Jae menatap para tamu, hingga pandangannya berhenti pada wanita cantik bergaun merah,
Karina, pacarnya.
Yang sedang tersenyum menatapnya, membuatnya juga ikut tersenyum.
Tak jauh dari tempat Karina berdiri, ia menemukan wanita dengan gaun pengantin yang indah,
Nataya, istrinya.
Jae tidak buta, ia tahu Nataya tidak sedang melihat ke arahnya, ia mengikuti pandangannya,
Brian, wanita itu sedang menatap Brian yang berada di sebelahnya.
Jae tidak ambil pusing, ia memfokuskan diri ke dalam lagu yang sedang dibawakan.
Ia tahu setelah pesta ini selesai, hidupnya tidak akan sama lagi.
***
Pengantin baru itu bergandengan tangan masuk ke dalam kamar pengantinnya, setelah mengucapkan selamat malam pada Mami Johana, Nat dan Jae menutup pintu kamar mereka.
Mereka duduk diatas kasur yang sudah ditata sedemikian rupa untuk malam yang berarti ini. Jujur saja, pesta tadi menguras energi Nat dan Jae, tapi Nat juga tidak bisa berbohong, jantungnya saat ini seperti ingin melompat keluar.
Nat gugup, selain karna tangan Jae menggenggamnya dengan sangat erat, juga karena ini malam pertamanya sebagai seorang istri. Dan ia tahu apa yang biasanya dilakukan pengantin di malam pertamanya.
Iya, itu.
Nat mencoba mengatur deru napasnya sambil tetap menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya yang seperti kepiting rebus. Dinginnya AC hampir membuat Nat mengigil dengan gaun pengantinnya yang cukup terbuka itu.
Selama hampir 10 menit tidak ada yang bersuara, hingga Nat memberanikan diri mendongakkan kepalanya. Dan melihat jae sedang menatap layar ponselnya, baru saja ia ingin memanggilnya tapi Jae melepas genggaman tangan mereka.
Tanpa melihat kearah Nat, Jae bergegas untuk mandi.
Ia mungkin sudah sangat lelah, makanya tidak banyak bicara, pikir Nat.
Tak lama pintu kamar mandi terbuka dan keluarlah Jae dengan rambut agak basah dan tuxedonya yang telah diganti dengan pakaian kasual nya.
Nat memandangi Jae dengan tatapan bingung, bukannnya mereka sudah mau tidur? Untuk apa pakai pakaian kasual?
Jae mengambil dompet dan kunci mobilnya, melangkah ke pintu keluar. Nat bangkit dari duduknya.
"Gue rasa, lo udah cukup dewasa buat ngerti kalo pernikahan kita bukan pernikahan normal, right?" Ucap Jae tanpa berbalik.
"Di pernikahan tanpa cinta ini, cuma ada satu peraturan... " Jae mundur beberapa langkah untuk meraih kacamata hitamnya.
"Jangan. Pernah. Mencampuri. Urusan. Satu. Sama. Lain." Ujar Jae sambil memakai kacamata hitamnya.
"Oiya satu lagi, malem ini gue bolehin lo tidur di kasur, tapi selanjutnya.." Jae menunjuk sofa yang ada di samping lemari, "... itu tempat lo. Gue gasuka tidur sama orang yang ga gue kenal."
Jae menutup pintu kamar dan tinggallah Nat sendiri di kamar yang besar itu. Berdiri mematung sambil mencerna perkataan Jae tadi.
Nat terduduk lagi diatas kasur, meringis.
Memangnya apa yang ia harapkan?
Jae mau menikahinya saja, itu sudah cukup. Soal mencintai.. bagi Nat itu hanya bonus saja.
🌱🌱🌱
haiiiii omg apanih piyo udh lama bgt tidak update xixixi dan seperti biasa apdet tengah malem hshshs
maapqeun piyo yes yorobun:'
jgn lupa vomment sebagai bentuk apresiasi kepada penulis:)
oiya udah masuk bulan puasa nih,
nemu sungjin di tong sampah,
tolong maapin (piyo) kalo ada salah.
(sungjin stan plis jgn hujad aq xixi)see ya, next✨
p i y o🌱k a r e t d u a🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] karet dua • parkjae
Fanfiction[CEO6 Series #1] CEO tinggi, putih, badannya segaris, suka gitar, tapi mulutnya ber-karet dua, ya cuma dia. "Jaeeee, suapin." "Tangan lo lumpuh?" ©dapiyoo, 2019