Satu-Crash

6.1K 296 62
                                    

.

Semuanya telah usai. Habis. Tak bersisa. Segala harapan, angan, dan mimpi, kini terbang dan menghilang.
Jatuh, hancur, dan BLAM! Terkubur bersama banyak tulang-belulang. Benar-benar hilang, dan mungkin tak akan pernah dicari. Tak akan lagi.

Hari ini, awan terlihat begitu kelam. Mega begitu sendu, dan tetap- tak akan pernah dia ketahui. Netranya terasa begitu kelu. Matanya bagai buta, penglihatan yang seolah hilang bersama jutaan rintik air mata. Menatap lurus kegelapan. Lagipun, mau dibuka apa tidak, semuanya akan tetap gelap karena kain itu benar-benar menghalangi segalanya.

Seorang namja yang terus menangis. Bahkan sekarang air matanya terasa mengering. Bibirnya bergetar kuat karena ketakutan. Dirinya tak peduli dengan dunia luar. Karena baginya, semua itu palsu. Memeluk erat lututnya, dengan sejuta rasa sakit yang dia dera. Terus menggumamkan kata-kata yang dia ingat.

Teng...

Sebuah suara benda yang terjatuh, hanya terjatuh. Membuyarkan keheningan tempat itu. Tempat yang seolah dirancang untuk makhluk mati.

"Aaaa! Tolong jangan lakukan itu lagi.. hiks.. aku mohon... aku mohon... tolong jangan buat itu terjadi lagi. Sakit...hiks.." Namja itu berteriak histeris dengan suara yang sudah terdengar begitu serak.

Padahal, tak ada siapapun disana.

Netranya masih mencoba menerawang kain itu. Dia yakin, tangannya pasti sudah lecet karena tali sialan itu. Bibirnya terus menggumamkan kata 'jangan lakukan' dengan mata yang senantiasa masih mengeluarkan air. Entah hingga kapan akan mengering.

Semuanya masih terasa. Saat dirinya merasakan kegelapan secara tiba-tiba, saat tubuhnya terasa ringan, dan semuanya terjadi begitu saja. Saat satu demi satu kain itu dilepas paksa. Saat dengan perlahan dirinya diinjak dengan tubuh terlentang. Saat perlahan pula dirinya hancur.

Segalanya terasa dengan jelas. Rasa sakit, rasa hina, malu, dan amarah yang terus bergemuruh. Namun tenaganya sudah habis sedari tadi. Bahkan setelah sentuhan tangan-tangan kurang ajar itu pada dirinya.

Begitu sakit. Saat dirinya dijamah, saat sesuatu dengan kasarnya menusuk dirinya hingga terasa bagai tubuhnya dibelah begitu saja. Saat tamparan, pukulan, dilayangkan dengan deru nafasnya yang sangat laknat.

Padahal dia seorang namja. Tapi mengapa harus diperlakukan seperti seorang yeoja lugu yang terpaksa menjadi santapan manusia pedofil? Apakah dunia tak tahu jika namja itu kesakitan? Dia begitu sakit. Hancur. Nasib dan seluruh masa depannya lenyap saat tiga jam kebelakang. Dan bahkan, air mata darah pun seolah tak berpengaruh sama sekali.

"Tuhan, tolong ampuni aku. Aku telah tak suci lagi sekarang. Maafkan aku, Tuhan. Aku tak pernah mengharapkan semua ini. Tolong beri aku petunjuk. Aku begitu malu dan kotor sekarang. Hidupku bagai berakhir. Rasanya aku seperti mati jika begini.

Aku tak tahu dimana letak kesalahanku hingga aku harus bernasib seperti ini. Merasakan kesakitan yang begitu menyebalkan. Aku menyerah, Tuhan. Pada kehancuran yang kini mulai bersuara. Menyesakkan relung dada, mendorong angan hingga keluar, dan terputus. Total.

Aku merindukan segalanya. Eomma, Appa, Hyungku, aku merindukan mereka. Aku tahu, aku baru disekap selama beberapa jam, tapi tetap saja. Aku takut.

Lucu sekali. Aku seorang namja, tapi aku diperkosa layaknya seorang yeoja. Hahaha,, dunia memang sudah gila. Sudah terbalik, dan penuh pendosa. Dia yang telah membuatku hancur, penjahat itu, yang membuat diriku ternoda. Ingin rasanya aku menghabisi dia sekarang juga. Aku tahu, karena aku tak mampu. Benar-benar tak bisa.

For My Boy-[Kth×Jjk] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang