Rumah

1.1K 102 18
                                    

(mostly based on at falling_night_ ig threads)

girls love! Dont like dont read! (i've warned you guys)

.

.

Aku melihatmu di peron stasiun. Tampilanmu tak jauh berbeda. Sebuah dress cantik berwarna pastel yang membalut tubuh indahmu ditambah outer senada serta sepatu datar kesukaanmu. Wajahmu kini melirik ke lengan kanan dimana kau memakai arlojimu.

Masih sama. Semua masih sama seperti terakhir kali aku menatap mata sayu indahmu yang menyala marah padaku disertai gumpalan air mata yang hampir tumpah beberapa tahun lalu.

Kau Lee Donghyuck, wanita yang masih memenuhi seluruh jiwa dan ragaku yang setiap malam memimpikan akan dirimu.

Aku buru-buru menoleh ketika kereta yang datang dari arahku, karena aku tak mau melihatmu mengenali wajahku yang sedari tadi menatapmu. Aku membenarkan sedikit kemeja satinku. Berusaha membaur dengan berbagai orang yang keluar dari pintu kereta tepat di depanku sheingga aku berharap kau tak melihatku ada di sana.

Sayangnya, takdir seolah ingin memermainkan kita.

Kau memilih berjalan dan masuk melalui pintu yang sama denganku mengabaikan fakta bahwa tadi kau berdiri di hadapan pintu yang lain.

Dan di sinilah kita. Saling berpunggungan dengan aku yang melirik cemas sesekali ke belakang.

Terkadang punggung kita saling bersinggungan. Memberikan getaran aneh saat fabric kain kita saling bergesekan. Mengingat betapa penuhnya kereta saat jam pulang kerja seperti ini dan tak ada lagi tempat duduk yang bisa diandalkan. Membuatku bernostalgia, kapan terakhir kali aku menyentuh kulit halus kecoklatan milikmu? Belum lagi helai kecoklatanmu yang sekarang berubah menjadi abu-abu gemerlap yang mungkin semakin lembut?

Dadaku terus bergemuruh sampai tiap stasiun diumumkan, aku berharap kau segera turun atau mungkin berpindah tempat karena kursi kosong yang ditinggalkan yang lainnya.

Sayangnya, sampai stasiun tempatku berhenti, dan aku terburu keluar sembari menyembunyikan diri, aku masih merasakan kau di belakangku mengikuti.

Jauh. Sampai aku melewati kedai tempatku menghabiskan malam untuk menyicil novelku. Melewati toko roti tempatku membeli sarapan tiap pagi. Melewati taman terakhir sebelum gedung apartemenku.

Kepalan tanganku terbentuk. Bukan. Aku bukan takut ternyata orang di belakangku bukanlah kau, tapi orang lain yang menguntitku. Aku benar-benar akan begitu takut jika itu benar-benar kau yang mengikutiku.

Aku berbalik. Mendapati wajahmu yang terkaget seolah tertangkap basah melakukan aksi kejahatan yang begitu rapi kau rencanakan.

Kau tersenyum. Manis. Begitu manis dan menakutkan bagi jiwa sepiku yang hendak beranjak ke hati lain namun tak sanggup.

"I've come a long way here, would you let me to stay at yours tonight?"

Permintaanmu sederhana, namun membuatku dipenuhi akan kebimbangan diri. Aku menarik napasku dalam-dalam. Berusaha memberikan jawaban dengan kepala dingin dan tidak akan membuatku menyesalinya malam nanti ataupun esok hari.

"Tidak." Kataku sambil tersenyum lesu. "Pulanglah, Donghyuck-ah. ini sudah hampir gelap."

Aku mencoba memerangi hatiku. Satu, karena rasa tak tega membiarkan kau kembali ke rumah lamamu, yang jika kau masih tinggal di rumah orang tuanmu dulu maka itu memerlukan waktu hampir dua jam dari sini, atau pulang ke tempat lain yang kau tempati sekarang. Kedua, karena aku tak mau hatiku bancuh sekali lagi sebab hadirnya dirimu yang akan berujar selamat tinggal untuk kedua kalinya nanti.

"Tapi – "

"I've ever been the coffee that you needed, but now i'm not your coffee anymore."

Aku memejamkan mataku dan refleks berujar demikian karena langkahmu yang semakin maju tadi dan membuatku benar-benar tak tahu harus berbuat apa untuk menghentikannya.

Meski kini kau benar-benar sudah di depanku dengan aku yang merasakan kedua tangan lentik yang dulu biasa menekan tuts piano untukku di ruang musik sekolah itu menjelajahi kedua pipi tirusku.

"I miss my home and you are the only home that i know."

Sore itu tepat saat senja melebur, kau menyatukan kedua belah bibir kita. Membiarkanku berdiri kaku sembari meremat rok landing milikku. Seolah alkohol yang menyembuhkanku dari segala rindu akanmu meski juga aku tahu bahwa ini akan membunuhku perlahan karena jatuh hati padamu untuk kesekian kalinya.

 Seolah alkohol yang menyembuhkanku dari segala rindu akanmu meski juga aku tahu bahwa ini akan membunuhku perlahan karena jatuh hati padamu untuk kesekian kalinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

END

Takadul [MARKHYUCK]÷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang