Bab 28 : Aku Menyukai Seseorang

4.5K 227 8
                                    

Karma menyesap kopinya di depan wanita yang menjadi pasangan kencan buta, jika saja bukan karena paksaan Ibunya dia tak akan datang ke tempat itu.

Si wanita itu tersenyum ramah pada Karma. "Terima kasih karena sudah meluangkan waktumu untuk bertemu denganku. Namaku Medika," katanya memperkenalkan diri.

"Aku Karma." balas Karma cepat.

"Ya, aku tahu. Aku juga sudah melihat fotomu, ternyata kau jauh lebih tampan dibanding fotomu." puji Medika.

"Terima kasih." ucap Karma.

"Kalau begitu apa kita mulai saja kencan kita?" Karma menurut saja tak mau berbasa-basi. Dia menginginkan kencan ini selesai dengan cepat agar Karma bisa pulang.

Kencan mereka dimulai menonton bioskop dan sekadar untuk jalan. Terlihat Medika sangat menikmati waktu mereka berkencan sedangkan Karma terlihat biasa saja dan terkadang risih.

Risih karena diperlakukan oleh Medika layaknya sepasang kekasih. Wanita itu terus menggandeng lengannya sambil berjalan. Beberapa kali Karma menegurnya tapi dia tetap keras kepala dan lain-lain yang membuat Karma tak nyaman.

Karma melangkahkan kakinya hendak pulang bersama dengan Medika yang terus menggandeng lengannya. Berusaha untuk tak menggubris, Karma mengalihkan pandangannya ke segala arah.

Karma tak sengaja melihat Rani dan Chinami tengah mencoba beberapa barang. "Medika-san, apakah kau boleh pulang sendiri. Aku baru ingat kalau aku punya urusan yang sangat penting." kata Karma.

"Kalau begitu ayo kita selesaikan saja urusannya." balas Medika ingin mengikuti Karma.

"Tidak," jawab Karma cepat tapi dia cepat menyambung melihat raut Medika yang kecewa.

"Maksudku adalah pekerjaanku akan membutuhkan waktu yang sangat lama kau akan bosan." sambungnya.

"Oh baiklah, terima kasih atas kencannya aku harap kita bisa kencan lagi suatu saat." ucap Medika.

"Ya sama-sama." Setelah Medika pergi, Karma cepat-cepat menghampiri kedua orang itu. Chinami adalah orang pertama yang melihat Karma.

"Wynne-san." ucap Chinami kontan. Rani melirik sekilas ke belakang memandang Karma.

"Kalian sudah lama di sini?" tanya Karma memandang Rani.

"Iya." jawab Chinami singkat setelah lama. Chinami pikir, Rani akan menjawabnya tapi tidak. Mengetahui kalau Rani mengabaikannya, dia meminta untuk berbicara dengan Chinami.

Setelah beberapa menit, Karma dan Chinami kembali mendekati Rani. "Rani-chan, maafkan aku. Aku harus pergi aku ada urusan. Dah."

Belum mencegat Rani menghela napas pendek melihat Chinami sudah bergerak meninggalkan Rani dan Karma. "Kenapa kau menyuruhnya pergi?" protes Rani pada Karma.

"Aku tak menyuruhnya pergi," dalih Karma.

"Sudahlah, jangan pura-pura. Aku tahu kau membuatnya pergi." kata Rani bersikukuh. Karma menghela napas.

"Baiklah aku mengaku, ini karena kau. Kau susah diajak bicara." kata Karma.

"Kau kenapa tak mau bicara padaku? Apa aku membuat kesalahan?" Rani tak menjawab dan malah meninggalkan Karma.

Tentu saja Karma segera mengejarnya, "Kau mau kemana?"

"Tentu saja pulang." jawab Rani ketus.

"Biar aku yang mengantarmu pulang." pinta Karma.

"Tak usah, biar aku saja sendiri." Karma berusaha menyamakan kecepatannya dan berhasil meraih lengan Rani. Dibalikkannya tubuh gadis itu agar menghadapnya.

"Ayolah katakan padaku, apa salahku sampai kau bersikap dingin begitu?" tanya Karma menuntut jawaban.

"Harusnya kau bisa mengetahuinya sendiri." jawab Rani enteng. Karma diam. Dia menatap dalam kedua mata Rani lalu tersenyum mendapat jawabannya.

"Apa kau melihatku bersama dengan perempuan lain?" Rani terkejut tapi dia menyembunyikan wajah terkejutnya dari balik raut wajahnya yang kesal.

"Itu benar, 'kan. Kau cemburu melihatku bersama dengan perempuan dari tadi bukan?"

"Heh! Siapa bilang aku cemburu?! Tidak kok!" bantah Rani menahan amarah. Karma tertawa kecil melihat wajah Rani memerah entah karena malu atau meredam amarah yang jelas dia terlihat sangat lucu.

"Jangan cemburu."

"Aku sudah bilang aku tak cemburu!" potong Rani emosi.

"Aku tak menyukai dia kok, hanya mengajaknya jalan-jalan sebentar. Ya memang, dari tadi aku berkencan tapi jujur aku tak punya perasaan padanya." Rani menunduk dan menampilkan senyumnya.

Dia lega sekali mendengar penjelasan Karma. Dia harus meminta maaf sebenarnya tapi egonya masih tinggi sekaligus malu. Jika dia meminta maaf maka perasaannya akan tampak.

"Sebenarnya aku ... menyukai seseorang..." Rani mengangkat kepalanya melihat Karma yang sedang serius.

"Dan dia adalah.." Rani mendekat dan menutup mulut Karma dengan telapak tangannya sendiri.

"Jangan mengatakannya dulu," Rani menjeda. "Aku masih harus melakukan ujian akhir. Jika kau mengatakannya maka aku ..."

"Aku tidak akan konsentrasi." lanjutnya sambil menatap lekat pada Karma. Hendak menarik tangannya dari bibir Karma, Karma dengan cepat mencegah tangan Rani dan menarik lebih dekat.

Rani terkesiap merasakan bibir Karma lembut menekan dengan bibir Rani. Ciuman itu hanya berlangsung beberapa detik. Tanpa menuntut sama sekali, beda dengan ciuman pertamanya.

Karma mundur dari Rani, memandang wajah Rani yang cantik dengan semburat merah di kedua pipinya. "Aku akan menunggumu." Makin memanaslah wajah Rani mendengar ucapan Karma.

"Kau ingin pulang, ayo kuantar." pintanya sekali lagi. Karma menarik lengan Rani untuk membawanya ke parkiran.

😍😍😍😍

See you in the next part!!! Bye!!

Hot Daddy [PINDAH DI DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang