Duapuluh-Flower

783 68 67
                                    

.
.
.

Taehyung tengah terdiam. Memikirkan satu hal yang membuatnya resah. Aneh, gelisah, dan tak mengerti. Selalu saja seperti ini.

Namun dia juga berfikir, kenapa rasanya saat kehangatan itu menyelimuti meski di tengah dinginnya malam, dan dirinya bisa merasakan bagaimana rasa 'hangat' itu. Sejak,, sejak kapan?

Langit malam kali ini tidak secerah biasanya. Awan mendung masih menyelimutinya. Taehyung mendongkakkan wajahnya sambil memejamkan matanya. Kedua tangannya saling bertautan di atas paha yang menyimpan sebuah buku.

Tenang saja, itu bukan buku diary. Itu hanyalah buku matematika yang baru dia pelajari untuk ulangan besok.

Taehyung tersenyum, lagi, dengan mata yang masih menutup. Menikmati lirihnya ucapan alam tentang dirinya. Mungkin, karena itu tak dapat terjadi sungguhan. Hanya dalam kiasan seorang Taehyung yang mudah percaya.

Dan dirinya yang kadang bodoh akan kepercayaan itu.

Taman bunga di musim semi. Ya mungkin seperti itulah gambaran yang bisa digunakan untuk hati Taehyung saat ini. Dimana seluruh kuncup akan kesenangan bermekaran dengan bebasnya. Seolah sengaja mengundang lebah untuk menyerbukinya.

Mengundang lebah, atau perasaan lainnya yang akan membumbui seluruh bunganya itu? Senang? Atau justru sebaliknya? Entahlah, Taehyung pun tak tahu.

Ketika dia tertidur, seolah semua mimpi dengan berbagai jenis menghampirinya. Senang, sedih, menakutkan. Semuanya hadir. Bahkan satu dari sekian banyak mimpi juga membuat dirinya tak mengerti.

Di dunia yang sudah cukup malam ini, Taehyung kembali tersenyum dengan sebuah alasan yang membuatnya tahu,, bahwa mungkin dirinya sudah mulai aneh seperti jalan fikirannya.

Dan alasan itu pula yang membuat dia menggerutuki dirinya sendiri.

Jungkook.

Oh, betapa sialannya orang itu sehingga selalu hadir di fikiran Taehyung bahkan hampir setiap saat. Memang, tak dapat dipungkiri jika Taehyung juga cukup senang dibuatnya. Dan dia baru tahu jika memikirkan seseorang bisa membuat dia bahagia.

Taehyung masih tersenyum dengan mata yang berbinar saat melihat ikan-ikannya bergerak lincah.

"Eoh, Kau sedang apa, Taehyung?" Suara seorang yeoja telah sukses membuyarkan acaranya.

Taehyung menoleh dan kembali tersenyum saat melihat sang ibu disana. Nyonya Kim tersenyum lalu ikut duduk bersama Taehyung.

"Kau kenapa tersenyum hm? Kau sedang bahagia ya? Berceritalah, Tae. Beritahu Eomma apa yang membuatmu senang." Nyonya Kim tersenyum sambil mengusap sayang pipi Taehyung.

Namja itu menggeleng kecil. "Ah, Eomma ini. Aku tak apa. Aku hanya senang karena besok akan ada ulangan matematika. Dan Eomma tahu? Pelajarannya sangat sulit. Uh, aku bersemangat sekali." Taehyung berbicara penuh antusias, sedangkan sang ibu hanya mengernyit tak paham.

Bukan, dia paham sebetulnya. Hanya saja, jalan fikiran Taehyung itu sungguh membuatnya bingung.

"Ulangan pelajaran sulit, tapi kau sangat bersemangat? Tunggu, kau ini kenapa, Sayang?" Nyonya Kim langsung menempelkan punggung tangannya di kening Taehyung. Tapi dia sama sekali tak menemukan gejala demam disana. Yeoja itu menggeleng, lalu tertawa kecil.

"Eomma, aku boleh pergi dulu? Aku ingin bertemu teman-temanku sebentar. Aku janji tak akan pulang malam." Pinta Taehyung sambil memasang wajah memelasnya.

"Um,, bagaimana dengan ulanganmu? Kau tak akan belajar lagi?" Tanya nyonya Kim yang hanya dibalas kekehan kecil dari Taehyung.

"Belajarnya besok saja. Lebih mudah terserap saat 5 menit sebelum ulangan dimulai." Nyonya Kim menggeleng dan tertawa kecil. "Kau anak pintar. Tapi janji jangan pulang malam oke?" Taehyung mengangguk semangat lalu segera masuk dan bersiap.

For My Boy-[Kth×Jjk] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang