Sudah hampir empat hari manik hitam itu tertutup. Terbawa buai mimpi yang indah, sudah hampir empat hari juga Kin dan Kenzo tidak beranjak sedikitpun dari sisi sang adik. Dan selama itu pula, Ayah dan Bunda tidak pernah datang. Kabar terakhir yang ia dengar, saat ini mereka sedang berada di luar negeri.
Marah. Pasti. Bagaimana bisa mereka pergi disaat anaknya butuh sosok orang tua disini. Anak kembar itu tidak habis fikir dengan kelakuan ayah dan bunda. Mereka tidak lagi pernah menghubungi atau dihubungi. Seolah mereka sengaja menjauh dan pergi. Jika memang seperti itu, lebih baik mereka pergi saja dari pada harus menyakiti adiknya.
Kin, mengelap tubuh adiknya dengan handuk basah secara perlahan. Hal ini rutin dia lakukan setiap pagi dan sore. Tubuh itu semakin kurus dan pucat, hatinya selalu sakit saat melihat matanya yang masih saja terpejam damai.
Setelah selesai dengan kegiatannya, anak itu kembali merapihkan selimut adiknya. Melirik pada Kenzo yang masih telelap di atas sofa. Kakinya melangkah mendekat dan berdiri dihadapan adik kembarnya. Mengguncang pelan pundak anak itu, ini sudah hampir siang dan anak itu harus segera bersiap ke sekolah. Mereka selalu bergantian ke sekolah, atau terkadang juga Yosi ikut membolos demi menjaga sang sahabat.
"Ken?"
Kenzo melenguh pelan, matanya mengerjap beberapa kali. Hal pertama yang ia lihat adalah, wajah teduh Kin dengan senyuman tipis disana. Dia membalas senyuman itu singkat, kemudian membangkitkan tubuhnya. Menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, Kin ikut duduk di samping adiknya yang telihat masih mengantuk. Wajar saja, mereka tidur larut bahkan hampir pagi.
"Lo mau ijin aja?"
"Engga deh. Udah terlalu sering ijin gue. Gue ngga papa kok."
"Yakin?"
Kenzo mengangguk kemudian melangkah menuju kamar mandi. Kin tersenyum sendu melihat punggung adiknya yang sudah menghilang dibalik pintu. Tarikan nafas panjang mengisi ruangan yang sepi ini. Dia memutuskan bangkit untuk membeli makanan di kantin rumah sakit. Sebelum pergi, dia kembali melihat adiknya yang masih terbaring. Wajah itu memang damai, tapi itulah yang membuatnya takut.
"Lo harus bangun, Kev."
°°°
Kenzo melangkah dengan gontai menuju kelas. Rasa kantuk dan pusing menjadi satu. Bahkan kakinya terasa bergetar, wajar saja beberapa hari ini tidurnya tidak pernah baik. Bukan hanya dia, tapi Kin juga. Bahkan dia rasa kakaknya itu yang paling sakit disini. Sering kali dia memergoki Kin tidak tidur semalaman karena menjaga Kevlar.
Tubuhnya langsung saja dia dudukan pada kursi setelah sampai di kelas. Keadaan yang masih sunyi, membuat Kenzo memutuskan untuk tidur walau sebentar. Kepalanya ia telungkupkan pada lipatan tangan, dengkuran halus sudah terdengar dari bibir tipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| KEVLAR
Teen Fiction[TERBIT] [Part Tidak Lengkap] Semesta itu memiliki begitu banyak rahasia. Pada awalnya, Kevlar fikir hidupnya akan berjalan sebagai mana mestinya. Siapa yang tau, bahwa semesta mulai menunjukan permainannya. Dalam satu tarikan nafas, saat fakta itu...