Setelah keluar dari apart Karina, Jae tidak bisa menahan senyumnya, ia menelpon seseorang,
"Baby, we've made it."
***
Karina berbaring di kasurnya sambil membayangkan hal-hal apa saja yang akan ia lakukan dengan Jae. Pakaiannya pun sudah diganti dengan yang lebih terbuka dari sebelumnya.Senyumnya berkembang, akhirnya ia berhasil menaklukan Jae.
"Karina!" Itu suara Jae! Karina bergegas menghampiri Jae,
Tapi alangkah terkejutnya Karina, Jae tidak sendiri. Ada Nataya dan 3 pria berjaket kulit,
"Jacob, apa-apaan sih-" Kalimat Karina terpotong kala Jae memutarkan rekaman suara Karina tadi,
Segera, semua pengakuan serta niat-niat buruk Karina menggema di penjuru apartnya. Nataya menatap Karina dengan geram. Kalau saja disini hanya ada mereka berdua, mungkin Nat sudah mencabut beberapa helai rambut Karina dari akarnya.
Belum lagi pakaian Karina sekarang, siapa yang menciptakan pakaian kekurangan bahan seperti ini? Ini lebih pantas disebut kain daripada pakaian, memikirkan hal itu membuat Nat menggelengkan kepala.
Tunggu sebentar, apakah Jae sekarang sedang menatap Karina juga? Apa Jae sedang memperhatikan kulit Karina yang banyak terekspos itu?
Nat melirik ke Jae, dan tanpa diduga Jae sedang menatapnya intens. Nat salah tingkah saat mata mereka bertemu,
Suara rekaman Karina masih mendominasi. Nat bisa merasakan Jae masih menatapnya. Sial, kenapa dirinya jadi grogi seperti ini? Bahkan ia tidak bisa balas menatap mata Jae.
Setelah suara rekaman itu berakhir, Jackson, polisi tampan yang ternyata adalah teman Jacob ini, mulai membacakan pasal pasal yang menjerat Karina, saat kedua anak buahnya memborgol tangan Karina.
Karina tentu saja melawan, tapi dirinya yang masih syok tidak sebanding dengan kekuatan 2 polisi itu, ia dengan mudah digiring ke luar.
Karina melewati Jae, yang masih menatap Nat, "Tunggu," Jae bersuara,
Tanpa melepas pandangannya pada Nat, Jae menyerahkan mantel Karina yang tersampir di dekatnya, "Nih, di penjara dingin." Karina menerimanya dengan marah.
Nataya menatap kepergian Karina hingga hilang dari pandangannya. Tapi tatapan Jae tetap terpaku padanya,
"Ngapain sih ngeliatin sampe kaya gitu?"
"Daripada aku ngeliatin Karina mending liatin kamu, lebih menggoda." Jae tersenyum usil sedangkan Nataya menahan diri agar tidak blushing.
Tatapan Jae akhirnya terputus saat Jackson menepuk bahunya, "Thanks, Bro. Gue dapet tangkepan besar nih. Bisa melesat karir gue." Mereka berdua tertawa. Jae memberikan barang bukti kepada Jackson. Setelahnya, Jackson pamit menyusul anak buahnya,
Menyisakan Jae dan Nat di lorong mewah itu, Nat masih melipat tangan di dadanya sekaligus melipat wajahnya. Sedangkan Jae, setelah memastikan tidak ada orang lain, ia langsung meraih Nat dalam pelukannya.
Jae tidak bisa menggambarkan bagaimana semua beban bebannya luruh saat memeluk Nataya. Ini terlalu melegakan.
Belum lama ia merengkuh tubuh mungil Nat, yang di peluk justru meronta, berusaha melepaskan diri. Dengan pandangan bingung, Jae menatap Nat,
"Ngapain sih peluk-peluk! Peluk Karina aja sana!Kamu lebih milih dia daripada aku, kan?!" Nat meninggalkan Jae yang masih terkejut,
Jae segera mengejar Nat sebelum istri mungilnya memasuki lift,
"Yaya, tungguin aku! Waktu itu kan cuma akting, aku minta maaf! Yaya!" Jae berniat memasuki lift yang sama dengan Nat, tapi Nat mendorongnya,
"Tunggu lift selanjutnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] karet dua • parkjae
أدب الهواة[CEO6 Series #1] CEO tinggi, putih, badannya segaris, suka gitar, tapi mulutnya ber-karet dua, ya cuma dia. "Jaeeee, suapin." "Tangan lo lumpuh?" ©dapiyoo, 2019