Mungkin selama di rawat, keadaan Kevlar tidak menunjukan hal berarti. Hanya sesekali anak itu mengeluh pusing, atau jika tidak anak itu mimisan. Itu memang sudah gejalanya, dan selama itu pula Kin dan Kenzo hanya diam. Berusaha mencari peluang waktu untuk jujur kepada adiknya, karena ini tidak semudah itu untuk mereka.Seperti saat ini, sejak semalam Kevlar mengeluh pusing hingga sesekali mimisan. Dengan sabar, Kenzo mengelus atau jika tidak memijat pelan kepala adiknya. Kin sedang sekolah, maka Kevlar adalah tugas dan tanggung jawabnya sekarang.
Mungkin matanya tertutup, tapi Kenzo yakin adiknya tengah menahan sakit yang teramat. Kerutan di dahinya tidak bisa berbohong. Dia tidak bisa melakukan apapun, hanya sedikit mengurangi rasa sakit adiknya. Bukan menghilangkan. Jika bisa sekalipun, sudah dia lakukan sejak dulu.
"Kev."
Kelopak itu terbuka, sangat sayu. Bibir pucatnya berusa tersenyum, dan balas menatap dirinya yang kini mati-matian menghilangkan rasa sesak. Rasanya sangat menyakitkan melihat anak itu menahan sakitnya sendiri.
"Gue panggilin om Yuda, ya?" belum saja dia bangkit, tangannya di tahan oleh sang adik. Tatapan Kevlar seolah memohon agar tidak meninggalkan nya. Kenzo mengurungkan niatnya, kembali duduk dan menggenggam tangan adiknya.
"Gue cuma butuh lo, Kak."
"Tapi, setidaknya biar om Yuda sedikit ngilangin rasa sakit lo, Kev."
"Rasa sakit gue hilang. Itu kalo liat lo sama kak Kin bahagia."
Kenzo mengeratkan genggaman nya, bibirnya mengulas senyum. Andai, Ayah dan Bunda berada disini, maka dia pasti akan lebih kuat. Tapi mengapa seolah mereka tidak peduli dan menghilang begitu saja. Mungkin selama ini Kevlar tidak pernah bertanya tentang Ayah dan Bunda, tapi Kenzo yakin sekali jika anak itu menginginkan hadirnya Anisa dan Fikri.
"Lo mau makan?"
"Enggak. Gue pengen tidur aja."
"Yaudah, tidur ...."
Ditariknya selimut itu hingga sebatas dada sang adik. Memandang wajah damai yang terlelap itu membuat Kenzo sedikit bisa tenang. Melupakan hari-harinya yang semakin kelabu. Dia menyukai warna cerah, tapi mengapa yang hadir dalam hidupnya justru warna gelap. Bahkan tanpa warna.
°°°
Yuda memasuki ruangan Kevlar yang terlihat sepi. Hanya ada anak itu yang sedang terlelap di atas ranjangnya. Kemana perginya Kenzo. Tapi, saat pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan soaok yang dia cari, refleks bibirnya menyunggingkan senyum.
"Om, ada apa?"
"Tidak ada apa-apa. Saya cuma pengen ngajak kamu jalan-jalan. Mau?"
"Tapi, Kev ...."
"Hanya di taman."
Kenzo melirik adiknya yang terlelap, sepertinya anak itu memang akan terbangun nanti siang. Akhirnya dia menerima tawaran dokter Yuda. Mereka mulai melangkah menelusuri koridor yang ramai pagi ini. Tidak seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| KEVLAR
Teen Fiction[TERBIT] [Part Tidak Lengkap] Semesta itu memiliki begitu banyak rahasia. Pada awalnya, Kevlar fikir hidupnya akan berjalan sebagai mana mestinya. Siapa yang tau, bahwa semesta mulai menunjukan permainannya. Dalam satu tarikan nafas, saat fakta itu...