twenty two ; competition

2.1K 208 0
                                    

Hari sudah mulai gelap ketika Hyunjin sampai di markasnya. Ia meneliti hal - hal yang bisa ia teliti, seperti Jaemin, Jeno, apalagi--Renjun. Hyunjin masih sedikit kesal ketika ayah tirinya menyuruhnya melakukan misi yang sama dengan Renjun--saudara tirinya--ya, mereka itu saudara tiri. Tapi yang menjadi akar permasalahannya itu;

Level hunter Renjun lebih unggul daripada Hyunjin.

Mau bagaimanapun sepertinya Hyunjin tidak bisa menyaingi Renjun kecuali--ia memanfaatkan kelicikan otaknya. Dengan begitu ia bisa dengan mudah membunuh Jeno tanpa harus susah - susah memburunya. Itu menjadi opsi yang bagus tapi sialnya mudah terlacak.

Hyunjin merendahkan tubuhnya, menopang dagunya pada satu tangan, melihat pemandangan dari jendela kamar pribadinya memang bukan hal yang buruk. Tapi netra kecoklatannya membola terkejut ketika di depan pintu markasnya ada saudara tirinya yang menggebrak pintu dengan kasar, "Hyunjin! Aku tau kau ada di dalam!" Teriakan sarkasnya terdengar mengerikan di telinga pemuda bersurai hitam itu. Maka ia segera menyuruh anak buahnya membukakan pintu untuk saudara tirinya yang terlihat cukup marah itu.

"Hyunjin!" Begitu masuk ia mengedarkan netra nya, mencari saudara tirinya yang sedikit membuatnya kerepotan itu. Dengan segera terdengar langkah kaki dari tangga, itu Hyunjin. "Sialan kau!" Maki Renjun sambil menahan emosinya, "Cara curang apa yang kau lakukan, huh?!"

Hyunjin mengernyitkan dahinya, membuat guratan halus tercipta di dahi mulus bak porselennya itu. "Cara curang?" Tanya nya pura - pura bingung, "Ya! Kau pasti melakukan sesuatu kepada Jaemin, kan?! Sejenis mengancamnya, atau bahkan memaksanya!" Hardik Renjun sambil bersiap meninju nya, tapi tentu saja anak buah Hyunjin dengan sigap menahan pergelangan tangan Pemuda Huang itu yang langsung disambut tinjuan dari empunya.

Jangan pernah remehkan kekuatan Renjun--dia ini bukan orang yang lemah meskipun kelihatannya begitu rapuh dan lemah.

"Wow, santai! Kita bisa bicarakan ini--sambil bercengkrama santai di kafetaria, mungkin?" Jawab Pemuda Hwang terlampau santai, sementara Renjun menahan emosinya setengah mati. "Kau tidak ingin wajahmu penuh lebam, bukan?" Tanya Pemuda Huang dengan smirk andalannya. Pemuda bersurai hitam di depannya hanya menelan saliva - nya dengan susah payah, "Errr--baiklah,"

[[mission]]

"Nana!!"

Jaemin memutar bola matanya malas, ia menolehkan kepalanya--bersiap memberi jitakan atau mungkin pukulan kecil. Tapi niatannya terhenti, itu Renjun--bukan Donghyuck. "Eung, ya?" Pemuda Na itu berusaha menampilkan senyum manisnya sebaik mungkin. "Aku perlu bicara denganmu, bisa?" Tanya Pemuda Huang itu sambil menggigit bagian bawah bibirnya, menunggu dengan gugup jawaban Jaemin. "Eung--boleh."

Dan, disinilah mereka.

Kafetaria yang berada di seberang sekolah bukan lah ide yang buruk untuk berbicara. Terlebih lagi--kafetaria itu sedikit ramai. Mereka tidak begitu mencurigakan diantara remaja - remaja yang asik bercengkrama lepas disana. Padahal mereka membicarakan hal - hal yang mungkin belum bisa diterima nalar manusia diluar sana.

"Nah, sekarang kau ingin bicara apa?" Tanya Jaemin sambil menyesap americano - nya. Jaemin suka rasa pahit yang menjalar di kerongkongannya saat ia menyesap minuman itu. Renjun sedikit berdeham sebelum mulai berbicara, membasahi bibir tipisnya sebelum membuka mulut. "Ini tentang kau, aku, Hyunjin, dan--Jeno,"

Seketika Jaemin ingin memuntahkan americano - nya yang baru saja ia telan, kenapa--Renjun bisa mengenal Hyunjin?! Dan--apakah Renjun seseorang yang dibicarakan Hyunjin tempo lalu? Dunia terasa begitu sempit dan aneh secara bersamaan baginya. "Eh? Apa yang kau maksud?"

"Maaf, aku hanya berbicara tentang realita yang mungkin terdengar tidak sesuai ekspektasi," Ucap Renjun sambil menyesap green tea yang belum ia sentuh sedari - tadi. Kalimat itu benar - benar menusuk hati Pemuda Na yang hanya bisa diam sedari - tadi, "Katakan kepadaku."

"Intinya--aku dan saudara tiriku--Hyunjin--adalah hunter, dan kami punya misi yang sama. Kau pasti tau misi apa, Hyunjin sialan itu sudah membocorkannya kepadamu. Dan--kumohon, tolong jangan marah kepadaku, aku memiliki satu permintaan." Bisik Renjun parau sambil menggenggam jemari lentik milik pemuda didepannya. Jujur, Renjun belum pernah selemah ini didepan orang lain.

Sementara Jaemin berperang batin dengan dirinya sendiri, jadi--Hyunjin dan Renjun adalah saudara tiri? Dan terlebih gilanya lagi mereka adalah hunter yang memiliki satu misi. Jaemin pusing dengan semua yang baru saja Renjun katakan.

"--bisakah kau bantu aku membunuh Lee Jeno? Kumohon--ini pasti sulit bagimu, aku juga merasa sulit. Tapi ada untungnya untuk kita berdua. Kau bisa hidup tenang dan aku bisa terbebas dari orang tua sialan itu. Bagaimana? Jika kita bisa membunuhnya terlebih dahulu maka Hyunjin akan terkurung disana,"

Jaemin hanya diam sambil membasahi bibir nya, belum pernah ia merasa seburuk ini dalam memikirkan suatu hal. Hingga akhirnya--Jaemin menyuarakan pendapat hatinya.

"Maaf Renjun--aku tidak bisa menuruti perintahmu dan Hyunjin. Aku akan menuruti apa yang menjadi pilihanku,"

Renjun menatap Jaemin tak percaya, lantas bagaimana ia bisa menuntaskan misinya sekarang? Ia hanya menghirup nafasnya pelan, menutup harapan yang ia banggakan dari Pemuda Na yang sekarang telah pupus begitu saja. Ada sedikit rasa kecewa yang bersarang di lubuk hatinya.

"--tak apa. Aku minta maaf atas perkataan ku yang lancang ini, aku pamit." Dengan segera Renjun pergi meninggalkan Pemuda Na yang menahan tangisnya. Green tea Pemuda Huang itu hanya ia minum satu kali teguk
dan ditinggalkannya disana, Jaemin jadi sedikit bersalah dengan perkataannya sendiri. Apa boleh buat--Jaemin sedikit bangga dengan keputusannya sendiri. Tapi apa yang harus ia lakukan untuk menyelesaikan permasalahannya?

Diam - diam ide konyol muncul di kepalanya, tapi Pemuda Na itu tidak mau ambil pusing--ia pun segera beranjak dari bangku kafetaria itu.

--end of this chapter--

sepertinya ini mendekati end--?
ada yang penasaran ide apa dikepala jaem?

mission | nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang