"Kau yakin orang yang menelponmu itu Rani?" tanya Dani ragu dengan ucapan Karma.
"Ya, aku mengenal suaranya. Dari telepon tersebut, aku memperkirakan dia sedang terburu-buru seakan dia tengah dikejar sesuatu dan akhirnya telepon terputus tanpa aku tahu dimana dia berada." jelas Karma dengan nada datar.
Ikabayashi dan Dani saling berpandangan. Ini satu-satunya petunjuk untuk mencari Rani, walau petunjuk tersebut masih tergolong petunjuk baru. "Apa dia kembali menghubungimu?"
Karma menggelengkan kepalanya lemah. "Haahh ... apa boleh buat, aku harus menghubunginya. Berikan padaku nomor telepon yang dipakai oleh Rani."
Karma patuh dan memberikan nomornya pada Dani. Dani mengambil smartphone-nya dan menghubungi seseorang. Tak butuh waktu lama, teleponnya diangkat.
"Halo," sapa suara seorang gadis.
"Halo, Ai-chan. Aku butuh bantuanmu sekarang," kata Dani to the point.
"Ok, tapi sebaiknya cepat ya aku sedang menonton aksi pegulat sumo di TV."
"Tolong kamu cari nomor telepon yang akan aku kirim padamu segera."
"Baiklah, aku akan membantumu tapi datang ya di rumahku. Aku tak akan menelponmu."
"Kenapa?"
"Pulsaku habis dan aku sedang malas untuk belanja keluar rumah."
"Ai-chan, kamu seorang hacker internasional. Kamu bisa mencuri pulsa di internet sebanyak yang kamu mau."
"Aku juga malas melakukannya. Jadi jika kalian mau aku memberitahukan informasi yang aku dapat, datanglah ke rumahku!"
Tuut tuutt
"Aku bersumpah, jika dia bukan seorang gadis akan kuhajar dia!" ucap Dani geram dengan Ai, seorang hacker muda yang sekaligus temannya.
Dani berdiri dan mengambil jasnya. "Kakek, aku pergi dulu ke rumah Ai. Aku akan mengabari jika aku sudah mendapat informasi, kau mau ikut Karma-san?"
"Ya, aku akan ikut." jawab Karma. Tak butuh waktu yang lama keduanya sampai di rumah Ai.
"Kau kenapa?" tanya Dani setelah menangkap raut wajah Karma yang sedang bingung.
"Apa benar ini rumah temanmu?"
"Ya, apa ada yang salah?" Dani balik bertanya pada Karma.
"Ini jauh dari ekspektasiku. Kukira kau akan membawaku ke sebuah gang sempit di mana banyak sekali orang berwajah seram."
Dani mengkerutkan dahi. "Mana mungkin seorang gadis 14 tahun tinggal di tempat menyeramkan seperti itu."
"Hah? Apa kau bilang gadis 14 tahun?"
"Ya, Ai itu gadis berumur 14 tahun." jawab Dani. Dia lalu mengetuk pintu sebuah rumah. Seorang wanita membuka pintu dengan senyuman ramah. Mau tak mau Dani tersenyum.
"Hai, Bibi." sapa Dani.
"Oh Dani, bagaimana kabarmu? Kau sudah lama tak berkunjung ke rumah? Di mana Rani dan siapa dia?" tanya wanita itu sambil memandang Karma.
"Dia temanku, justru kami ingin bertemu dengan Ai karena ada masalah dan aku baik-baik saja." jawab Dani.
"Oh, kalau begitu silakan masuk Ai berada di dalam kamar." Dani dan Karma masuk ke dalam rumah Ai. Dani kembali melempar senyuman pada seorang gadis yang sedang asyik membaca majalah.
Dia juga tersenyum manis pada Dani. Akhirnya keduanya masuk ke dalam Ai setelah mengetuk pintu. "Oh kalian sudah sampai, silakan masuk."
Karma memperhatikan seksama kamar Ai yang terlihat berantakan. Banyak sekali komputer yang tak terpakai dan barang-barang teknologi yang sulit untuk disebut satu persatu saking banyaknya.
"Aku sudah mengecek nomor telepon rumah yang kau berikan padaku dan nomor telepon itu aktif di kediaman..."
Ai menekan enter dan terlihat foto seorang pria beserta profil dari pria tersebut. "Alexandra Devian," ucap Dani menyeringai.
"Sudah kuduga dia yang menculik adikku, Ai periksa CCTV-nya cek apakah adikku ada di sana." Ai segera melakukan perintah Dani dan hanya butuh beberapa detik untuk meretas keamanan kediaman Devian.
"Ah itu Rani," ucap Ai saat melihat sesosok gadis yang tengah sibuk menggambar.
"Sepertinya dia baik-baik saja," komentar Ai saat melihat gadis itu tak terluka.
"Untuk waktu yang tak lama, Ai boleh aku meminta bantuanmu sekali lagi?"
"Tentu, kau mau apa?"
😍😍😍😍
"Mau apa kau kemari? Pria gila!" kata Rani sambil terus menggambar.
"Apa aku tak boleh melihat gadis manisku?" tanya Devian.
"Yah sama sekali tak bisa!" sahut Rani dengan menatap tajam.
"Sayang sekali, padahal aku ingin membuatmu menjadi milikku." Rani mengkerutkan dahinya menyadari ada sesuatu yang salah dari kalimat yang terlontar dari mulut Devian.
"Apa maksud..." Belum menyelesaikan kata-katanya, Rani ditarik oleh Devian. Tubuhnya yang mungil dihempaskan ke ranjang dan Devian menindihnya.
Rani menggerakkan tubuhnya namun karena dicengkram oleh Devian, dia tak bisa melakukan apa-apa. "Apaan ini hah?!" bentak Rani.
"Tentu saja untuk mengklaimmu,"
"Maka aku akan menolakmu dengan sepenuh hati!" balas Rani.
"Apa kau tak lihat kau tak punya pilihan lain, sudahlah lebih baik kau pasrah saja manisku. Kau akan senang dan mengerti suatu saat."
"Memperkosaku tak akan membuatku mengerti, dasar pria bodoh!" Devian menyeringai dan mendekati Rani yang memalingkan mukanya.
Rani tak ingin melakukan ini, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa. Apa dia harus pasrah dengan semua ini?
Duagh
Rani terkejut saat merasakan cengkeraman Devian terlepas dan kemana pria itu? "Dasar pria pedofil?! Beraninya kau hampir memperkosa adikku?! Tak akan kumaafkan!"
Rani terpaku pada Dani yang berada di depannya. Nafasnya memburu karena amarahnya sudah tak terbendung lagi. Sementara Rani yang syok didekati oleh Karma.
"Kau tak apa-apa?" tanya Karma.
😍😍😍😍
See you in the next part!! Bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy [PINDAH DI DREAME]
Romance[Open Pre-Order] Spin off My Little Girlfriend (Silakan follow sebelum membaca cerita ini) "Aneh," gumam seorang Karma Wynne sambil memandang Rani. "Siapa yang kau sebut aneh?" tanya Rani sinis pada Karma. "Kau yang aneh," balas Karma dengan tatapan...