102

520 54 0
                                    

[Re-Published]

102

Mark x Donghyuck

AU! DLDR!

All Mark POV

.

.

Aku duduk di cafe itu lagi seperti sedia kala. Sendiri, meski kini waktu tengah menunjukkan lewat tengah malam. Aku duduk di tempat yang sama seperti enam tahun yang sudah berlalu. Menikmati sepoi angin dari satu-satunya tempat yang membukakan pintu untukku sampai fajar datang nanti. Di sebuah atap yang menghadirkan pemandangan kerlip bintang dan lampu jalan, serta berbagai kenangan yang pernah singgah di sini.

Tak ada yang menarik lagi sebenarnya dari tempat ini. Tidak ada lagi gerutuan mengenai hari yang menyebalkan dengan tugas menumpuk ataupun guyonan pada apa yang terjadi di kelas.

Mungkin karena kini aku hanya sendiri.

Tak ada seseorang yang biasa menemaniku di samping 2 linting dari 6 putung rokok yang belum terbakar.

Cangkir kopi yang tersaji pun hanya satu, bukan dua. Lagi, tak ada makanan ringan atau muffin strawberry yang menampakkan diri di meja meski setidaknya hanya satu.

Karena aku kini sendiri.

Tanpa seorang yang menemani setelah pulang belajar dari perpustakaan kota dan keluhan akan rasa kantuknya harus mempelajari seluruh perundangan yang ada karena esok ujian akan dilaksanakan.

Lalu seseorang memukul kepalaku ringan. Aku menoleh ke belakang. Mengurungkan selinting yang hampir ku bakar dan memeluk sosok yang begitu ku kenal.

Dia Lee Taeyong, teman satu bandku dan seniorku saat di perguruan tinggi, sekaligus pemilik cafe ini. Dia merintisnya dengan sang kekasih sejak tahun pertama mereka. Itulah alasan aku selalu bisa masuk ke sini meski tanda tutup telah terpampang, dan alasan kenapa dia tahu aku di sini sekarang karena aku menelponnya tadi sore.

"Mengejutkan tahu kau pulang." Katanya. Menggeleng, menolak rokok yang kutawarkan.

"Jaehyun bisa membunuhku jika tahu aku menyesap benda itu lagi."

Aku hanya menangguk.

"Jaehyun-hyung baik?"

Taeyong bergumam, "Ya. Dia di Busan sekarang dan masih sama gila kerjanya denganmu. "

Malboroku ku bakar. "Jika dia di sini pasti dia akan datang dan mencincangku segera."

Ku dengar Taeyong tertawa karenanya, "Ayolah. Kau tahu sendiri dia tak bisa marah begitu lama padamu. Lagipula kau sudah mengirimkan kado untuk pernkahan kita beserta ucapan maaf kakumu itu."

"– dan untuk Donghyuck, dia sudah menceritakan bahwa dia yang memaksamu menerima tawaran kembali ke Kanada. Lagipula, dia sudah bahagia dengan calon tunangannya sekarang ini."

Aku menghembuskan asap rokokku. Membuatnya mengepul seperti asap dari penanak nasi otomatis. Mendengus. Lalu mempertemukan ujung tembakau yang terbakar itu ke asbak.

Takadul [MARKHYUCK]÷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang