nineteen ; Huang Renjun

2.1K 216 5
                                        

Huang Renjun, 23 Maret, Jilin, China.

Seorang pemuda keturunan Tiongkok yang dibesarkan untuk membunuh. Tampang manisnya memang bukan cerminan bahwa dirinya itu juga memiliki tingkah laku yang manis, tingkah laku yang ia miliki itu sangat kontras dengan wajahnya. Sadis, kejam, jahat, dan licik, semua bercampur menjadi satu--membentuk satu pribadi. Huang Renjun.

Hunter manis itu terjebak dalam misi yang sulit, dimana bangsa vampir sudah hampir merata persebarannya di Seoul. Dan, dia memiliki misi untuk membunuh salah satu keturunan vampir terkuat, sekaligus mencari info tentang markas vampir itu. Lee Jeno.

Ya, dia dibesarkan untuk menjadi hunter.

                            [[mission]]

“Injun! Kemari kau!”

Pemuda manis itu tersentak, ia menenggak saliva nya kasar. Pikirannya berkecamuk, tangannya sudah bergetar sedari tadi. Dengan langkah yang berat dan gemetar ia menghampiri meja kerja ayahnya yang sudah menunggunya. “I--iya?”

“Misimu sudah kupikirkan secara matang - matang. Setelah berdiskusi, kami memutuskan bahwa--,” Ayahnya menghentikan ucapannya. Pemuda Tiongkok itu tercekat, keringat dingin membasahi tubuhnya. Dia tidak sanggup melihat laki - laki didepannya, terlalu sulit. Semoga ayahnya tidak menyuruhnya membunuh ketua Lee langsung, pasti akan lebih sulit. “--Lee Jeno, anak ketua Lee. Dialah target pertamamu sebagai hunter yang sebenarnya.”

Deg!

Jantung Renjun serasa berhenti mendadak, kenapa--harus dia?! Raung Renjun dalam hati. Pemuda manis itu harus menerima kenyataan pahit sekali lagi. Ia hanya mengangguk samar sambil berjalan kearah pintu ruang sidang ayahnya itu. “Pastikan kau benar - benar membunuhnya, sayang,” Kata ayahnya itu sambil menyeringai.

                          [[mission]]

“Kamu harus pindah ke kota Seoul besok,”

Renjun menatap pemuda yang lebih tua di depannya, Kim Jungwoo, asisten pribadinya. “Apa?! Besok?!” Jeritnya tertahan, kelereng caramel nya membulat sempurna. “Sudah final. Tiket penerbanganmu besok pukul 7.” Kata Jungwoo datar. Renjun masih belum benar - benar bisa menerima kenyataan ini.

“T--tapi, kenapa secepat itu?! Misi yang ayah berikan kepadaku belum genap sehari! Aku baru saja mempelajari tentang data targetku,” Rutuk Pemuda Huang itu kesal sambil mengacak surai cokelatnya. “Maaf, tapi sekali lagi--ini sudah final. Bos sendiri yang memerintahkan ini.” Jungwoo masih berbicara dengan nada yang datar dan sarkastik, Renjun heran kenapa ada orang sedingin Jungwoo. Padahal tampangnya sangat manis. Cih, padahal Renjun juga tidak sadar diri bagaimana dirinya. 

Pemuda manis itupun mengemasi barangnya, memasukkan beberapa senjata yang menurutnya pas. Pistol berukir sulur emasnya ia masukkan ke tas bagian paling bawah, kejutan  terakhirnya yang biasanya akan langsung ia tembakkan ke kepala targetnya.

Setelah ia selesai mengemasi baju dan barangnya, ia menutup kopernya. Menghela nafas berat seraya menghampiri sebuah bingkai foto. Foto ia bersama keluarganya--yang masih utuh. “Mama, semoga--aku berhasil,”

        
                         [[mission]]

Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi Pemuda Huang itu. Ia menggeret kopernya kasar sambil menghentakkan kakinya pelan, Jungwoo menatapnya dengan tatapan dingin yang menyiratkan ketidaksukaannya. “Berhenti menghentakkan kakimu seperti anak kecil. Kamu baru saja berulang tahun ke 18.”

Renjun hanya menatap Pemuda Kim itu sengit, “Semua ini gara - gara Lee Jeno!” Rutuknya sambil mengerucutkan bibirnya, orang awam yang melihatnya pasti tidak akan mengira kalau orang yang barusan ia lihat adalah seorang hunter. Jungwoo hanya diam sambil menggeret koper merahnya, “Belok kiri, Mr. Jung datang bersama mobilnya.”

Pemuda Huang itu menoleh kearah kiri, disana ada seorang pria memakai setelan jas berwarna biru. Ia berdiri dengan tangan terlipat di dadanya. Dari tampang nya sepertinya dia pengusaha kaya. Pikir Pemuda Huang itu sambil berjalan kearahnya. “Huang Renjun?” Tanya Mr. Jung sambil memperhatikan pemuda manis itu dari atas sampai bawah, seakan - akan tidak percaya dengan pemandangan didepannya ini. Sungguh kah dia hunter mengerikan itu? Tampangnya--sangat manis.

“Benar.” Ucap Renjun pelan sambil memperhatikan raut wajah Mr. Jung yang bingung, ada yang salah ya dengan penampilannya? “Baiklah, singkat saja. Perkenalkan, aku Jeffrey. Panggil saja aku Mr. Jeff atau Jung.” Ucapnya dingin sambil berjalan, tangannya mengisyaratkan agar kedua pemuda itu mengikutinya. “Baiklah, Mr. Jung.” Kata Pemuda Huang itu sambil menyamai langkah Mr. Jung yang sudah jauh didepannya.

Mereka berhenti didepan sebuah mobil berwarna kuning. Renjun hanya menatap Mr. Jung yang membuka jok mobil nya, “Tunggu apa lagi?” Tanyanya sambil menatap Renjun dengan tatapan datarnya. Renjun dan Jungwoo pun segera memasukkan barang - barang mereka yang terbilang cukup sedikit. Mr. Jung pun memasukki mobilnya diikuti dengan Renjun dan Jungwoo.

“Untuk sekarang kalian akan tinggal di apartemen ku, biaya hidup kalian akan kutanggung seluruhnya.” Ucap Mr. Jung sambil mengemudikan mobil nya keluar dari tempat parkir. “Tapi Mr. Jung--,” Belum sempat Renjun menyelesaikan kalimatnya Mr. Jung sudah menyelanya, “Karena aku berhutang banyak kepada Keluarga Huang, Tuan Huang juga menitipkan kalian kepadaku--jadi kalian adalah tanggung jawabku.”

Renjun hanya menggumamkan "oh" sambil menatap jalanan yang lumayan ramai, Seoul cukup indah ternyata. “Kuharap kalian sabar menunggu--letaknya agak jauh,”

Renjun terlalu sibuk memandangi jalanan Kota Seoul hingga--kantuk menyergapnya. Menutupi akses penglihatannya dengan kabut hitam tak berujung.

                       [[mission]]

“Calon sekolah baru kalian--lihatlah!”

Jungwoo sibuk memperhatikan pahatan bangunan itu, matanya menelisik bagian - bagian yang indra penglihatannya capai. Sementara Renjun hanya menatap bangunan didepannya tanpa minat, “Mr. Jung--,”

“Masuk.”

Pemuda Huang itu merotasikan kelereng caramel nya malas. Mr. Jung itu terlalu dingin, hanya berkata - kata sedikit. Tapi, sekali bertindak dia bisa membuatmu kehabisan kata - kata. “Tunggu apa lagi? Cepatlah!” Pemuda Kim itu akhirnya menggeret tubuh kecil Renjun yang menolak untuk masuk ke dalam bangunan sekolah itu.

“Mulai besok Senin kalian bisa mulai bersekolah,” Mr. Jung berhenti di salah satu kelas, “--Renjun, ini kelasmu. Lee Jeno nanti juga akan masuk kelas ini, bersama dengan targetnya--Na Jaemin.”

Renjun hanya menatap ruangan kelas itu sambil memicingkan matanya. Sungguh, dia ingin pulang kembali ke Jilin sekarang. Rasanya--dia tidak betah. “--nikmati saja, ini akan menyenangkan!” Bisik Jungwoo sambil ‘berusaha’ menyemangatinya. Tapi percuma, Pemuda Kim itu memang berkata dengan nada yang menyemangati tapi--wajah datarnya membuat Renjun semakin kesal dan ingin meninju mukanya.

“Dan Jungwoo--kelas mu di ujung sana.”

“Baik, Mr. Jung,”

Jeffrey mengeluarkan ponselnya, mengirimi pesan kepada seseorang.

                             Huang.

bagaimana?
apakah lancar?

                                                           sangat.

Pria itu memasukkan lagi ponsel itu ke kantongnya, melirik jam yang melingkar  di pergelangan tangannya. “Sudah cukup kelilingnya. Kita harus pulang.”

Renjun hanya menatap Mr. Jung malas, dia benar - benar tidak suka padanya. Dasar sok berkuasa! Awas saja nanti, akan ku bolongi dahimu itu!

                part nineteen was end.

seandainya kalau di plot twist, Jaemin yang hunter gimana, hayo?
btw sebenernya ini pen diupdate kemaren pas ultah renjun--cuma saia males ngetik ehe:< jadi yaudahlah ya.
ada beberapa plot twist nanti, baru kejutan pertama loh ini:v

           

mission | nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang