Semua berubah, hidupnya berputar sangat jauh. Dia menjadi sosok yang jauh dan dingin hingga membuat orang-orang terdekatnya bertanya-tanya. Kevlar berubah menjadi sosok dingin yang hanya ingin menjauh dan menyendiri. Dia sudah jarang bersama dengan ke dua kakaknya, selalu mencari alasan agar dia bisa berdiam diri di dalam kamar.
Tidak pernah lagi memeriksakan diri ke rumah sakit. Atau bahkan terkadang, dia membuang semua pil-pil obatnya. Merasa sangat tidak berguna, sebentar lagi dia akan melupakan segalanya. Dia sudah membaca artikel yang menjelaskan tentang penyakit itu. Dirinya bahkan belum siap melupakan kenangan indah bersama keluarganya dulu.
Kevlar menutup kasar buku yang sejak tadi ia coret-coret. Menoleh ke luar, tepat ke arah lapangan. Disana, ke dua kakaknya nampak bermain basket dengan hebat dan lincah. Dia tersenyum simpul, mengambil ponselnya dan mengabadikan momen itu.
"Biar gue bisa inget kalian." gumamam itu nyatanya mampu terdengar oleh Yosi. Anak itu tersenyum miris, lagi-lagi perasaan takut membuatnya hilang akal. Dia dan Kevlar mungkin jarang bersama beberapa bari terakhir, namun bukan berarti dia tidak memantau kegiatan sahabatnya.
"Lo nggak mau foto gue juga?"
Kevlar menoleh pada Yosi yang tersenyum ke arah nya. Dia menurunkan ponselnya, tangannya merangkul pundak Yosi.
"Kasian kamera gue."
"Enak aja, ganteng gini."
"Maksud gue, kasian kamera gue karena nggak bisa nampung wajah ganteng lo."
Hingga detik selanjutnya mereka mengumbar tawa bersama. Sudah lama rasanya, mereka tidak terlihat akur seperti ini. Binar bahagia itu, yang selalu ingin Yosi jaga dari siapapun yang berusaha menghilangkannya. Sudah terlalu banyak luka yang diemban anak itu. Walau tidak bisa menghilangkan, setidaknya dia bisa mengurangi.
"Gue seneng lo ketawa lagi kek gini, Kev."
Kevlar menghentikan tawanya. Dia menatap tepat di iris cokelat milik Yosi. Melihat raut kerinduan yang terpancar disana. Kepalanya tertoleh ke arah lain, asal tidak iris cokelat itu. Karena menatap semua luka dan kerinduan disana, membuatnya semakin takut pada kenyataan.
"Sorry,"
"Gue ngga butuh maaf lo. Yang gue butuhin, tetep jadi Kevlar yang dulu. Sesulit apapun masalah lo, karena ada gue. Sahabat lo."
"Lo terlalu baik, untuk jadi sahabat gue."
"Lo juga terlalu baik, Kev."
Kevlar menunduk menyembunyikan matanya yang memerah. Setidaknya sekarang ada alasan yang membuatnya harus berjuang dan bertahan. Selain keluarganya, ada Yosi. Sosok yang selalu ada untuknya. Sangat jahat jika dia menjauh dan melupakan sosok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| KEVLAR
Teen Fiction[TERBIT] [Part Tidak Lengkap] Semesta itu memiliki begitu banyak rahasia. Pada awalnya, Kevlar fikir hidupnya akan berjalan sebagai mana mestinya. Siapa yang tau, bahwa semesta mulai menunjukan permainannya. Dalam satu tarikan nafas, saat fakta itu...