Duapuluh lima-Night

706 57 45
                                    

.
.

Taehyung tengah terdiam sambil memakan makanan yang tadi diberikan sang ibu untuknya. Matanya menatap lurus televisi yang memutar tayangan balapan motoGP.

Sudah lama dia tak memacu motornya dengan cepat. Sudah lama pula dia tak bergelut di dunia tengah malam. Bersama teman-teman yang selalu bisa menghiburnya.

Tak lama, terdengar suara seseorang mendekat ke tempatnya berada. Dia yakin itu pasti Lisa.

Memang benar. Yeoja itu masuk dengan tampilan yang sangat repot. Punggung menggendong tas besar, tangan kanan membawa tas juga, tangan kirinya membawa kresek yang cukup besar. Juga kepalanya yang masih terpasang helm. Tak lupa tubuhnya yang memakai jaket tebal.

Taehyung saja sampai menggeleng tak paham atas diri Lisa. Manusia ini sungguh sulit ditebak.

Lalu yeoja itu menjatuhkan semua tas—yang pasti milik Taehyung—dengan sembarang. Membuat pemiliknya bengong karena, tasku juga berharga.

Lisa membuka helmnya dan tersenyum sehingga pipi chubbynya mengembang lucu.

"Fyuh, cukup lelah juga ya. Aku beli ini untuk kita. Bukalah!" Titah Lisa sambil merebahkan tubuhnya di atas sofa.

"Lalisa! Itu tasku! Astaga,, kenapa dibiarkan sembarangan sih?!" Sewot Taehyung sambil memunguti semuanya.

Memunguti.

Tiba-tiba Taehyung berhenti dan menatap lurus lantai. Kata itu kembali mengingatkannya pada perkataan pedas yang menyebut bahwa dia adalah anak yang dipungut.

Matanya kembali memanas seiring dengan nafas yang memburu minta dipadamkan. Sakit hati, kecewa, marah, sedih, benci, semuanya tertuju untuk Taehyung.

Setidak diinginkannya kah dirinya sehingga disebut sebagai anak 'pungut'? Lalu apa dirinya? Apa Taehyung ada karena kenikmatan sesaat yang menjadi petaka dengan kehadirannya di perut sang ibu kandung? Jika itu iya, kenapa Taehyung tidak dibunuh saja sebelum dia lahir? Pasti itu lebih baik daripada hidup tak ubahnya seperti di dalam neraka.

Air matanya menetes lagi. Namun dengan segera dia menghapusnya kasar sebelum yang selanjutnya turun.

Dia hanya menyesal. Bukan, bukan menyesal karena dia lahir. Memang siapa pula yang berencana lahir dari siapa dan oleh siapa.

Taehyung menyesal karena telah menangisi orang yang seharusnya 'menangis' karena kehilangannya. Ya, seharusnya orang tuanya yang menyesal telah membuangnya.

Dia juga menyesal karena sesaat, dia melupakan semua orang yang menyayanginya. Masih ada banyak. Atau jika diperintah memilih satu, dia pasti akan memilih ibunya.

Taehyung menggeleng, menghembuskan nafas kasar, lalu melanjutkan acara pungutnya.

Lisa menoleh dan melihat Taehyung heran, "Kau kenapa, Tae? Oh, aku lupa. Sini aku bantu." Lisa bangkit lalu mengambil tas Taehyung yang satunya.

"Terima kasih, Lisa." Namun sepertinya Taehyung gagal dalam menutupi air matanya. Karena secara nyata, bekas itu masih terpatri.

"Kau menangis lagi?!" Tanya Lisa dengan nada yang sedikit menaik. Membuat Taehyung sedikit melonjak kaget.

"Ish, tentu saja tidak! Sudahlah, bantu aku membereskannya. Pakaianku disimpan dimana ya? Kau punya bagian lemari yang masih kosong?" Tanya Taehyung mengalihkan pembicaraan.

Namun bukan Lisa namanya jika bisa menyerah begitu saja. "Tak perlu berbohong. Aku tak akan bertanya lebih lanjut lagi kok. Oh ya, sebelah kiri lemariku itu kosong. Simpan saja disana." Lisa tersenyum sambil berjalan duluan.

.

Lisa tengah berdiam di balkon seorang diri. Menatap pemandangan dari sini itu indah juga.

Taehyung tiba-tiba berdiri di samping Lisa. Ikut melakukan acara yang sama dengannya.

"Melihat pemandangan seperti ini, membuatku teringat seseorang." Ucap Lisa dengan datar juga mata yang masih menatap lurus pemandangan disini.

"Orang yang kau suka?" Tanya Taehyung yang hanya dibalas anggukan Lisa.

"Kau tahu? Jika aku sedang bersedih, maka aku akan memikirkan orang yang kucintai. Karena memikirkannya bisa membuatku tersenyum tanpa dia hadir di sampingku." Dan benar saja. Lisa tersenyum begitu manis.

"Kau bisa juga bersedih ya?" Taehyung terkekeh.

Lisa menghela nafasnya, "Kau fikir aku bukan manusia apa?"

"Caramu itu ampuh?" Tanya Taehyung dengan nada rendah.

"Tentu. Aku selalu senang memikirkannya. Karena sesedih apapun diriku, wajahnya selalu mampu membuatku kembali tersenyum dan bersemangat." Lisa menoleh dan menatap Taehyung.

"Kenapa kau tak memikirkan keluargamu?"

"Aku pernah mencoba. Tapi jika aku bersedih karena keluargaku, lalu aku memikirkan mereka, hal itu justru semakin membuatku sedih." Lisa menunduk.

"Tapi bagaimana jika yang membuatmu sedih itu adalah orang yang kau cinta?" Tanya Taehyung. Kali ini nadanya melembut.

"Maka aku akan memikirkan keluargaku. Memang, memikirkan keluarga membuatku rindu dan ingin memeluk mereka. Tapi ketika itu terjadi, justru bebanku akan menghilang. Pulang adalah hal terbaik bukan?" Lisa menoleh dengan mata yang terlihat berbinar.

Pandai sekali orang ini menutupi segalanya.

"Bagaimana denganmu, Taehyung? Apa kau pernah melakukan apa yang aku lakukan?" Tanya Lisa lagi.

"Tidak. Atau.. belum?" Taehyung menggeleng.

"Itu akan terjadi, Taehyung. Orang yang kau cintai akan menjadi tempatmu bersandar. Umm,, siapa itu namanya? Kook? Umm... Kookjong?" Tebak Lisa. Taehyung mengernyitkan alisnya dan tertawa disana.

"Jungkook." Jawab Taehyung dengan senyuman masih menghiasi wajahnya.

"Kau benar! Dia pasti akan menyayangimu. Terlebih aku pernah melihat kalian berdua di pinggir jembatan waktu itu." Padahal ucapan Lisa itu biasa saja, tapi Taehyung dibuat gelagapan dengan ini.

"A.. Waktu itu aku hanya bermain dengannya."

"Aku hanya ingin kau tahu, jangan menyia-nyiakannya, Taehyung. Berikan cintamu padanya. Aku yakin dia juga mencintaimu." Taehyung jadi dibuat salah tingkah dengan ini.

"K..kau bicara apa sih? Sudahlah.." Taehyung memalingkan wajahnya yang sudah memerah sekarang.

"Kenapa kau malu? Aku yakin si Kookjong akan menerimamu. Secara dia juga mencintaimu pastinya."

"Jungkook, astaga.... aku tak yakin lagipun." Bantah Taehyung.

"Coba saja dulu. Jika tak berhasil, cari saja orang lain." Ucap Lisa dengan mudahnya.

"Terserah, Lis."

"Ya sudah. Ayolah kita makan. Aku membeli jjajangmyeon tadi." Ucap Lisa semangat. Sedang apapun dia, pasti akan kembali semangat ketika menyangkut makanan.

"Kajja!!"

Maka untuk sesaat, lupakanlah masalah dengan makan.—Lisa
_________________
TBC

Besty♣
Youngie

For My Boy-[Kth×Jjk] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang