Kevlar sudah berdecak kesal di tempatnya, karena sudah hampir setengah jam dirinya menunggu Kin yang tak juga kunjung ke luar dari kelasnya. Sempat berfikir ingin pulang lebih dulu, tapi kakaknya itu sudah memberi peringatan keras agar dirinya jangan sampai pergi sendiri. Dan, sekarang justru anak itu menyesal karena menuruti perintah Kin.
Kakinya menendang kosong udara, atau jika tidak tangan nya akan mengacak rambutnya karena kesal. Udara semakin panas karena matahari sudah tepat berarah ke arahnya, membuat perasaannya semakin dongkol. Hingga sebuah mobil berwarna putih, berhenti tepat di hadapan anak itu, tidak juga membuat Kevlar menghentikan gerakan kakinya.
Terdengar derap suara langkah mendekat, barulah Kevlar berhenti dan mendongakan kepalanya. Matanya memandang bingung pada seorang wanita yang berdiri dan menatapnya dalam. Sorot teduh itu menampilkan kerinduan, tapi Kevlar tidak tau untuk siapa itu tertuju. Dia bahkan melangkah mundur saat sang wanita hendak menyentuh wajahnya, anak itu merasa tidak mengenal seseorang yang kini sudah hampir terisak.
"Maaf, tante siapa?"
Anisa, membekap mulutnya dengan aliran air mata yang semakin deras jatuh dari kelopak matanya, saat sosok itu meyelesaikan ucapannya. Wanita itu menggeleng tidak percaya, sekali lagi dia mendekat, tapi sosok itu kembali mundur, bahkan ada raut takut pada pancaran matanya. Dan itu membuat hatinya remuk berkali-kali, benarkah anak itu melupakannya?
"Sayang ... ini Bunda."
Kevlar mengernyit bingung, melihat tampilan wanita itu dengan lekat. Mencari hal yang mungkin dapat menjawab segalanya, tapi pancaran terluka wanita itu, membuat perasaan lain dalam batinnya muncul. Entah apa, dirinya sendiri juga tidak mengerti. Yang pasti, saat melihat tatapan terluka itu, seolah dia juga dapat merasakan luka yang sama.
"Bunda?"
"Iya sayang ..."
"Bunda!!" mereka kompak menoleh pada seseorang yang baru saja berteriak dan berlari ke arah mereka. Kevlar fikir itu kakaknya, namun ternyata bukan, itu adalah seseorang yang mirip seperti kakaknya. Terkadang anak itu sempat berfikir aneh, apakah Kin memiliki seorang kembaran? Wajah mereka begitu mirip.
Hingga cowok itu sampai di hadapan mereka, Kevlar tetap tidak bereaksi apapun saat melihat bola mata hitam itu menatapnya tajam. Entah karena apa alasannya, yang pasti pancaran redup itu seolah menikamnya. Atensinya masih tetap pada wanita itu yang kini tengah menatapnya terluka, mengabaikan seseorang yang berbicara padanya.
"Bun?"
"Kenapa adik kamu lupa sama Bunda?"
"Dia ..."
"Bukankah itu lebih baik, Bun? Bunda ngga usah repot-repot untuk menyuruh Kevlar melupakan Bunda." Kin datang dan menyela ucapan Anisa yang kini menggelengkan kepalanya kuat. Selama ini dia memang ingin anak itu melupakan dirinya, tapi mengapa saat itu sudah menjadi kenyataan justru rasanya menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| KEVLAR
Teen Fiction[TERBIT] [Part Tidak Lengkap] Semesta itu memiliki begitu banyak rahasia. Pada awalnya, Kevlar fikir hidupnya akan berjalan sebagai mana mestinya. Siapa yang tau, bahwa semesta mulai menunjukan permainannya. Dalam satu tarikan nafas, saat fakta itu...