Jaemin berlari kecil menuju rumahnya, setelah mendapat pengalaman menegangkan itu dia berhasil pulang. “Ingat, Jaemin. Kamu punya waktu dua minggu untuk membawa Jeno kemari, ingat. Dua minggu.” Setidaknya itu yang Hyunjin katakan sebelum menurunkan Jaemin di depan rumahnya.
“Mark hyung! Aku pulang!”
Setelah mengatakan itu terbukalah pintu, Jaemin membelalak kaget melihat kakaknya yang sedikit kacau itu. “Hyung? K--kenapa?” Tanyanya khawatir.
Wajah pucat dan kumal itu menatap Jaemin dengan pandangan datarnya, “Hyung baik - baik saja. Hanya kecapekan dan kurang istirahat.” Katanya sambil mencoba tersenyum. Jaemin hanya menganggukkan kepalanya sambil masuk ke dalam rumah.
Mencoba untuk selalu tersenyum meskipun ada banyak beban dipundak -mu, adalah motto hidup Jaemin selama ini. Jangan coba - coba terlihat lemah di depan orang lain. Jaemin sedikit lelah untuk berpura - pura, namun, apa boleh buat.
Jaemin menutup pintu kamarnya, menghempaskan tubuh mungilnya pada kasurnya. “Hyunjin benar - benar harus membunuh Jeno, ya? Sungguh - kah?” Monolognya sambil memandangi langit - langit kamarnya yang kelabu. “Eh, kenapa aku harus peduli?! Kan dengan begitu hidupku tidak terancam lagi--bukannya begitu?” Jaemin memperhatikan jendela kamarnya yang terbuka, memandangi rintik - rintik air yang mulai menjadi deras. “Sialan, hujan,”
Pemuda Na itu segera berlari ingin menutup jendela nya--tetapi niatnya itu ia batalkan. Menatap butiran air yang turun dengan derasnya, membuat Jaemin berlama - lama ingin melihatnya. Jaemin lebih menyukai hujan sekarang, padahal sebelumnya dia sendiri yang berkata, "Aku benci sekali hujan!"
Jaemin bisa merasakan angin yang berhembus kencang disertai beberapa bulir air menerpa wajahnya, mata rusanya sedikit mengerjap guna menghindari air masuk ke matanya. Wajahnya sudah basah. Dia menengadahkan tangannya keatas, menampung beberapa air tangisan semesta itu.
“Semesta--izinkan aku melepas penatku bersamamu, izinkan aku berkeluh kesah lewat rintik - rintik hujan ini. Biarkan aku membawa pergi seluruh bebanku--untuk kali ini saja,”
Mata rusa Jaemin mulai berkaca - kaca, ia menengadahkan wajahnya keatas. Hujan itu menjadi saksi, bahwa Jaemin sekarang sedang diambang kebingungan setengah mati.
[[mission]]
“LEE DONGHYYUUCKKK!!!”
Pemuda bersurai cokelat itu membawa sebelah sepatunya ditangan, siap melempari orang yang tidak jauh berada didepannya, menggertakan gigi - gigi mungilnya kesal, “M--maaf! Hahaha, maafkan aku,” Tawa orang didepannya yang menggema hingga ujung koridor.
“Donghyuck! Kamu telah mencoret - coret buku - ku!” Jerit Pemuda bermarga Na sambil menghentakkan kaki mungilnya. Wajar saja, Donghyuck mencoret - coret buku sejarahnya. Padahal bagian yang dicoret - coret oleh Donghyuck adalah materi untuk ulangan, Jaemin memang mudah sekali marah. Ingin sekali Pemuda Na itu memukul Donghyuck hingga babak belur, “Ya maaf, aku kan sengaja. Hehehe.”
Jaemin pun masuk ke kelasnya lagi, dengan wajah yang memerah bagaikan tomat karena menahan emosi. Diiringi tawa Pemuda Lee dibelakangnya. “Besok kupinjamkan catatanku, deh. Jangan marah~” Goda Donghyuck sambil mencolek pipi Jaemin. Yang dicolek hanya diam sambil mengerucutkan bibir mungilnya. Jeno yang melihat adegan kedua sahabat itu ingin sekali memisahkan mereka berdua--terlalu ribut.
“Apa liat - liat?!” Bentak Jaemin saat melihat Jeno memperhatikan tingkah laku nya, yang dibentak hanya menahan tawanya sambil memalingkan wajahnya. Sementara Donghyuck hanya menatap Pemuda Lee itu dengan tatapan ‘jangan. macam. macam. dengan. jaemin.’
“Sudahlah Na, jangan marah lagi,” Kata Donghyuck berusaha meredakan amarah Jaemin yang hampir diambang batasnya.
[[mission]]
“Renjun! Kemana saja, sih!”
Jungwoo berlari - lari kecil menghampiri Pemuda Tiongkok yang berdiri tidak jauh darinya. “Ke toilet,” Jawabnya tak acuh sambil terus melangkah. “Ayahmu menelpon ku tadi!”
Pemuda Huang itu membelalakkan netranya, berpaling mensejajarkan dirinya dengan Jungwoo yang berada di belakangnya, “Benarkah?!”
Pemuda Kim didepannya hanya merotasikan matanya jengah, “Untuk apa aku berbohong, katanya jangan lama - lama bermain. saudara tirimu itu sudah maju selangkah kalau kau ingin tau.”
Renjun meremat ujung pakaiannya, pikirannya berkecamuk. Jika dia tidak bisa mendahului ‘dirinya’ maka--, sialan kau Hyunjin!
--end of this chapter--
maaf ya klo pendek:'v
![](https://img.wattpad.com/cover/169605676-288-k155013.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
mission | nomin
Fanfiction❝You have to do this mission, or you will die, Lee Jeno.❞ [end] vampire!au (( major character death involved )) warn! bxb! ©nnaurax_