Duapuluh tujuh-Dream

617 61 76
                                    

.
.

"Kookie?" Taehyung mendekatkan mulutnya ke telinga Jungkook. Meski hujan masih turun tak kalah deras dari sebelumnya.

"Ya?" Jungkook tersenyum karena dia bisa merasakan deru nafas Taehyung di telinganya. Meskipun terasa geli, tapi dia tetap menyukainya.

Menyukai segala hal yang berhubungan dengan Taehyung.

"Kau suka balapan?" Jungkook tertawa. Taehyung mengernyit karena pertanyaannya sama sekali tak lucu.

"Tidak. Untuk apa?"

"Kesenangan saja. Tapi kau pernah?" Tanya Taehyung lagi yang hanya dibalas gelengan kepala Jungkook.

"Aku tak pernah balapan, dan tak akan pernah." Ucap Jungkook dengan nada cerianya.

"Jika balapan denganku mau?" Tantang Taehyung sambil tersenyum. Ya, dia kan selalu jadi juara.

"Tidak. Tapi jika itu balapan untuk mendapatkan dirimu, aku pasti mau." Oke, Taehyung mulai gugup lagi sekarang. Bisakah Jungkook tak bersikap manis padanya? Ah, rasanya itu tak mungkin mengingat mereka yang sudah jadi sepasang kekasih sekarang.

"Kau sudah mendapatkanku kan?" Tawa Taehyung dari belakang. Ini dilakukan hanya untuk meredakan rasa gugupnya.

"Kau yang mendapatkanku." Kata Jungkook.

Taehyung tersenyum sambil mendekatkan mulutnya ke telinga Jungkook lagi. Sedangkan namja kelinci itu hanya terkekeh geli.

"Kita yang mendapatkan kita sendiri." Ucap Taehyung. Ya, memang tak ada yang lucu. Tak ada sama sekali. Tapi mereka justru tertawa dengan ucapan yang, 'biasa saja'. Ck, sungguh selera humor mereka itu sangat rendah.

Hingga tak lama dari kebahagiaan di bawah hujan, mereka akhirnya sampai di tujuan. Kediaman Jeon.

Keduanya turun. Berhadapan dengan senyuman tulus menghiasi wajah mereka. Tak ada tatapan yang terlepas dari mata indah pasangannya, terlalu sayang untuk disia-siakan.

"Terima kasih sudah mengantarkanku pulang, Tae. Untuk semuanya di hari ini." Jungkook tersenyum sambil memegang bahu kiri Taehyung.

"Aku pun berterima kasih padamu. Ah, sebaiknya kau cepat masuk." Saran Taehyung sambil melihat ke dalam lingkungan rumah Jungkook.

"Kau benar, Tae." Namun Jungkook masih terdiam di tempat.

Taehyung melangkah kemudian menaiki motornya. Melirik ke arah namja kelinci itu, lalu kembali tersenyum manis.

"Aku pulang dulu, Jungkookie.."

Jungkook mengerlingkan bola matanya malas. "Najis! Jangan panggil aku seperti itu!"

Taehyung tertawa, "Najis begini pun, kau menyukainya. Bagaimana sih kau ini?" Jungkook hanya menghela nafas lelah.

"Kau pun tahu. Dilan ya..."

"Wae? Aku Taehyung bukan Dilan!"

"Hati-hati di jalan, Bego! Otak alienmu mulai berjalan lagi!" Ya, dan itu semua berlangsung ketika mereka saling mengumpati satu sama lain.

Hingga akhirnya, Taehyung mulai menjauh dan menghilang dari pandangan Jungkook.

Namja kelinci itu hanya bisa tersenyum sambil menatap nanar tempat terakhir dia melihat jejak Taehyung. Hatinya menghangat seiring dengan kebahagiaan yang hadir dari namja itu.

Jungkook memegang dadanya yang berdegup kencang sedari tadi. Mata bulatnya yang berbinar, dengan senyum yang tak berhenti luntur. Lalu Jungkook pun segera masuk saat sang ibu memanggilnya.

For My Boy-[Kth×Jjk] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang