"Leukimia stadium awal."
Pernyataan dokter Yuda beberapa menit yang lalu rasanya membuat dunia mereka seolah terhenti. Belum reda rasa khawatir mereka tentang fakta yang baru saja mereka tau, kini justru rasa takut itu akan berkali-kali lipat. Mengapa Tuhan menghukum Kevlar seperti ini?
Sejak tadi mereka hanya terpaku pada putihnya lantai. Tanpa berniat melakukan pergerakan apapun, bahkan melihat keadaan seseorang di dalam itu pun, mereka tidak berani. Apa yang harus mereka katakan pada adiknya saat anak itu menyadari ada hal aneh tentang tubuhnya.
Kin, mengacak rambutnya. Menyandarkan tubuhnya dengan kasar pada sandaran. Fikirannya kalut, mengapa seolah takdir kini tengah mempermainkan mereka. Tidak bisakah mereka bahagia seperti dulu.
"Apa yang harus kita omongin sama Kevlar, Ken?"
Kenzo menoleh, menatap wajah serupa dengan miliknya itu lekat. Pertanyaan Kin barusan yang sedang ia fikirkan sejak tadi. Dia pun tidak tau, apakah harus berkata jujur atau berbohong untuk sementara waktu.
"Gue juga nggak tau. Yang pasti gue nggak mau buat adek gue sakit."
"Kita semua nggak mau, Ken."
"Rasanya gue pengen ketawa kencang, biar dunia tau betapa menderitanya adek gue."
Kin terdiam, seolah kata barusan yang terucap dari bibir adik kembarnya adalah sebuah keputus-asaan. Apakah dia sudah lelah? Lalu bagaimana dengan janji, agar mereka selalu menjaga sosok itu?
"Lo mau nyerah?"
"Nggak akan. Gue nggak akan nyerah, sampe takdir yang buat gue menyerah. Tapi, sebelum itu gue pastiin Kevlar akan bahagia dulu."
"Dia prioritas kita?"
"Bahkan sebelum dia terlahir, dia udah jadi prioritas kita, Kin."
Hatinya sedikit lega mendengar hal ini. Setidaknya, mereka akan sama-sama berjuang, untuk sosok yang tersayang, yang kini sedang berjuang. Di heningnya malam ini, mereka kembali mengiklarkan janji untuk terus menjaga sosok rapuh itu. Setidaknya sampai takdir membuat mereka menyerah.
°°°
Tangannya saling meremat satu sama lain. Hatinya tengah gelisah, membayangkan seseorang yang kini belum ia ketahui pasti keadaan nya. Bagaimanapun dia itu seorang ibu, ikatan batin dengan anaknya terikat kuat. Tapi, mengapa seolah takdir tidak mengizinkan.
Sudah beberapa kali Anisa berjalan kesana-kemari. Tangannya tak henti meremat, dadanya bergemuruh. Rasanya sangat ingin dia pergi kesana. Tapi itu tidak mungkin, malam ini Fikri mengajaknya untuk menghadiri acara resmi pembukaan saham perusahaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| KEVLAR
Teen Fiction[TERBIT] [Part Tidak Lengkap] Semesta itu memiliki begitu banyak rahasia. Pada awalnya, Kevlar fikir hidupnya akan berjalan sebagai mana mestinya. Siapa yang tau, bahwa semesta mulai menunjukan permainannya. Dalam satu tarikan nafas, saat fakta itu...