two ; blood

7K 809 13
                                    

Two?
————

Jisung memegang tubuhku yang limbung ke depan; kepalaku berkedut mendengar penuturan Mark hyung, bagaimana aku bisa hidup sekarang.

"Sebegitu berartinya aku hingga mereka mencari ku terus?" Tanyaku sambil mengacak-acak rambutku.

"Maaf kan aku Jaem, tapi jika aku tidak memberitahu mu kamu bisa dijebak lagi. Mereka sangat sulit ditebak," Kata Mark hyung sambil mengusap surai rambutku yang berwarna cokelat.

"Aku pergi dulu, tenang saja aku akan menjagamu---"

Mark Hyung memelukku dengan sangat erat, aku menenggelamkan wajahku pada bahu nya yang tegap.

"--kesalahan yang sama tidak akan kuulang."

Aku tersenyum. Jisung memapah tubuhku menuju ke kelas. "Donghyuck kamu itu bantu aku!" Kata Jisung geram melihat Donghyuck yang diam saja, Donghyuck hanya tersenyum kikuk sambil menghampiri ku. "Ne."

                    ✴mission✴

"Jaemin, pinjam itu boleh?"

Jeno, murid baru yang kata Mark hyung salah satu dari mereka. Berinteraksi denganku, rasa was - was ku muncul melihat dirinya. Rasanya aku ingin segera pindah tempat duduk, berjauhan dengan Pemuda Lee ini.

"Tidak bisa, aku menggunakan nya." Kataku sambil menyimpan pensil itu. Berusaha sebisa mungkin menyimpan kegugupan yang menjalar.

"Ah baiklah." Katanya kesal sambil menulis. Aku hanya menghembuskan nafas lega melihatnya kembali fokus dengan pekerjaannya.

Pensil nya masih bagus kok, hanya untuk sketsa saja kenapa harus pinjam?

changing person view

"Mark hyung, aku pulang!"

Jaemin menghempaskan tubuhnya ke sofa merah di ruang tengah, "Ganti bajumu dulu." Kata Mark sambil menata sepatu adik satu-satunya itu. Jaemin tidak menghiraukannya dan masih tidur - tiduran di sofa merah itu, "Appa kapan pulang sih? Lama sekali!" Kata Jaemin yang malah mengganti topik, "Sebulan lagi mungkin? Ayo cepat ganti baju!" Mark mendorong adiknya itu ke kamarnya.

"Huh! Mark hyung menyebalkan!" Ucap nya ketus sambil masuk ke kamar.

                    ✴mission✴

"Lee?"

"Ah hyung aku sudah menemukan target nya."

"Bagus, buntuti terus, jangan sampai lepas."

Pemuda bersurai hitam kecoklatan itu menatap pemuda bermata bulan sabit di hadapannya.

"Aku ingin merasakan darahnya, kita tidak boleh gagal lagi."

Pemuda bulan sabit itu mengangguk.

Dia pun pergi keluar dari markas tersebut.

Na Jaemin, selamat mengulang kejadian yang menjadi trauma mu.

part two was end.

mission | nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang