Delapan-Fall

1.1K 101 13
                                    

.
.

Seorang yeoja menepuk pelan pipi namja yang tengah asyik dalam tidurnya. Bibir yeoja itu tersungging saat sang anak terlihat bergerak karena terusik.

"Taehyung, bangun... Kau harus sekolah bukan? Tae..." Nyonya Kim kini mengguncang pelan tubuh anaknya. Sedangkan tangan satunya dia gunakan untuk mengelus pelan sebelah pipi Taehyung.

Antara menambah kenyamanan, dan mengusik.

Mata Taehyung sedikit membuka, membiasakan retinanya pada cahaya yang mulai memasuki celah jendela.
Namja itu menatap sang ibu dengan tatapan aneh.

"Eomma... Aku tak akan sekolah untuk hari ini tak apa?" Taehyung duduk, lalu tersenyum kecil. Mencoba merayu.

Nyonya Kim terlihat mengernyit heran, lalu tertawa geli dengan kelakuan anaknya.

"Kau kenapa tak mau sekolah, hm? Eomma lihat, Kau baik-baik saja, Tae." Yeoja itu berkata lembut dengan sebelah tangan mengusap pipi Taehyung. Membuat sang anak memejamkan matanya pelan.

Namun seketika, semuanya kembali terputar. Saat secara tiba-tiba sebuah benda menutup pernafasannya, lalu dia tersadar dengan mata tertutup dan tangan terikat, juga... Ah, lupakan. Namja itu meremas ujung selimutnya pelan.

Menahan sekuat mungkin agar air matanya tak jatuh di hadapan sang ibu. Jika itu terjadi, pasti Taehyung akan sangat malu. Sudah dewasa, tapi cengeng.

Nyonya Kim merasakan jika sang anak tak baik-baik saja. Kemudian sebelah tangannya dia angkat untuk mengusap pipi Taehyung yang lain. Menangkupnya, dengan sejuta kehangatan yang dia hantarkan untuk anak bungsunya.

"K..Kau kenapa, Tae? Jangan sembunyikan sesuatu dari eomma." Kemudian yeoja itu memeluk Taehyung, membiarkan kepala namja itu bersandar di pundaknya.

Sudah cukup. Kini Taehyung mengeluarkan semua air matanya sebanyak mungkin. Kembali membagi kesedihannya pada orang yang dia cintai. Sang Ibu.

"Lupakan semua itu, Taehyung. Jika saja eomma tahu siapa pelakunya, pasti sudah eomma siksa balik orang itu. Kenapa pula dia membencimu hingga harus menyiksamu? Untunglah kau bertemu dengan temanmu itu kemarin." Ucap yeoja itu dengan nada yang cukup tinggi.

Nyonya Kim memang sudah tahu akan peristiwa itu. Tapi Taehyung sama sekali tak menceritakan hingga saat dia dilecehkan. Namja itu justru hanya bilang jika dia disiksa tanpa alasan jelas.

Taehyung melepas pelukannya. Kenapa dia bisa selemah ini? Padahal dia tak pernah menangis setetes pun saat dia bertengkar dengan teman-temannya. Tapi ayolah, ini masalah berbeda.

"Tae, jika kau masih seperti ini, eomma tak apa jika kau tak sekolah sekarang. Biar nanti eomma suruh appamu untuk mengantarkan surat izin. Tapi jangan menangis lagi, ne?" Nyonya Kim tersenyum.

Taehyung mengangguk pelan dengan masih menampilkan ekspresi murungnya. "Iya, Eomma."

"Kau mau sarapan?"

"Nanti saja, Eomma. Aku mau diam disini sebentar." Taehyung tersenyum kecil.

"Baiklah jika begitu. Oh ya, jangan lupa keluar, dan sapa hyungmu. Dia baru datang pagi tadi." Wajah Taehyung yang awalnya menunduk, kini mendongkak dengan cepat. Senyumnya pun langsung meluntur saat itu juga.

"Biarkan saja. Aku tak peduli." Nyonya Kim terlihat menggeleng kecil.

"Hmm... ya sudah jika begitu. Tapi ingat ya, Tae, jangan terlalu mengacuhkannya." Pesan Nyonya Kim sebelum akhirnya beranjak dan meninggalkan Taehyung sendiri.

Taehyung terdiam, menatap debu yang berserakan di sudut kamarnya, lalu bibirnya tersungging dengan sendirinya.

Entah apa yang dia siratkan, tapi semua itu sulit untuk dideskripsikan.

Sebuah kesenangan, atau...

Kebencian?

Lalu setetes air mata kembali mengalir bebas. Menganak sungai di pipi pemuda itu.

Namja itu kembali tersenyum, dengan kedua mata menerawang ke langit-langit.

"Akan aku usahakan."
______________
TBC

Besty♣
Youngie

For My Boy-[Kth×Jjk] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang