[5]

8.5K 875 58
                                    

Kevlar menghela napas lega, begitu kakinya menginjak ambang pintu kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kevlar menghela napas lega, begitu kakinya menginjak ambang pintu kelas. Suasana kelas memang sudah ramai, namun belum ada guru yang mengajar. Padahal, bel sudah berbunyi tiga menit yang lalu. Sia-sia dia berlari dari parkiran hingga sampai kesini. Tapi, yasudahlah.

"Pak bos kita baru berangkat?"

Sambut Yosi dengan nada semangat, begitu Kevlar baru saja meletakkan tas nya keatas meja. Kevlar hanya membalasnya dengan dengusan. Dan ikut fokus pada Ilham yang mencatat sesuatu di bukunya.

"Ada tugas emang?" Tanya Kevlar sedikit bingung.

"Ada. Tadi si Joni kasih tau, kalu bu Puji nggak bisa masuk. Jadinya kita dikasih tugas ngerangkum, sama ngerjain soal." Jelas Ilham masih sibuk mencatat.

Yosi ikut mengeluarkan bukunya, dan mulai mengikuti apa yang Ilham lakukan. Tak berselang lama, Kevlar juga mengikuti. Ketiga nya larut dalam hening, dengan fokus pada tulisan masing-masing. Sampai dimana detik kelima, pekikan Yosi yang tiba-tiba, membuat Ilham dan Kevlar sontak mengelus dada.

"Anjir ini mah. Soalnya nggak ada yang gue ngerti." Yosi frustasi. Tangannya mengacak rambutnya asal, sampai berantakan.

"Soal tentang apa?" Tanya Ilham melirik singkat.

"Pencerminan. Bab kemarin aja gue nggak paham. Apalagi ini."

"Santuy kenapa, sih? Gampang." Sahut Kevlar dengan nada tenang. Hingga membuat atensi Ilham dan Yosi terpusat padanya. "Tinggal ambil cermin, habis itu ngaca. Gitu aja kok repot."

"Yee, tilil!" Tangan Yosi menggeplak kepala Kevlar cukup kuat. Sang empu meringis sakit, pukulan Yosi tidak main-main. Sedangkan Ilham, manusia paling normal diantara mereka, hanya menghela napas.

"Nanti kita kerjain bareng-bareng. Udah, nggak usah ribut. Kerjain lagi."

Kevlar dan Yosi hanya menurut. Kedua nya kembali sibuk menulis, walau sesekali akan bertanya pada Ilham jika ada yang tidak mereka mengerti. Semakin larut dalam keheningan, dan waktu juga terus berjalan, sampai dimana ketiga nya mengerjakan soal.

"Bu Puji itu asik. Guru Matematika paling sabar yang pernah gue temui. Tapi sayang, mau sesabar apapun beliau, tetep aja gue benci Matematika." Yosi berujar seraya merenggangkan tangan nya yang pegal. Lima lembar, lumayan menguras tenaga. Belum lagi harus mengisi soal yang diberikan, Yosi butuh menghirup udara sejenak.

Kevlar juga melakukan hal yang sama. Bahkan Kevlar langsung menutup bukunya begitu saja. Dan menyenderkan tubuhnya kesandaran kursi. Membuat Ilham yang melihat tingkah kedua temannya hanya geleng-geleng kepala.

|✔| KEVLAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang