Duapuluh enam-Rest

666 59 47
                                    

.
.

"Taehyung... bangun. Bukankah kau akan sekolah hari ini?" Lisa menepuk pelan sebelah pipi Taehyung. Yeoja itu telah siap dengan seragamnya. Hanya tingga sarapan.

Dengan penuh keterpaksaan, Taehyung membuka matanya pelan. Menatap seorang yeoja yang tengah tersenyum padanya. Namja itu kemudian bangkit dan menatap jam dinding.

"Masih setengah enam, Lisa. Aku kira aku terlambat." Taehyung menghembuskan nafasnya kasar lalu pergi ke kamar mandi.

.

Mereka berdua tengah berdiam di ruang kecil itu. Menyantap roti dengan selai kacang juga segelas susu yang menjadi pelengkapnya.

"Kau berangkat dengan motormu itu?" Tanya Lisa dengan mulut yang masih penuh dengan roti.

"Ya. Aku selalu begitu." Taehyung mengangguk sambil menegak habis susunya dalam beberapa detik.

"Aku berangkat duluan, Tae. Sekolahku masuk lebih cepat." Lisa berucap sambil beranjak. Taehyung kembali mengangguk sambil mengatakan hati-hati padanya.

Waktu sudah menunjukkan pukul enam lebih sepuluh. Taehyung segera bersiap dan keluar dari apartement. Tak lupa dia juga menguncinya.

Taehyung menaiki motornya dan segera berangkat. Meski rasanya dia masih malas dan lebih ingin diam di sana. Tapi ucapan Lisa benar juga. Dia tak boleh berlama-lama larut dalam kesendiriannya.

Meski matanya menatap jalanan, namun jauh dalam fikiran, dia bukan memikirkan bagaimana hati-hati. Dia lebih memikirkan sang ibu dibanding segalanya.

Dia rindu. Dia ingin bertemu dan kembali ke dalam pelukan hangat sang ibu. Keluarga adalah yang terbaik.

Namun sekilas ucapan Lisa juga terngiang di fikirannya. Tentang bagaimana dia bisa tersenyum karena memikirkan seseorang yang dicintai.

Dan buktinya sekarang itu yang Taehyung alami. Namja itu tersenyum saat seekor kelinci terpampang di matanya. Ah, bukan kelinci sungguhan tentunya.

Tapi manusia bergigi kelinci yang selalu ada di hati Taehyung. Bahkan posisi tertinggi. Bukan berlebihan, tapi ya itu kenyataannya.

Bahkan ketika biru menghampirinya, Jungkook datang membawa jingga yang berpadu menjadi warna indah.

Dan itulah yang Taehyung alami. Tak peduli dengan pandangan orang tentang perasaannya. Karena yang terpenting, dirinya masih berada di jalan yang sama.

Jungkook. Manusia yang telah membuat semangatnya kembali hadir setelah beberapa lama menghilang. Menggantikan satu dari sekian keluhan yang membuat dia tenggelam bersama rintihan kerinduan.

Maka cukup, sudah sampai disini saja Taehyung menyerah. Telah tiba saat dimana dia bangkit dan menata hidup yang baru.

.
.
.

Jungkook berjalan malas di koridor sekolah pagi ini. Lima menit lagi bel masuk berbunyi. Dia cukup terlambat karena secara tiba-tiba motornya rusak dan harus dibawa ke bengkel. Alhasil dia berangkat menggunakan kereta pagi.

Sekolah sudah cukup ramai dengan murid yang berlalu-lalang. Malas sebetulnya, karena semangat dia untuk sekolah seperti hilang begitu saja kemarin.

Namun sebuah kerumunan namja di depan koridor kelas 11 telah membuat Jungkook penasaran. Jungkook kenal mereka. Salah satunya ada Jimin.

Dan dia...

Namja yang tengah tersenyum dengan rambut coklat menutupi sebagian keningnya. Orang dengan tatapan elang yang sejak kemarin Jungkook cari.

Senyuman Jungkook merekah tatkala menyadari jika Taehyung kembali sekolah pagi itu. Matanya terlihat berbinar.

Namun dengan cepat pula, senyum Jungkook menghilang saat mengingat siapa orang kemarin.

"Sadarlah, Jungkook. Taehyung itu sudah memiliki kekasih. Kau hanya bisa bersahabat dengannya." Dan meski berat hati, dia putuskan untuk pergi ke kelasnya.

.
.

Bel pulang sekolah membuyarkan segala kebosanan setiap murid di dalamnya. Mengganti dengan kebahagiaan tiada tara. Oke, itu berlebihan.

Taehyung segera membereskan semua bukunya dan bersiap pulang. Jimin yang kebetulan sebangku dengannya menepuk bahu Taehyung.

"Kau mau ikut aku, Namjoon hyung, Jin hyung, Suga hyung,dan Hoseok hyung ke rumahku? Kami akan bermain." Taehyung nampak berfikir. Tapi di apartement pun tak ada siapa-siapa. Lisa mungkin akan pulang lebih sore.

"Emm.. Jungkook ikut?" Taehyung menunduk tatkala pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulutnya.

"Entahlah. Aku belum memberi tahunya." Jimin mengendikkan bahu.

Taehyung menunduk, lalu sebuah keinginan melintas begitu saja di fikirannya. Ingin ikut sebetulnya, tapi langit sudah akan menangis. Mungkin lebih baik dia tak ikut.

Taehyung pun mengatakan penolakannya, dan untunglah Jimin tidak banyak tanya perihal alasan Taehyung menolak.

Sekarang Taehyung berjalan di koridor seorang diri. Banyak yang lewat juga, tapi dia sendirian. Suasana terlihat seperti pukul 6 sore saja. Sudah begitu gelap. Sepertinya hujan akan deras sore ini. Padahal langit baru cerah kemarin.

Namja itu segera mengambil motornya dan melajukannya menuju gerbang. Namun sebuah pemandangan membuat Taehyung berhenti dan menepi.

"Jungkook?" Tanya Taehyung.

"Wae? Kau mengagetkanku." Jungkook tersenyum kecil. Sebetulnya jantung Jungkook berdetak sedikit lebih kencang. Karena saat tadi menoleh, wajah Taehyung lah yang pertama dia lihat.

"Kau berjalan? Kemana motormu?" Tanya Taehyung dengan senyuman menghiasi wajahnya. Lagi-lagi, ucapan Lisa benar.

"Rusak hahaha.." Jungkook tertawa. Hanya untuk mencairkan ketegangannya.

"Kalau begitu, pulanglah bersamaku."

"Wae?"
__________________
TBC

Besty♣
Youngie

For My Boy-[Kth×Jjk] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang