~Back~

856 72 39
                                    

.
.

"Tak sopan!" Taehyung berkata ketus sambil menutupi areanya. Wajahnya sudah sempurna memerah karena malu sekarang. Sedangkan Jungkook, dia sedang mencoba menahan tawa sekaligus salah tingkahnya di hadapan Taehyung.

"Tak perlu ditutupi. Aku terlanjur melihat." Ucap Jungkook datar. Namja itu segera memalingkan wajahnya karena dia tahu, pasti wajahnya sudah memerah.

Lalu Taehyung dengan lemasnya memakai kembali pakaian yang sempat ditanggalkan dari tubuhnya. Hatinya kembali berdenyut nyeri saat nasib buruk harus menimpanya.

Kenapa dia harus seperti ini untuk kedua kali?

Bahkan rasanya dunia tak mampu untuk menjawab pertanyaan sesimpel itu dengan kata lain, memang nasib Taehyung benar-benar buruk untuk sesaat.

Air matanya kembali terurai dengan perlahan namun begitu menyakitkan. Cairan itu berjalan dengan mulusnya, beserta sedikit hiasan berupa getaran di bibirnya. Omong kosong dengan candu akan kebebasan yang kini berubah pahit.

Karena dalam kenyataannya, Taehyung telah hancur.

Tangan Jungkook yang kebetulan berada di bahu Taehyung, merasakan bagaimana bahu lebar itu bergetar pilu. Jungkook segera menolehkan wajahnya dan sebuah pemandangan terlihat.

Taehyung menangis dalam diam.

Untuk saat ini, sepertinya hati Jungkook benar-benar seutuhnya dikhususkan untuk Taehyung. Bahkan rasanya Jungkook saja tak kuat untuk menanggung beban sedemikian besarnya. Tak akan pernah.

Lalu jemarinya dia ulur untuk mengusap air mata Taehyung. Menghapusnya agar tak ada lagi jejak kehancuran disana. Mengelus lembut wajah bak dewa tersebut, hingga membuat empunya menyandarkan pipinya nyaman di tangan Jungkook.

Satu tangan Jungkook yang lainnya dia gunakan untuk mengusap bahu Taehyung. Meski sekarang yang dia sentuh adalah bajunya—karena namja berambut coklat itu telah kembali berpakaian.

Sebuah tarikan lembut didapatkan Taehyung dari Jungkook. Namja kelinci itu menarik kepala Taehyung hingga sempurnya berada di atas dadanya.

"Menangislah, Taehyung. Keluarkan semua bebanmu. Setelah itu, kita pulang. Meski di luar masih hujan besar, ternyata tempat ini tak jauh dari tempatmu dulu ditelantarkan. Kau tak keberatan untuk pulang ke rumahku kan? Karena aku tak membawa kendaraan." Kalimat demi kalimat yang Jungkook lontarkan dengan penuh rasa empati, telah membuat Taehyung semakin lelap di dalamnya.

Namja bersurai coklat itu kini menangis kuat. Meraung kesakitan, merasakan sekian penderitaan yang menghampiri hidupnya. Masa bodoh dengan reputasi dan gengsi. Yang sekarang dia butuhkan hanyalah, seseorang untuk memeluknya.

Dan inilah dia.

Pemuda bernama Jeon Jungkook yang telah berhasil membuat Taehyung merasakan sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Rasa senangkah?

Jantung yang berdebar kuat?

Rasa sayang?

Atau mungkin rasa....

Lupakan!

Karena sekarang, Taehyung hanya ingin menumpahkan semua air matanya di dada Jungkook. Mendengarkan irama detak jantung yang rasanya lebih menenangkan. Meski yang dia dengarkan adalah detakan dengan kecepatan tak normal.

Jungkook terus mengusap bahu Taehyung dalam usahanya menguatkan. Meski dia juga ingin menangis melihat Taehyung seperti ini. Namun sebagai penengah, dirinya tak boleh cengeng. Fighting, Kookie-ya!

For My Boy-[Kth×Jjk] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang