"Kamu pasti bandel ya, di sekolah?"
Anisa mengomel sendiri sembari tangannya mengelus rambut lepek anaknya. Dia tidak habis fikir kenapa anaknya justru ikut melakukan pertandingan, padahal Kevlar pun tau dia tidak bisa kelelahan sedikit pun. Kevlar keras kepala.
Anak itu diam tidak menjawab omelan Bunda nya, justru kini dia memejamkan mata menikmati pijatan lembut dari tangan halus Anisa. Sejak pulang sekolah tadi, tubuhnya menjadi tak enak. Pusing dan lemas pada persendian membuat Kevlar kepayahan. Bahkan hanya sekadar untuk berbicara saja membutuhkan tenaga.
"Pindah ke kamar ya, Dek?"
Anisa memandang tak tega pada wajah pucat anaknya, bibir tipis itu sangat kering dan pucat, peluh juga senantiasa selalu ke luar. Kevlar menggeleng dengan tetap pada posisinya, jangan kan untuk berjalan ke kamar, membuka mata saja rasanya dia inging terjatuh.
Anisa pasrah dan tetap membiarkan anaknya tidur seperti ini. Dia melepas dasi yang melilit di leher anaknya, agar Kevlar senantiasa bisa menghirup udara tanpa hambatan. Tangannya terulur menghapus keringat yang berada di pelipis Kevlar. Rasa khawatir tak pernah hilang dari hatinya saat melihat putranya seperti ini.
"Lho Bun, kok Adek tidur disini?"
Kenzo mendudukan tubuhnya tepat dihadapan sang bunda. Mata nya menatap wajah pucat adiknya yang terlelap. Bahkan bibir itu kini sudah bergetar karena dingin. Kenzo bangkit dan menunduk untuk melihat wajah itu lebih jelas.
"Kenzo bawa ke kamar ya, Bun?"
"Iya, hati-hati ya Nak."
Dengan pelan dan perlahan Kenzo mengangkat tubuh yang lebih kecil itu ke punggung, kemudian beranjak menaiki tangga menuju kamar adiknya. Dia membaringkan perlahan tubuh adiknya, sedangkan Anisa menyelimuti tubuh anak itu hingga pinggang.
"Telfon Ayah, Bun?"
"Jangan, Nak. Ayah kamu lagi sibuk, Bunda yang akan jagain Adek. Kamu ada latihan 'kan sore ini?"
Kenzo mengangguk tapi pandangan nya tak perlah lepas pada wajah pucat adiknya. Setiap kali melihat wajah sayu itu, Kenzo merasa dada nya sesak. Adiknya, kesayangan mereka, kenapa harus merasakan sakit seperti itu?
"Kamu latihan aja. Biar Bunda yang jagain Adek."
Walau nampak ragu, tapi Kenzo tetap menyanggupi. Dengan langkah berat dia meninggalkan kamar adiknya. Jika saja latihan ini tidak penting, sejujurnya dia sangat keberatan meninggalkan adiknya.
°°°
Kin menghempaskan tubuhnya pada sofa. Sudah hampir petang, dan dia baru datang. Seragam masih melekat di tubuh tingginya, wajah itu terlihat lelah dan kunyu. Kin mengusap keringantnya dengan punggung tangan, rapat yang dilakukan dalam ruangan saja membuat nya lelah seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| KEVLAR
Teen Fiction[TERBIT] [Part Tidak Lengkap] Semesta itu memiliki begitu banyak rahasia. Pada awalnya, Kevlar fikir hidupnya akan berjalan sebagai mana mestinya. Siapa yang tau, bahwa semesta mulai menunjukan permainannya. Dalam satu tarikan nafas, saat fakta itu...