Duapuluh empat-Who?

662 59 81
                                    

.
.

DI dalam sebuah kelas berdinding biru, Jungkook tengah menatap keluar jendela dengan malas. Padahal sang guru matematika tengah menjelaskan pelajarannya.

Rasanya tak ada semangat sama sekali. Beruntunglah karena letak tempat duduk Jungkook yang strategis, ujung paling belakang.

Namja itu menumpukan kepalanya di atas lipatan kedua tangan. Membiarkan rasa malas itu menjalari setiap inchi dari tubuhnya. Entahlah, baru kali ini dia merasa hal seperti ini.

Fikirannya bukan tertuju pada tulisan-tulisan di bukunya. Apalagi pada guru yang sedang berceracau di depan.

Kepalanya hanya berisi satu nama. Dan itu yang sedari tadi membuat Jungkook cemas tak jelas. Dalam hatinya, dia bertanya-tanya kenapa manusia itu tak bersekolah?

Baru kali ini dia mendapatkan rasa khawatir yang berlebihan. Atau mungkin perasaan lain?

Cemas? Tidak pasti.

Takut? Tentu saja tidak.

Atau, rindu?

Jungkook menundukkan kepalanya saat kata itu terlintas di fikirannya. Ya, memang tak bisa dipungkiri jika namja itu merindukan sosok Taehyung. Sosok yang tak terlalu lincah, namun bisa membuatnya nyaman, juga merasakan jantung yang berdebar kuat.

Senyum Jungkook tertarik saat mengingat orang yang dia sayangi. Dia ingin kembali merasakan kepala Taehyung yang bersandar di pundaknya. Atau ketika mereka berpelukan, juga saat Jungkook menggendongnya. Ah, itu semua membuat Jungkook semakin merindukan Taehyung.

Lalu namja itu bangkit dan berjalan ke meja gurunya. Meminta izin untuk pergi ke toilet, kemudian segera berlalu.

Namja itu terus berjalan, dan tanpa sadar dia tersenyum disana. Beberapa orang yang melihatnya hanya bisa tertawa. Jungkook seperti orang gila disini.

Bukan ke toilet, Jungkook justru pergi ke atap sekolah. Hanya bosan dengan pelajaran yang baginya begitu-begitu saja.

Duduk di salah satu bangku yang entah oleh siapa di bawa kesana. Menikmati angin yang bersemilir halus menyapa telinganya.

"Kau kenapa tak sekolah, Tae? Aishh, kau tak tahu jika aku merindukanmu disini? Astaga,, apa yang aku fikirkan?" Jungkook tertawa sambil menutup wajahnya yang mulai memerah.

Memang ya, begini rasanya orang yang sedang dimabuk asmara. Selalu tersenyum tak jelas saat memikirkan orang yang dicintai.

Jungkook menunduk, dia tak tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya.

"Ah, Sekolah, cepatlah bel pulang! Aku harus memastikan jika Taehyung baik-baik saja. Setidaknya hanya melihat saja sih." Dan kalian pun tahu apa yang terjadi berikutnya.

Jungkook kembali tersenyum dengan satu alasan.

Taehyung.

.
.

Bersyukurlah karena lima menit lagi bel pulang sekolah berbunyi. Jungkook terus memantau jarum menit di tangannya. Berharap sang waktu bisa bergulir cepat.

Bahkan ketika ditunggu, satu menit pun terasa seperti satu jam. Lama sekali. Ayolah,, Jungkook sudah tidak sabar. Siapa yang akan sabar menunggu untuk bertemu dengan orang yang dicintai? Ya, memang terdengar berlebihan. Tapi itulah Jungkook.

Dari awal pun, Jungkook selalu berlebihan.

Tiga menit lagi! Astaga,, jika bisa, maka akan Jungkook majukan jam sekolah. Ya, mau selebih apapun jam tangan Jungkook, jam sekolah pasti dinilai yang paling tepat. Jadi jika jamnya mati, maka bersiaplah untuk tidak pulang.

For My Boy-[Kth×Jjk] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang