Pagi itu seperti biasanya, Rani pergi ke sekolah. Kali ini dia memilih berjalan kaki dengan alasan menyegarkan tubuhnya.
Saat dia hampir sampai di sekolah, keributan di sebuah geng sempit menginterupsi pendengarannya. Tanpa rasa takut dia bergerak menuju asal suara.
Rani menghela napas berat saat melihat tiga orang pemuda yang memakai seragam sama dengannya tengah menindas seorang pemuda. "Lepaskan dia," ucap Rani.
Mereka bertiga yang awalnya menatap kesal mendadak menatap horror pada Rani. Ada ketakutan di mata mereka ketika mereka melihat Rani.
"Hei, ada Rani ayo kita pergi sebelum kita dihajar habis-habisan olehnya." Usulan salah satu dari mereka segera diterima dengan baik dan mereka pun melarikan diri.
Rani mengejek mereka dalam hati dan membantu si pemuda yang bersekolah sama dengannya. "Terima kasih ya Rani-san," ucap pemuda itu tersenyum pada Rani.
"Yah sama-sama," balas Rani mengulum senyuman juga.
"Lain kali kau hati-hati ya," si pemuda hanya mengangguk. Keduanya lalu berjalan menuju sekolah bersama-sama.
😍😍😍😍
Aneh, bagaimana tidak? Dia tiba-tiba saja dipanggil oleh Pak Kepala Sekolah. Perasaan dia tak melakukan hal yang buruk. Sesampainya di sana, Rani terkejut melihat ada Dani di sana.
"Rani-san silakan duduk, ada yang ingin kami sampaikan padamu." Rani patuh dan duduk di kursi yang sudah disediakan.
"Kau pasti bingung kenapa kau dipanggil ke sini 'kan?" Rani kontan mengangguk.
"Apa benar kau bertemu dengan Masato dan teman-temannya ketika kau menuju ke sini?"
"Ya," jawab Rani singkat.
"Berarti apa itu benar kau menghajar mereka?" Rani sontak saja terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Kepala Sekolah.
"Tidak, saya tidak berkelahi dengan mereka. Ya mungkin saya bertemu dengan mereka, tapi sungguh saya tak menghajar mereka." kata Rani bersungguh-sungguh.
"Tapi, mereka bilang kau memukul mereka, Rani-san. Tak percaya, lihat ini." Rani menerima beberapa foto yang disodorkan oleh Kepala Sekolah.
Mata Rani membulat tak percaya melihat foto lebam dari Masato dan teman-temannya. "Sa-saya tak melakukannya Kepala Sekolah sungguh," kata Rani bersikeras karena memang faktanya dia tak menyentuh Masato dan kawan-kawan.
Kedua mata onyx Rani lalu menatap Dani yang menatapnya. "Abang, bukan aku yang melakukannya Abang percaya 'kan sama Rani?" Dani tersenyum tipis dan membelai rambut Rani yang panjang.
"Abang percaya sama Rani kalau itu Rani anak baik." katanya menenangkan Rani.
"Maaf Rani-san, karena anda belum punya bukti yang membuktikan anda tak bersalah kami akan mendiskors anda sampai satu minggu ke depan jika anda masih belum mendapat buktinya terpaksa anda kami keluarkan dari sekolah."
😍😍😍😍
Ikabayashi Kazuha yang saat itu tengah berbincang dengan Karma, tiba-tiba mendapat telepon. Raut wajahnya yang tenang tiba-tiba berubah menjadi penuh amarah mendengar cucu kesayangannya diskors oleh sekolah.
"Ada apa Kazuha-san?" tanya Karma heran.
"Rani cucuku, dia tengah ada masalah di sekolahnya." jawab Ikabayashi. Ikabayashi lalu memanggil sekertarisnya.
"Cari informasi tentang kenapa masalah kenapa Rani di skors dan cek kebenarannya,"
"Baik Tuan." Sekertaris Ikabayashi lalu mengundurkan diri meninggalkan kedua pria itu. Ikabayashi masih gusar sementara Karma bergelut dengan pikirannya.
Dia merasa prihatin dengan apa yang menimpa Rani. Gadis itu sudah membantunya berkali-kali, jadi apa salahnya jika Karma membantunya.
Dia menarik smartphone-nya hendak menelpon Rani. Tapi ponselnya tiba-tiba berbunyi menandakan ada telepon masuk. "Halo,"
"Halo Karma-san, ini aku Dani kakak Rani." Tumben Dani menghubunginya.
"Aku menghubungimu karena adikku sedang terkena masalah di sekolah. Dia frustasi sekarang dan tak mau berbicara padaku, maukah kau menemani dia sebentar ajaklah juga putrimu, mungkin saja dengan keberadaan kalian, dia mau berbicara."
Karma terdiam beberapa saat mendengar penuturan Dani. Dia sayang pada Rani sampai-sampai mau menghubungi Karma untuk meminta bantuan dan menyingkirkan sifat membenci demi adiknya.
"Baik akan kuusahakan," jawab Karma.
"Terima kasih, Karma-san." Telepon ditutup dan Karma menghubungi Rani. Tak butuh waktu lama Rani mengangkat teleponnya.
"Halo,"
"Halo, Rani-chan."
"Karma?"
"Ya, ini aku Karma. Aku mendengar masalahmu dan aku turut bersimpati. Aku dengar kau diskors, bagaimana selagi menjalani hukumanmu kau berkunjunglah di apartement kami. Bermain dengan Sherly mungkin untuk meluangkan waktumu."
"That is a good idea, aku akan berkunjung di rumahmu dan Karma,"
"Hmm,"
"Terima kasih,"
"Untuk apa?"
"Karena mau bersimpati dan berusaha menolongku." Karma tersenyum tanpa sadar mendengar ucapan Rani yang terdengar tulus.
"Sama-sama, kau sudah banyak membantuku. Kini giliranku untuk membantumu." Dibalik telepon Rani mengulum senyuman juga mendengar perkataan Karma.
"Jadi sampai jumpa besok," sahut Rani.
"Bye," balas Karma dan menutup teleponnya.
😍😍😍😍
See you in the next part!! Bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy [PINDAH DI DREAME]
Romance[Open Pre-Order] Spin off My Little Girlfriend (Silakan follow sebelum membaca cerita ini) "Aneh," gumam seorang Karma Wynne sambil memandang Rani. "Siapa yang kau sebut aneh?" tanya Rani sinis pada Karma. "Kau yang aneh," balas Karma dengan tatapan...