Nat termangu menatap satu-satunya pot bunga di balkonnya, itupun tertutup. Nataya selalu ingin membuat mini garden di balkon yang cukup luas ini, tapi sayangnya ia tidak bisa. Alasannya apalagi kalau bukan alergi serbuk sari milik suaminya.
Berbicara tentang suaminya, sudah beberapa hari ini apartment lengang. Bahkan saat weekend seperti ini pun, apartment ini tetap saja lengang. Suami jangkungnya itu sudah mulai bekerja, tidak sebagai penerus Mami tentu saja.
Setelah Jae mulai kerja, Nat hampir tidak pernah bertatap muka dengan Jae. Bagaimana tidak, Jae selalu berangkat gelap dan pulang gelap juga. Terkadang, Nat terbangun ditengah malam karna bau alkohol yang bersumber dari Jae terlalu menyengat.
Nat tersenyum kecut, ia bahkan sudah tidak terkejut lagi seperti awal pernikahan mereka. Nataya bangkit mengingat satu hal yang harus ia lakukan.
Menelpon Jae.
Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba tiba Mami Johana memberi tahu akan berkunjung siang ini-membuat Nat panik sekaligus takut. Panik karena sedari kemarin Jae belum pulang dan handphone-nya tidak bisa dihubungi, takut karena akan dicecar oleh berbagai pertanyaan oleh Mami.
Nat menghela napas kasar sebelum memutuskan menelpon, ia telah menelpon berkali-kali beberapa jam lalu. Nada tunggu berdering 5 kali sebelum digantikan oleh suara wanita yang familiar,
"Halo, jalang. Ada apa nelpon-nelpon pacar gue?"
Tahan, Nat, tahan.
"Tolong bilangin ke Jacob, Mami mau dateng siang ini. He better sit here with me, or you'll lose your money bag."
Terdengar umpatan dari seberang, "You better take back your words, you useless bitch. Do you remember what I've done to you before?"
Amarah Nat tiba tiba terpacu, "And do you remember what I've done to you after that? I'm your money bag, Karina. You'll never be able to get rid of me, you fool."
Hening, tidak ada balasan dari seberang.
Nataya menetralisir amarahnya, terdengar gumaman tidak jelas sebelum telepon diakhiri sepihak.
Nataya terpaku, apa tadi ia baru saja menang 'melawan' Karina?
***
Jae membungkuk, menyalami Mami. Nataya pun setelahnya.Mami menatap Jae dan Nat penuh selidik. Sedangkan, yang ditatap hanya tersenyum kaku. Mami akhirnya melangkah masuk, diikuti oleh kedua pasangan itu.
Nataya pergi ke dapur untuk membuatkan minuman, setelah semuanya terhidang diatas meja, Nataya duduk merapat ke Jae, kikuk. Jae pun merangkul Nataya.
"Nanti kita pura-pura harmonis depan Mami. Gue gamau Mami curiga."
Itulah mengapa sikap Jae ke Nataya berubah 180° derajat.
Mami menyesap tehnya, "Kalian.... udah makan siang?"
"Udah."
"Belum."
Jae dan Nat bertatapan, Mami pun ikut menatap dua orang di depannya ini. Jae lupa bahwa ia makan siang di tempat Karina tadi.
"Eh, m-maksud Jae udah makan siang... kemarin." Jae tertawa canggung, memperhatikan air muka Mami. Untuk mencairkan suasana, Nat juga ikut tertawa palsu, jadilah mereka berdua tertawa dengan suara yang aneh.
Mami Johana hanya menatap dua anaknya ini dengan tatapan aneh. "Jae, itu di baju kamu.... bekas lipstick?"
Jae gelagapan sambil mengecek bajunya, kemudian Karina muncul dalam pikirannya, Jae buru-buru mencari alasan,
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] karet dua • parkjae
Fanfiction[CEO6 Series #1] CEO tinggi, putih, badannya segaris, suka gitar, tapi mulutnya ber-karet dua, ya cuma dia. "Jaeeee, suapin." "Tangan lo lumpuh?" ©dapiyoo, 2019