Black or White

664 55 66
                                    

.
.
.

Karena bergulir dengan waktu adalah hal yang cukup menyenangkan. Maka biarlah itu terjadi sekarang.

Pagi yang cerah menghiasi kota Seoul hari ini. Awan hanya terlihat bergurat di beberapa titik. Tak berjejak bagai lukisan di langit biru ini.

Seorang namja berlari dengan dua tas yang dia bawa di tangannya.

Masa Orientasi sekolah adalah masa terburuk baginya. Ditambah dengan sekarang yang merupakan hari pertama dia di SMA.

Sialnya, dia lupa memasang jam waker tepat waktu karena dia masih merasa kalau hari ini itu libur. Terlalu lama berlibur di Daegu membuatnya lupa akan sekolah. Sebetulnya namja itu masih haus akan liburan. Namun waktu berkata lain.

Karena hal itulah dia terlambat bangun dua puluh menit dari yang direncanakannya. Sehingga ini lah yang terjadi.

Dengan tergesa, dia berlari mengejar gerbang sekolah yang rasanya mulai menjauh dari dirinya. Entahlah. Rasanya jarak semakin memanjang disaat genting seperti ini.

Seburuk apapun dia, dirinya tak mau jika harus bermasalah di hari pertamanya.

Beruntunglah karena pak satpam mengizinkan dia masuk karena ternyata bel sudah berbunyi dua menit sebelumnya.

"Cepat, Dik! Upacara akan segera dimulai." Seru salah seorang kakak OSIS samping menggerakkan tangannya.

Lalu dengan segera dia berbaris di deretan murid baru lainnya. Dia asal saja. Karena dia juga belum mengenal satu pun, jadi tak apalah jika dia ikut baris.

"Namamu siapa?" Tanya namja di sebelahnya sambil menyodorkan tangan kanannya. Namja ini mau tak mau membalas jabat tangannya dengan cukup gugup.

"Kim Taehyung. Panggil saja Taehyung." Ucap namja bernama Taehyung itu dengan ramah.

"Kenalkan. Aku Park Jimin." Namja yang bisa disebut bantet itu berkata sambil tersenyum lebar, sehingga matanya tak terlihat. Tenggelam bersama pipi chubbynya.

Taehyung tersenyum. Orang ini lucu juga, fikirnya.

Upacara telah dimulai. Semua murid menjalankannya dengan tertib. Bersikap baik di hari pertama itu harus. Kesananya? Tak perlu difikirkan.

Salahkan Taehyung karena tadi pagi memilih tak sarapan. Karena sekarang sebuah kesakitan menjalar di kepalanya. Perutnya terasa meradang. Seperti terjadi gempa, rasa pusing membuatnya goyah.

Pandangan namja itu mulai mengabur. Seperti TV rusak. Begitu banyak kunang-kunang beterbangan di langit pagi ini. Mereka indah sekali. Dan Taehyung tak tahu lagi apa yang terjadi setelah kegelapan menutup matanya.
.
.

Entah dimana Taehyung berada sekarang, yang pasti tempatnya gelap dan Taehyung tak bisa melihat apapun disana.

Itu pasti.

"Aku dimana ini? Kenapa semuanya gelap? Apa aku mati? Hua, Tuhan,, aku belum mau mati. Dosaku masih terlalu banyak." Begitulah Taehyung merengek di dalam alam bawah sadarnya.

Namun secara samar, Taehyung bisa mendengar suara beberapa orang di sekitarnya. Tapi Taehyung tak tahu mereka dimana.

"Hei.. bangunlah... sudah dulu pingsannya."

"Kau jadi terluka kan? Jangan mudah terpancing emosi."

"Aish."

"Kau ini seperti mati. Susah sekali bangun. Apa perlu dipukul?"

For My Boy-[Kth×Jjk] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang