Euphoria

645 62 64
                                    

.
.
.

Dua hari sejak kejadian yang tak pernah mereka inginkan dalam hidup, dua hari pula sejak matinya hati juga fikiran seorang Taehyung.

.
Pagi ini, matahari menyembul dengan riang, menjinggakan langit yang masih diwarnai biru tua.

Aroma basa menelusuk dari balik udara pagi. Embun terlihat memeluk ujung daun dengan erat. Seolah tak mau menghilang karena di-uap-kan oleh panas sang surya.

Taehyung terusik dengan cahaya yang menyentuh kelopak matanya. Mulai memaksakan diri untuk bangun, meski rasanya begitu malas.

Menatap sekitar yang masih dihantui sepi. Tak ada siapapun. Kemana Lisa? Biasanya yeoja itu yang akan membangunkan Taehyung meski mereka tidur di beda apartement.

Namja  itu segera berdiri, dan berjalan menuju kamar mandi. Kebelet sehabis tidur katanya.

Taehyung keluar dari kamar mandi dan melihat seorang yeoja tengah tersenyum dengan pakaian seragam sekolah.

"Aku kira kau menghilang, Tae. Umm, Kau tak sekolah? Ah, maaf. Aku lupa akan hal itu." Lisa tersenyum manis sambil menggigit sepotong rotinya.

Taehyung menggeleng, lalu ikut duduk di sebelah Lisa. Bagaimana dia mau sekolah? Dia tak membawa apa-apa dari rumahnya.

"Mungkin sekarang aku akan ke rumah dan mengambil seragam sekolahku. Juga buku-buku."

Mengingat kata 'rumah', hati Taehyung kembali berdenyut sakit saat menyadari bahwa dia sudah tak punya rumah. Bahkan sebelum dia merasakan rumah, dia harus dibuang terlebih dahulu oleh orangtuanya.

Lisa menyodorkan sepotong roti juga segelas susu pada Taehyung. Namja itu hanya menatapnya dengan sebuah senyum menghiasi wajahnya.

"Terima kasih, Lisa."

Dia hanya menghargainya. Dia sama sekali tak berselera untuk makan. Semua perasaannya tumbang di hari itu juga.

"Aku harus bersekolah. Kau diam disini saja ya. Jika kau mau ke rumahmu, hubungi dulu aku dengan telefon di ujung ruang tamu oke? Jangan pergi tanpa izin." Lalisa tersenyum lalu meninggalkan Taehyung seorang diri disana.

Taehyung menunduk. Kesendirian kembali membuncah dalam jiwanya. Menghantarkan rasa sepi yang membuat dia semakin yakin jika dia hidup sendiri di dunia ini.

Tapi dirinya menggeleng saat mengingat jika dia masih memiliki orang yang menyayanginya.

Nyonya Kim tetaplah ibu bagi Taehyung. Karena bagaimana pun, yeoja itu yang telah membesarkannya dengan segenap hatinya. Dan jikapun harus berbalas budi, Taehyung akan melakukan apapun asalkan sang ibu bisa bahagia.

Segelintir orang mulai hadir dalam fikirannya. Mengisi relung hati yang sempat kosong belakangan ini. Kembali menata kepercayaan yang sempat hancur ditelan rasa egois.

Taehyung tersenyum. Lalisa, Kim Namjoon, Kim Seokjin, Min Yoongi, Jung Hoseok, Park Jimin. Mereka juga masih ada untuknya.

Lalu seorang lagi muncul dengan tiba-tiba, dan membuat Taehyung menyunggingkan senyumnya. Seseorang yang telah membuatnya lebih percaya pada diri sendiri. Juga orang yang telah menempati posisi tertinggi di hatinya.

Pemuda kelinci bernama Jeon Jungkook. Yang dengan hoodienya menemukan Taehyung di pinggir jalan waktu itu. Menggendongnya, menjadi sandaran atas segala keluh kesahnya, juga seseorang yang membawa dia 'pulang'.

Ketika kegelapan kembali menyelimutinya, Jungkook hadir untuk memberikan sebuah pelita yang membantu Taehyung melihat lebih dalam akan dunia ini. Juga akan hatinya.

For My Boy-[Kth×Jjk] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang