Pagi ini masih seperti biasa. Dia terbangun dengan rasa sakit serta sepi yang membelenggu. Walau belajar terbiasa, nyatanya dirinya tidak sekuat itu. Tubuhnya ia bangkitkan perlahan, menuruni ranjang sempit miliknya dan berjalan menuju kamar mandi. Bagaimana pun, hari-harinya terus berlanjut. Walau tidak sama seperti dulu.
Setelah selesai dengan penampilan, Kevlar membawa langkahnya menuju dapur. Langkahnya terhenti dipijakan ke delapan. Disana, keluarganya sudah berkumpul dengan berbagai hidangan. Sempat merasa bingung, karena pagi ini dia terlambat bangun tak sempat menyiapkan makanan. Tapi, tak dapat dipungkiri hatinya mengucap syukur. Disaat tubuhnya seperti ini, Tuhan membantunya.
Tubuhnya masih disana, masih memandang mereka yang terlihat bahagia. Bibirnya tersenyum tipis, walau tidak ada dia diantara mereka, setidaknya melihat senyum dan tawa mereka itu sudah lebih dari cukup.
Kakinya melangkah mundur dan berbalik. Kembali menjauh, sepertinya berangkat sepagi ini lebih baik. Karena jalanan belum telalu ramai dan macet. Maka dengan segera, anak itu mengambil tas dan mulai menjauh dari pekarangan rumah.
Sesekali bibirnya menyunggingkan senyum saat bertatap muka dengan beberapa orang. Walau tidak saling mengenal, apa salahnya saling sapa. Selagi dia masih bisa mengingat, kenapa tidak. Ah, jika membayangkan itu membuat hatinya kembali terasa perih. Sangat.
Ternyata berjalan sepagi ini sangat menyenangkan. Embun yang terasa menyapu kulit, terasa menyejukan. Jika tau hal ini semenyenangkan ini, maka sudah ia lakukan sejak dulu. Kakinya terus ia bawa melangkah, walau tak dapat dipungkiri rasa lelah sudah mendominasi.
Hingga langkahnya berhenti saat jalanan yang penuh dengan embun itu tersorot lampu. Dia menyipit melihat cahaya itu. Hingga detik selanjutnya, matanya membola melihat mobil dengan berpacu kencang ke arah nya.
Kakinya seakan kaku untuk melangkah lari sekadar menghindar. Hingga tubuh itu terasa terpental dan jatuh di atas aspal yang keras dan dingin. Bau anyir menguasai sekitar, membuat beberapa orang yang melihat berlari mendekat.
Matanya masih sanggup terbuka, masih bisa melihat riuhnya orang-orang yang mengelilingi. Sakit bahkan mati rasa, semua tak dapat ia gambarkan begitu saja. Hingga perlahan mata itu tertutup dan hanya hal terakhir yang ia ingat adalah, teriakan semua orang yang membangunkan.
°°°
Kin dan Kenzo serta Anisa dan Fikri berlari menelusuri koridor. Beberapa menit lalu, polisi datang ke rumah. Memberitahu mereka sebuah fakta yang tak pernah terbayangkan selama ini. Mereka terus berlari hingga terhenti di pintu UGD yang tertutup.
Anisa meluruhkan tubuhnya, walau bagaimana pun dia itu seorang ibu. Kesalahan sebesar apapun yang telah merubah hidupnya, tetap saja dia tidak bisa membenci anak itu. Air matanya meluruh, lututnya terasa lemas. Tidak membayangkan kondisi anak itu di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| KEVLAR
Teen Fiction[TERBIT] [Part Tidak Lengkap] Semesta itu memiliki begitu banyak rahasia. Pada awalnya, Kevlar fikir hidupnya akan berjalan sebagai mana mestinya. Siapa yang tau, bahwa semesta mulai menunjukan permainannya. Dalam satu tarikan nafas, saat fakta itu...