K.D 24.0

8K 1K 364
                                    

Jae membuka pintu apartnya tak sabar. Segera setelah masuk, ia berlari ke kamarnya, membuka lemarinya.

Ia menatap isi lemari yang terlihat lebih sedikit,

Yaya-nya pergi lagi.

***
Jae bangun hanya untuk melihat sisi lain dari kasurnya kosong, yang belakangan ini menjadi pemandangan biasa baginya. Tidak ada lagi wajah cantik Nat yang biasa ia pandangi sebelum bangkit ke kamar mandi. Terhitung sudah lebih dari 30 hari Nataya pergi dari apart Jae.

Dan setiap pagi ia selalu membuka handphone-nya hanya untuk mengecek barangkali Nat mengiriminya pesan. Tapi selalu berakhir dengan helaan kecewa Jae.

'Aku pergi.' adalah pesan terakhir yang dikirim Nat untuknya, yang membuat Jae tergesa ke apart hanya untuk merasakan aura kehampaan melingkupi apartment nya.

Jae mengambil jasnya sendiri. Sebelum keluar, Jae menatap tas kerjanya yang tergeletak di ruang tengah. Biasanya, Nataya yang akan memberikan tas nya dan mengantarkannya hingga ke depan pintu apart.

Ah, Jae harus berhenti memikirkan Nataya.

Rutinitasnya juga berubah drastis, ia hampir selalu  pulang lebih dari jam 10 malam karena ia harus mampir ke apart Karina terlebih dahulu.

Ya, Jae akhirnya kembali dengan Karina. Tapi semuanya sudah tidak sama lagi, perasaannya pada wanita itu sudah menguap tak bersisa. Jae sebisa mungkin selalu menghindar dari segala godaan Karina.

Setelah pulang, pasti ia langsung masuk ke kamar tanpa melihat ke arah lain. Setiap sudut ruangan di apartnya mengingatkannya pada Nat. Terutama balkon. Jae lebih sering menatap bunga azalea yang ia beli untuk Nat.

Rindunya sudah mencapai puncak, saat ia secara tidak sadar pergi ke taman kota. Dan disanalah ia melihatnya, sosok yang paling dirindukan. Nataya terlihat sedang berbicara dengan seorang anak kecil, kadang diselingi dengan tawa.

Cantik.

Yaya-nya masih tetap cantik, secantik bunga yang sedang bersemi.

Sedang asyik melihat Nat dari kejauhan, pandangan Jae terhalang seorang pria yang membelakanginya. Jae mendecak,

Minggirlah, kau menghalangi pemandangan indah, bung!

Sesaat kemudian, pria itu menyingkir, lebih tepatnya duduk di sebelah Nataya. Jae bisa melihat secara jelas, siapa pria itu.

Raffael.

Rasa rindu yang baru saja terobati, mendadak berubah menjadi amarah yang mendidih. Bisa saja Jae menghampiri 2 insan yang sedang asyik menyantap es krim mereka dan meninju si pria dengan pukulan maut nya.

Tapi saat itu juga realita menamparnya, Nat sudah tidak berada dijangkauannya lagi.

***
"Tequila please, kamu mau apa, honey?"

"Cola," Jae menanggapi seadanya,

Karina menatap Jae tidak suka, manusia macam apa yang pesan cola di club? Tapi, Karina tidak membantah, ia sedang dalam masa kemenangannya, ia harus sabar menghadapi Jae.

Jae pun sedari tadi menunduk, pikirannya berkelana, akibat rindu yang terlalu dalam pada seseorang, kalian pasti tahu siapa.

Sebulan belakangan ini, Jae harus kembali ke suasana hingar bingar ini, suasana yang bahkan Jae sudah lupa. Jae harus menemani Karina di club hampir setiap malam.

Rutinitasnya yang dulu mulai kembali. Bedanya dulu ia melakukannya dengan senang hati. Tapi sekarang, bahkan hatinya pergi bersamaan dengan perginya Nataya.

[1] karet dua • parkjaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang