awal musim panas di bulan Agustus yang akan berujung pada seluruh akhir minggu. Membuatku memutuskan tak pernah kembali ke kediaman sendiri karenanya. Mencoba melihat setidaknya masih ada nyawa yang tertinggal bukan berita remuknya tubuh seseorang karena lompatan dari gedung bertingkat ini.

"Hei."

Lamunanku terpecah dengan suara serta dongakan dari orang di depanku. Mendengus lalu mendekatinya. Membereskan benda sialan dan menerima kedua tangannya yang terjulur ingin kurengkuh seperti biasa.

"Bodoh." Umpatku. Sayangnya dia hanya tersenyum kecil seolah itu bukan masalah.

Kedua tangannya merengkuh pundakku dari belakang. Tingginya yang mlebihiku membuatku lebih terlihat menyeret seseorang. Meski sepertinya ia tak peduli dan tetap melesakkan kepalanya pada leherku sampai kini kami berada di lift yang membawa kami ke lantai kamarnya.

Beruntung, kamar pria itu tak jauh dari sana. Sehingga ketika benda itu berdentik menunjukkan lantai enam, aku hanya perlu menyeretnya sedikit lagi. Hanya membaringkannya di sofa tanpa perlu repot-repot melakukan hal lain seperti melepas sepatunya karena pria itu memang telanjang kaki setiap pergi dengan rutinitas bodohnya ini.

Aku mengambilkannya air putih dan melihat yang sosok itu sudah berubah posisi menjadi terlentang dengan pandangan penuh arti terhadap langit-langit yang ada.

"Apa kau merasa baik?"

Tanyaku sembari duduk di lantai dengan kepalaku yang bersandar pada pinggiran sofa tempatnya terbaring. Tangannya bergerak mengusap kepalaku perlahan, sedikit mengingatkanku akan dirinya dulu yang sedari dulu melakukan hal tersebut untuk sekedar membuatku kesal ataupun kala ia memujiku dan membuat rona merah menjalar di kedua pipiku. Meskipun sekarang semuanya berbeda.

"Ya. Hanya sedikit lelah."

Aku memejamkan mataku. Menikmati kesunyian dan usapan yang ia berikan. membiarkan kantuk mengasutku untuk pergi ke alam mimpi.

Namun ketika ia bertanya apakah aku menyimpannya, aku mendengus dan membuka mataku kembali. Meraih benda di sakuku dan melemparkannya ke sofa, tak peduli itu akan mengenai wajahnya atau tidak.

"Aku benci melihatmu memakan benda itu."

Dia tertawa kecil, "Sepertinya kau akan lebih membenciku jika aku memilih menjatuhkan diriku ke jalanan yang ramai di bawah sana."

Tubuhnya ditegakkan dan membuatku mau tak mau kini berbalik dan menghadapnya yang duduk di sofa dengan kedua kakinya menjepit tubuhku yang mendongak menatap pria itu.

"Ku ingatkan kalau Nana pergi karena benda yang sama."

Sebuah dengusan ku dapatkan. Dia menunduk dan menempelkan kening kerasnya pada milikku.

"Kau tahu aku tak bodoh seperti bocah itu dan mencampurkan dengan obat lain bahkan alkohol."

Tapi tetap saja, batinku tak terima meski kini mataku masih menatap tajam kelereng hazel miliknya.

"Jangan memancingku. Itu membuatku semakin ingin menciummu." Dia tersenyum miring sebelum menjauhkan wajahnya dari milikku yang dilanjutkan dengan tangannya yang meraih gelas berisi air yang tadi ku bawa. Menengguknya seolah ia sudah tak minum seminggu lamanya.

Takadul [MARKHYUCK]÷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang