Bab 20 : Tolong Aku!

4.5K 213 5
                                    

Devian yang masih tersenyum pada Rani membelai pipi Rani namun gadis itu menepisnya kasar tapi bukannya marah Devian malah menyeringai puas.

"Wah, kau selalu saja membuatku terkesan dengan tingkahmu, manisku." ujarnya pada Rani yang sedang menatapnya tajam.

"Kenapa kau ada di sini?" tanya Rani dingin pada Devian. Devian mengusap dagunya dengan telunjuknya berpikir sebelum akhirnya tersenyum lagi.

"Bagaimana kalau kita tanya pada pelayan di sini?" usul Devian sambil membuka pintu menampakkan dua orang pelayan yang nampak ingin mengetuk pintu kamar tersebut.

"Bos," ucap mereka serentak pada Devian. Rani terkejut dan memandang kembali Devian yang menatap penuh intimidasi kedua orang itu.

Salah satu tangannya menggenggam lengan Rani. "Kalian tak becus sekali mencari gadis berumur 15 tahun ini, beruntung dia masuk ke kamarku jika tidak mungkin aku akan menghukum kalian."

Aura dingin Devian begitu kental dirasakan oleh Rani. Aura yang sangat berbeda kala keduanya masih di kamar Devian. "Ayo manis, ada makan malam yang menunggu kita." ucap Devian pada Rani sambil tersenyum.

Mengingat dari tadi dia mengancam anak buahnya dengan sadis senyuman yang ditampakkan oleh Devian itu ... sangat menyeramkan.

😍😍😍😍

"Jadi kamu menunduh Ibu yang menculik Rani?!" kata Clarisha dengan nada satu oktaf.

"Tidak Ibu, aku hanya bertanya pada Ibu baik-baik. Aku tak..."

"Ah sudahlah, kau selalu saja berpikiran hal yang buruk tentang Ibu dan itu semua karena bergaul dengan gadis berandalan itu. Aku bersyukur sekali dia diculik oleh seseorang kenapa tak sekalian dia mati saja." cerca Clarisha.

"Ibu!?" Hardikan Karma yang keras dibalas dengan pelototan mata oleh Clarisha.

"Lihat sekarang, kau sudah berani membentak Ibumu sendiri apa kau masih saja peduli sama gadis yang membawa pengaruh buruk padamu itu?!" ujar Clarisha dengan nada yang tinggi.

"Ibu, sekali saja aku mohon tolong jauhkan sifat marahmu pada Rani. Apa Ibu tak kasihan sama sekali dengan keluarga Rani?"

"Heh?! Tidak sama sekali. Untuk apa aku menculik gadis yang membuatku naik darah terus." sahutnya dan berjalan menaiki tangga meninggalkan Karma dan Ayahnya.

Karma yang menghela napas berat memandang Ayahnya yang menepuk bahunya. "Sudahlah jangan diambil hati perkataan Ibumu, kau tahu 'kan kalau Ibumu itu memang sensitif orangnya. Sekali dicurigai dia langsung emosional."

Karma hanya tersenyum getir mendengar penuturan Ayahnya. "Dan kau juga jangan terlalu berprasangka buruk pada Ibumu. Sekejam apapun Ibumu, dia tak akan melakukan hal sekeji itu percayalah, Ayah sudah mengenal sangat lama Ibumu."

"Iya Ayah, aku percaya pada Ayah dan Ibu. Ucapkan permintaan maafku pada Ibu, sungguh aku tak bermaksud untuk berprasangka buruk padanya dan sampai salamku pada Ibu, aku akan pulang."

"Baiklah, hati-hati ya Nak." Karma kembali mengembangkan senyuman tipis dan mendongak melihat lantai kedua berharap bahwa Clarisha, ada di sana tapi yah itu hanya harapan semata.

Karma yakin Ibunya pasti tak ingin bertemu dengan dia untuk sementara waktu karena dia kecewa pada Karma. "Maafkan aku Ibu." Karma kembali melangkah menuju pintu untuk keluar dari rumah orangtuanya.

Hot Daddy [PINDAH DI DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang