Satu hal yang menggambarkan kondisi saat ini adalah, ramai. Dari dalam mobil, Kevlar dapat melihat orang-orang yang berusaha memadamkan api. Berlari kesana-kemari untuk menyelamtkan orang-orang yang masih terjebak di dalamnya. Matanya meliar menatap bangunan yang sudah terlahap oleh kobaran api, dia menoleh ke arah Kin yang berada di luar, tepat di hadapannya.
Ingin rasanya dia membantu, tapi dia juga tidak ingin menyusahkan. Asap itu sangat tebal, jika dia paksakan kesana sudah bisa dipastikan asma nya akan kambuh. Tapi, diam saja seperti ini tidak akan membantu sama sekali, Kevlar memustuskan untuk ke luar melewati pintu sebelah. Kin yang masih sibuk dengan ponselnya untuk mengabari kerabat dekat, tidak menyadari jika kini adiknya sudah tidak berada di tempat aman.
Kevlar menulusri bangunan samping yang terlihat sepi, karena memang bangunan ini yang terlihat masih kokoh tanpa adanya kobaran api. Dia mendekat saat mendengar suara isakan, disana dia melihat bocah laki-laki yang berjongkok dengan baju lusuh.
"Dek?"
Bocah itu mendongak dan menatap Kevlar dengan pandangan sendu. Kevlar tersenyum hangat, tangannya terulur mengusap kepala anak itu dengan lembut, dia menoleh kesana-kemari, dan tidak mendapati siapapun. Dengan siapa bocah ini disini.
"Kamu kenapa bisa ada disini?"
"Ibu,"
"Ibu?"
"Ibu di dalam Kak, selamatkan ibu."
Bocah itu semakin menangis kencang, membuat Kevlar merasa tidak tega. Dia menarik pelan tangan anak itu dan membawanya ke tempat Kin. Dia akan berusaha meminta Kin untuk menjaga nya, karena disana satu-satunya tempat yang aman.
Baru beberapa langkah, netranya memandang aneh pada sosok lelaki tinggi berpakaian hitam yang brdiri diantara keramaian. Sosok itu hanya terdiam tidak seperti yang lain, yang berusaha membantu menyelematkan.
"Adek, kamu pergi kesana dulu ya. Ke tempat kakak yang berdiri di samping mobil itu."
Bocah laki-laki itu mengikuti arah telunjuk Kevral, dan setelahnya dia mengangguk paham dan menghampiri orang yang di maksud. Setelah kepergian bocah itu, Kevlar kembali melihat ke arah kerumunan tidak, lebih tepatnya kearah laki-laki berpakaian hitam tadi. Dahinya mengernyit saat sosok itu sudah tidak berada disana.
"Cepet amat ilangnya."
Anak itu menghembuskan nafas panjang, sisi bangunan atas sudah tidak tersisa lagi. Dia melihat Fikri yang nampak frustasi di antara kerumunan yang semakin ramai. Wajah lelah ayahnya sangat terlihat, membuat dia tidak tega. Entah akan jadi seperti apa kehidupan nya kini. Padahal perusahaan ini sudah dibangun sejak ayahnya masih duduk dibangku kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
|✔| KEVLAR
Teen Fiction[TERBIT] [Part Tidak Lengkap] Semesta itu memiliki begitu banyak rahasia. Pada awalnya, Kevlar fikir hidupnya akan berjalan sebagai mana mestinya. Siapa yang tau, bahwa semesta mulai menunjukan permainannya. Dalam satu tarikan nafas, saat fakta itu...