"Bun, kita mau main bola, boleh?"
"Boleh. Tapi jangan jauh-jauh mainnya. Dan kalian harus janji harus jagain adik-adik kalian."
"Siap, Bun."
Ke empat anak itu nampak berlarian dengan gembira. Terkadang saling menjahili, dan yang pastinya si bungsu lah target kejahilan mereka. Namun, tawa dan binar bahagia dibola mata mereka adalah kebahagiaan yang sangat mereka tunggu. Kaki-kaki kecil mereka saling berebut bola masing-masing, dengan suara tawa lepas karena asyik melihat yang lebih muda nampak selalu kalah dalam permainan.
Bola itu menggelinding jauh hingga si bungsu berniat mengejar, tanpa sepengetahuan siapapun. Hingga akhirnya, anak itu terhenti di pinggir jalan yang cukup lenggang. Namun tetap saja, ada perasaan takut untuk menyebrang dan mengambil bola itu. Maka dengan segenap keberanian, anak itu melangkah maju dengan kepala yang tertoleh kesana-kemari.
Salah satu diantara ketiganya ternyata menyadari sesuatu, adik bungsu mereka tidak ada disana. Dengan cepat, kaki kecilnya berlari ke arah jalanan karena melihat sosok kecil adiknya yang berjalan dengan pelan di tengah jalanan. Larinya ia perpecat, saat melihat mobil putih yang melaju kencang kearah adiknya.
Hingga saat mobil itu sudah dekat, tubuh ke duanya terpelanting hebat. Bunyi suara gaduh itu berhasil mengundang perhatian ke empat orang disana, mereka berlari tergopoh dengan kaki lemas saat melihat ke dua tubuh kecil itu bersimbah darah.
Mungkin keadaan yang lebih kecil jauh lebih baik, karena hanya luka dibagian kepala yang tak cukup parah. Berbeda dengan anak disebelahnya yang seluruh tubuh sudah hampir bermandikan darah. Teriakan wanita satu-satunya disana, sangat menyayat perasaan, saat merasakan tubuh salah satunya telah kehilangan raga. Karena nafas anak itu sudah tak terasa.
"Kevin!!!"
°°°
Satu hal yang Kevlar benci saat ia terlelap adalah, karena mimpi tentang dua anak kecil yang selalu hadir. Entah siapa mereka, dan mengapa mereka selalu bisa hadir dalam mimpinya. Hampir setiap saat malah. Cowok itu menyeka bulir keringat di pelipisnya, kemudian beralih menatap jendela besar yang menampilkan awan hitam pekat. Ini sudah hampir menjelang pagi, dan tidak mungkin dia kembali tertidur.
Anak itu memutuskan bagkit dan berjalan kearah kamar mandi, kemudian membasuh wajahnya yang nampak sayu. Lingkaran hitam di bawah matanya, kian kentara. Kevlar menarik nafas panjang, memandang dirinya sendiri dia justru merasa miris, dia yang merasakan sakitnya, namun dia sendiri tak tau apa yang terjadi dalam tubuhnya.
Bunyi deritan pintu yang terbuka, seolah menyadarkan Kevlar dari lamunan. Anak itu berjalan ke luar dan melihat sosok Yuda yang menatap nya dengan terkejut. Mungkin lelaki itu berfikir mengapa dia bisa terjaga dijam seperti ini. Dan Kevlar harus bisa mencari alasan untuk itu.
"Kamu sudah bangun?"
"Kev ngga bisa tidur, Om."
"Kenapa, ada yang sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| KEVLAR
Teen Fiction[TERBIT] [Part Tidak Lengkap] Semesta itu memiliki begitu banyak rahasia. Pada awalnya, Kevlar fikir hidupnya akan berjalan sebagai mana mestinya. Siapa yang tau, bahwa semesta mulai menunjukan permainannya. Dalam satu tarikan nafas, saat fakta itu...