twelve ; charm

2.9K 379 2
                                        

Jaemin baru saja bangun pukul 8 siang, tubuhnya tidak bisa diajak kompromi, kepalanya pening, keringat dingin menjalar dari tubuh kurusnya. Jaemin berusaha bersuara tapi tenggorokan nya susah mengeluarkan suara, apakah akibat kemarin dia tidak memakan apapun sama sekali? Entahlah.

Jaemin berusaha turun dari tempat tidurnya yang berujung dengan jatuh, Jaemin memejamkan matanya, menetralisir rasa sakit yang menjalar dari tubuhnya. "M—Mark h–hyung!." Bisik Jaemin menyeret tubuhnya terseok-seok menuju gagang pintu, dia tidak bisa berdiri sekarang.

"E—eomma! Appa!" Jaemin berusaha berteriak yang malah membuat suara nya terdengar seperti rintihan, namun tetap tidak ada jawaban, kepalanya serasa ingin meledak, wajahnya pucat pasi, dan keringat dingin yang tak berhenti membasahi piyamanya, akhirnya Jaemin pingsan.

Cklak!

"J—Jaemin?!" Joohyun segera menghampiri anak bungsunya yang tergeletak di lantai, "Jaemin!! Lucass!" Joohyun menjerit memanggil suaminya sambil menepuk pelan pipi putranya, Lucas datang dengan terburu-buru, "Apa yang—Jaemin?!" Lucas tergopoh-gopoh mendekat setelah melihat Jaemin pingsan, "Kita ke rumah sakit saja sekarang!" Kata Joohyun tidak sabar, "Y-ya, kajja!" Lucas menggendong Jaemin disusul dengan Joohyun di belakangnya.

"Eomma! Mau kemana?!" Tanya Mark sambil menghampiri ibunya, "Jaemin pingsan, kita kerumah sakit!" Kata Joohyun sambil menggandeng Mark, pikirannya melesat jauh, apa yang terjadi pada adiknya itu? Kemarin dia baik-baik saja setelah dia pulang.

                       ✴mission✴

"Mmh—" Jaemin membuka matanya, melihat sekelilingnya; bau obat. "E—eomma?" Tanya nya sambil melihat muka Joohyun, wanita itu langsung menciumi putranya yang sudah berumur 18 tahun itu. "Jaemin kamu kenapa?" Tanya Joohyun sedikit serak; menangis sepanjang pagi membuat nya kehilangan suaranya. "Entahlah a–aku capek," Jawab Jaemin sekenanya, tenggorokan nya masih sedikit sakit.

"Mau makan? Eomma bawa sup jagung." Kata Joohyun sambil mengambilkan mangkuk berisi sup jagung, "Buka mulutmu!" Perintahnya, pemuda Na itu langsung menyambut suapan pertamanya, mencoba menelan dengan susah payah.

"Jaemin!" Minhyung membuka pintu kamarnya, membuat Jaemin tersentak kaget, "Hyung!" Katanya gembira, manik matanya yang sayu sedikit menggambarkan kebahagiaan. "Masih ada yang sakit?" Tiba-tiba Lucas menyembulkan badannya, Jaemin mengangguk; bohong, kepalanya masih pusing, tenggorokan nya susah menelan.

Mark menangkap semua itu, adiknya tidak pintar menyembunyikan keadaannya yang lemah itu. "Kalau sakit bilang saja," Kata Mark pelan sambil duduk di sofa yang ada di samping tempat duduknya, "Err---tidak kok hyung, sungguh!" Jaemin mengangkat jarinya hingga membentuk huruf 'v' Mark mengacak rambut adiknya pelan, "Lanjutkan makanmu, Na."

                       ✴mission✴

Jaemin menatap kosong ke arah jendela; berpusat kepada belakang rumah sakit; kolam ikan yang indah terpampang disana, membiaskan pantulan ikan berwarna-warni yang berlarian kesana kemari di air yang bening itu. Jaemin merasakan kantuk nya mulai menjalar, matanya berat, Joohyun sibuk membereskan kamar mereka sementara Mark dan Lucas pulang kerumah untuk mengambil beberapa barang yang diperlukan.

Manik hazelnya terlihat kosong, berbeda bila ia bersama kakaknya dan Donghyuck saat di sekolah, berbinar terang bagaikan bintang. Pikirannya masih membayangkan beberapa hal;

Tentang dirinya yang terancam,

Tentang Keluarga Kim,

Tentang Keluarga Lee,

Tentang Lee Jeno,

Dan--banyak lagi--

Otak nya masih tidak mampu mencerna segalanya, rasanya--seperti fantasi, seperti dongeng yang dulu Joohyun ceritakan kepadanya--tapi sekarang nyata.

"Jaemin," Joohyun memanggilnya, membuat pemuda itu sedikit berjengit padahal Joohyun tidak berusaha mengagetkan dirinya. "A—apa eomma?" Tanya nya sambil menatap ibunya itu, "Ada yang mau menjenguk,"

"S--siapa?"

"Ya mana eomma tau, dia temanmu. Senyum bulan sabit--ah iya." Jawab wanita paruh baya itu---berusaha mengandalkan ingatannya. "Lee Jeno." Kata Jaemin pelan, Joohyun hanya mengangguk saja, dan mempersilahkan pemuda itu masuk.

"Permisi,"

Jaemin menatap orang yang di diantara pintu kamarnya. Lelaki menyebalkan itu, yang membuat hidupnya dalam bahaya, yang membuat dirinya dihantui rasa cemas, yang membuatnya dijadikan alat.

"Ah, iya, silahkan masuk," Kata Joohyun mempersilahkan, "Terimakasih---"

"Nyonya Na, panggil saja begitu." Jawab Joohyun sambil tersenyum, wajah yang sudah memiliki beberapa guratan halus itu menampilkan kecantikannya yang belum dimakan semesta, meski sebagian umurnya sudah terkikis waktu.

"Ah, iya, Nyonya Na." Jawab pemuda bermata bulan sabit itu, duduk di brankar yang tersedia di samping tempat tidur Jaemin. "Ah, kalau mau berbincang dulu silahkan, saya akan pergi," Kata Joohyun sambil membuka pintu dan berlalu pergi.

"Jaemin,"

Pemuda bersurai coklat itu menatap lelaki yang duduk disampingnya, manik mereka bersirobok detik itu juga, Jeno sedikit terpukau dengan ciptaan Tuhan-Nya itu, manik hazel yang indah.

"Kenapa kesini?" Tanya Jaemin sambil mengalihkan atensi perhatiannya, menatap kosong ke rak yang berisi alat medis. "Ya menjengukmu, memangnya apalagi? Apakah aku kesini hanya numpang ke toilet? Aku tidak segitu bosannya, ya." Kata pemuda disebelahnya sombong.

"---Terserah!" Kata lelaki bersurai coklat disebelahnya malas, "Bagaimana keadaan mu? Cukup---baik?" Tanya Jeno pelan sambil mengusap tengkuknya, atmosfer menjadi canggung.

"Lumayan," Jawab Jaemin pelan, "Kapan sekolah lagi? Err--" Jeno sedikit bingung, "Kenapa? Rindu?" Tanya Jaemin jahil, alis nya dinaik-turunkan, sedikit melupakan siapa sebenarnya orang yang didepan nya ini. "Bangsat! B--bukan itu maksudku!" Umpat Jeno sambil mencubit tangan Jaemin, yang dibalas pukulan main-main ditangannya.

"Ya, maksudku---aku kesepian y--ya begitu."

"Benar kesepian? Ada Renjun, temanmu."

"Tidak mau--"

"Ada Donghyuck juga!"

"Tidak mau sama si gendut."

"Hei!"

Jaemin menatap Jeno kesal; dia menjadi--nyaman? Itu juga dirasakan oleh Jeno, aliran darahnya berdesir halus, tidak! Jangan terpukau! Bisik pikirannya.

Akhirnya Jaemin dan Jeno bercengkrama bersama, ditengah senja yang menatap mereka dengan senyum pedihnya, menatap Jaemin iba, "Jam besuk sudah habis~" Tiba-tiba Lucas datang dengan koper-koper yang bersanding di tangannya, "Appa!" Racau Jaemin tidak senang.

"Maaf ya pemuda tampan---jam besuk Jaemin sudah habis--mentari sudah hilang, kembalilah esok," Kata Lucas sambil tersenyum, "Baik, saya akan pergi, permisi," Jeno pun pergi setelah 'diusir dengan cara halus'  oleh Lucas. Manusia biadap! Pikir Jeno sambil menghentakkan sedikit kakinya, sedikit lagi Jaemin pasti luluh, iya dia yakin!

Part twelve was end.

Gila panjang banget ini 900++ words!❤
Ku dedikasikan part yang panjang ini kepada readers ku sekalian, 0,5k readers omg😭 Maaf kalau kurang feelnya; aku belum sejauh author yang lain, thankkss❤❤❤❤

mission | nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang