Kevlar terbangun dengan badan yang kacau. Semuanya terasa sakit hingga persendian. Anak itu meringis saat merasakan ngilu pada bagian lengan kanan nya. Tangan kiri nya menggapai ponsel nya di atas meja, dia ingin menelfon kakaknya. Sungguh rasa sakit ini tidak dapat Kevlar terima lagi, dia butuh seseorang disini.
Hingga panggilan ke lima, panggilan itu baru terjawab oleh Kenzo. Dengan suara yang semakin tercekat, sebisa mungkin Kevlar berbicara pada kakaknya. Tangannya terus meremat pada bagian yang sakit, kini kepalanya juga bertambah pusing membuat penderitaan nya bertambah sudah.
Detik diamana kesadaran nya sudah mulai terombang-ambing, terdengar suara derap langkah kaki. Setelahnya, pintu terbuka dengan lebar, Kevlar masih bisa melihat wajah panik ke dua kakaknya. Dia tersenyum tipis, karena rupanya Tuhan masih menyelematkan nya.
Kin mengangkat tubuh adiknya yang semula di lantai ke atas ranjang, tubuh itu sangat dingin. Ringisan kesakitan juga selalu ke luar dari bibir tipis adiknya. Dia melirik Kenzo yang sedang mengusap keringat adiknya, tatapan mereka bertemu beberapa detik. Netra hitam itu saling menyiratkan ketakutan pada satu titik yang sama. Kevlar.
"Kev. Lo masih bisa denger gue?
Kevlar mengangguk walau pelan, matanya ia pejamkan erat karena pandangan nya yang tiba-tiba saja berputar. Kenzo memegang lengan kiri adiknya yang meremat kuat lengan kanan nya. Sepertinya pusat rasa sakit itu ada disana, dia mengendurkan cengkraman adiknya. Mengusap pelan lengan itu dengan harapan doa dalam hati.
Kin menunduk dalam, merasa tidak pantas sebagai kakak. Dia selalu berjanji, tapi nyatanya dia bahkan tidak bisa melakukan apapun saat melihat adiknya seperti ini. Tangan nya terkepal erat, menahan gejolak amarah dalam hatinya. Sungguh, dia kecewa dengan segalanya. Ayah, Bunda dan ... takdir.
"Kev, bagi rasa sakitnya."
Kevlar membuka matanya saat mendegar suara bergetar milik Kin. Dia menatap kakaknya dengan pandangan sendu, jika bisa sekalipun membagi rasa sakitnya. Maka dia tidak akan pernah melakukan itu. Dia tidak akan membiarkan seseorang yang berarti dalam hidupnya ikut merasakan sakit. Cukup dia saja.
"Kalaupun bisa, gue ngga akan bagi rasa sakit ini sama kalian."
Kin dan Kenzo menatap dalam wajah adiknya yang pucat. Bibir kering itu nampak tersenyum, senyuman yang tak seindah biasanya. Hancur. Rasanya hancur saat hanya diam yang mereka lakukan tanpa bisa membantu adiknya.
"Sorry, gue ganggu tidur kalian."
"Lo nggak pernah ganggu kita, Kev. Malam ini gue sama Kenzo akan tidur di kamar lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| KEVLAR
Teen Fiction[TERBIT] [Part Tidak Lengkap] Semesta itu memiliki begitu banyak rahasia. Pada awalnya, Kevlar fikir hidupnya akan berjalan sebagai mana mestinya. Siapa yang tau, bahwa semesta mulai menunjukan permainannya. Dalam satu tarikan nafas, saat fakta itu...