(I'm not Your) Party Favor

1.4K 162 28
                                    

Aku menyandarkan punggungku tepat ketika pintu rumah sewa kecilku tertutup. Memandang lurus pada ruangan 15x15 bak seorang superstar yang menatap kosong rimbunan orang di depannya.

Melepas sepatuku asal. Membuang outerku sembarangan sebelum menghempaskan tubuh ke ranjang. Badanku terasa lelah dan lengket. Rasanya ingin sekali aku mengguyur tubuhku, tapi malas sudah lebih dulu menggerogoti.

Langit-langit kamarku seolah menatap balik dengan risih karena tatapan tanpa makna yang ku berikan sedari tadi. Aku ingin sekali tertawa. Tertawa sampai tenggorokanku kering, tulang pipiku tegang, dan perutku kram. Aku ingin sekali menertawai diri sendiri yang begitu bodoh dan polosnya menghadapi dunia yang kejam.

Ingatanku melayang, ke beberapa malam serta pertemuan yang kita lakukan. Bahkan berbagai cumbuan yang kita bagi satu sama lain. Atau selimut yang menutupi kedua tubuh loncos kita. Pun segala gombalan manis yang terumbar sepanjang malam.

Aku menghela napas.

Entah sudah keberapa kalinya sejak aku keluar dari taksi yang membawaku kembali. Aku mendudukkan diri. Mendapati pandanganku lurus pada cermin yang sengaja ku pasang di seberang ranjang agar aku bisa mendapati tampilanku setiap aku membuka mata. Mendapati foundationku yang bahkan tak mampu menutupi raut lelah atau lipstick merona untuk bibir pucatku.

Drrrtt...drrrtt...

Dengan malas tanganku meraih tas selempang yang tadi ku bawa bersamaku. Merogohnya dan mengambil ponsel yang terus bergetar tanpa henti. Berdecak ketika nama sahabatku terpampang di sana.

"Apa?" sahutku galak. Suara dentuman yang aku yakinin sebagai musik di pesta itu terdengar sampai telingaku.

"Kau dimana?"

Dia - Na Jaemin, berteriak di seberang telepon sana. Seolah mengharuskanku untuk berdecih dan menjauhkan teleponku dari jangkauan. Dengan segala rasa malas aku akhirnya menuruti perintah otakku untuk melakukan sedikit usaha agar tubuhku bergerak dan meninggalkan gravitasi ranjang yang begitu kuat seperti pada minggu pagi, meski nyatanya ini memang sudah pagi atau tepatnya terlampau pagi karena jarum jam hanya membentuk sudut 30 derajat.

"Menuju kamar mandi rumahku." Jawabku singkat. Aku tak bohong, lagipula karena, aku dan segala talentaku, semua baju sudah ku tanggalkan dan badanku pun sudah siap untuk mendapati dinginnya air yang mengguyur.

"Ya! Kau pulang? Kenapa tak memberitahuku? Astaga bocah ini - "

Aku hanya tertawa. Menempatkan ponselku di tempat aman sebelum menempatkan diri di bawah shower. Dari suara loudspeaker ponselku, aku mendengar banyak ocehan yang Jaemin berikan padaku. Gadis itu bertindak seolah ia ibuku dan memberiku berbagai wejangan yang ia yakini akan meluruskan hidup berantakanku ini.

Sekilas setelah rambutku tershampoo-ni dan terbilas dengan bersih, aku segera mematikan guyuran shower. Menjawab sekenanya akan segala blahblahblah dari Jaemin sembari berusaha mengeringkan rambutku, aku tak mandi karena baru tadi sore aku melakukannya.

"Tunggu -"

Aku mengendikkan bahu. Melanjutkan tindakan acuhku dan mulai menyalakan hair dryer untuk mengeringkan rambut sepinggangku. Menatap ke diriku yang lain pada cermin dan berpikir mungkin aku harus memotongnya sebahu agar tidak terlampau repot mengurusnya.

"Ha? Oh! Hyuckie sudah pulang. Minhyung-eonni mencarinya? Ah! Akan ku sampaikan padanya."

Bibirku masih enggan terbuka, namun tanganku masih melanjutkan pekerjaannya walau pandanganku semakin mengosong.

"Hei, Hyuck. Kau tak bilang pada Minhyung-eonni kalau kau pulang duluan?"

Tawa kecil mengalun dari mulutku seketika bahkan tanpa aku sadari sebelumnya. Terdengar begitu pahit bagiku, entah apakah perasaan yang sama juga tersampaikan pada Jaemin di sana.

"Apa aku harus mengucapkan perpisahan ketika ia tengah berpangutan dengan tunangannya di pojok ruangan?"

Lalu setelahnya sambungan ku putuskan bertepatan dengan hair dryer yang ku matikan. Kini aku menatap pantulan diriku dengan rambut yang masih setengah basah. Bersikap tak peduli sembari keluar dari kamar mandi sekejap sebelum kembali lagi ke sana dengan gunting di tangan.

Crash!

Setelah malam itu, ku rasa tak ada lagi gadis bodoh yang akan mau hanya menjadi pendamping dan penghangat kala sepi mendera. Tak ada lagi gadis bodoh yang akan bersemu kala untaian kalimat manis terlontar. Tak ada lagi gadis bodoh yang mau kembali dan tinggal dengan beribu alasan. Tak ada lagi gadis bodoh yang mencoba setia meski segalanya berusaha untuk disembunyikan.

Tak ada lagi gadis bodoh bernama Lee Donghyuck yang menjadi kekasih di belakang layar oleh mantan ratu kampus Lee Minhyung.

Tidak untuk kesekian kali.

090909

Satu pesan suara masuk.

"Hai, Minhyung eonni. Err.. aku cuma ingin bilang agar - atau mungkin? Untukmu menelponku balik setelah mendapatkan pesan ini atau mungkin jika kau punya waktu senggang meski semenit karena sepertinya kita butuh bicara. Mungkin di dekat kantor tempatmu bekerja atau sebuah tempat yang dekat dengan kampus kita dulu.

Tapi...um... Ah! Tunggu! Tak apa. Tak perlu. Kau tak perlu melakukannya. Kau tahu? Lupakan saja. Hehe... karena mungkin setelah ini nomormu sudah ku kubekukan.

Ngomong-ngomong, terimakasih untuk empat tahun yang pernah kita lalui. Tapi setelah ini, ku mohon untuk tidak mencariku lagi. Selamat juga untuk pertunanganmu, sekarang kau tak perlu susah untuk menjelaskan kenapa kita harus merahasiakan segalanya walau aku tahu alasanmu tentang hubungan kita yang masih dianggap menjijikan oleh masyarakat itu benar adanya.

Dan sungguh aku serius soal jangan mencariku. Hehe... kalau kau melakukannya seperti saat putus sementara kita, aku mungkin akan memberitahu ayahmu, karena aku tak mungkin melaporkanmu ke polisi karena hal ini.

Aku sebenarnya sungkan untuk mengatakan ini. Tapi terimakasih sudah mengundangku ke pesta ulang tahunmu. Selamat ulang tahun untukmu! Aku turut senang untuk itu dan untuk pencerahanmu secara tak langsung mengenai hubungan kita dengan mengumumkan pertunanganmu.

Lagipula aku bukan party favormu, kan?

Jadi selamat tinggal. Ini sudah keputusanku bulatku dan sama seperti cuaca, kau takkan bisa merubahnya. Sekali lagi, selamat ulang tahun untukmu."

Nomor tersebut ditekan berkali-kali, namun jawaban dari operator bahwa nomor yang dikehendaki sudah tidak dapat di hubungi membuat gadis itu hanya bisa mendongak dan menatap sahabatnya.

"Kenapa penyesalan selalu datang terakhir, Renjunie?"

END

a/n: Hallo~ Ku balik lagi dengan segala kegalauan liat adek agak pincang :((

btw ini fic girls love pertama saya hzhzhzhz

semoga suka. meski pendek banget jujur wwwww

sampai bertemu lagi~ mungkin minggu ini saya bakal muncul lagi dengan open ending lagi muehehehe

babai~ kibarkan bendera markhyuck~

dan mari berdoa supaya markhyuck meliar mumpung mereka lagi ga di korea huwehehehe

Takadul [MARKHYUCK]÷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang