Nataya membuka kulkas, mengambil botol air dingin dan segera meminumnya. Seketika badannya yang lelah sehabis jogging menjadi sedikit segar. Nataya segera menuju kamar mandi,
"Woi." Secara refleks Nataya menoleh, ternyata Jae. Dan ia keliatan agak marah. Ia yakin telah menaruh sarapannya di meja, apa yang membuatnya marah?
"Maksud lo apa, hah?" Jae berjalan menghampiri Nat, sedangkan Nat sedang memikirkan kesalahannya.
Jae terus mendekat, membuat Nat semakin panik. Ah! Pasti itu yang membuatnya marah!
Nataya merutuki kebodohannya, 2 langkah lagi Jae sampai di depan Nat. Nat menutup mata, mempersiapkan diri. Sepertinya, ia memang harus meminta maaf.
"Maafin gue, Jae! Gue janji gabakal foto lo pas tidur lagi! Abisan lo-nya lucu bgt, gue gatahan! Plis, maafin gue. G-gue apus sekarang juga!" Nataya merogoh handphone-nya di saku. "Nih, nih. Lo liat kan udah gue apus."
"What the hell?! How dare you, dwarf!" Jae syok. Nat bingung.
"Eh? Kalo lo marah bukan gegara itu, trus gara-gara apaan?" Menyadari kalau Jae marah karna hal lain, membuat pipi Nat memerah. Ia baru saja mengakui perbuatan bodohnya!
Dang it!
"Itu, bunga di balkon siapa yang naro?"
"Gue."
"LO MAU BUNUH GUE?" Nat tersentak, memang apa salahnya?
"Lah emang kenapa? Jangan bilang lo alergi bunga?"
"Uhuk iya uhuk." Jae menyamarkan jawabannya dengan batuk yang dibuat-buat.
Tawa Nataya meledak, "Minum alkohol hampir tiap malem, tapi alerginya ama bunga, pfftttt uhuk cemen uhuk."
Amarah Jae juga meledak, "Apa lo bilang tadi? Heh, kurcaci, jangan-" Ucapan Jae terpotong karena telepon jae berbunyi. Entah apa yang dikatakan penelpon tersebut hingga membuat Jae syok dan panic, tapi tetap ada semburat amarah yang terpancar dari matanya.
"Denger ya, plankton. Kalo lo mau hidup bahagia, singkirin tuh bunga. Jangan sampe tuh bunga gue taburin diatas kuburan lo, ngerti?" Lalu dengan terburu-buru Jae mengambil jaket dan kunci mobilnya dan pergi meninggalkan Nat, seperti biasa.
Yaamplop, aing dikatain plankton..
***
Nataya sudah menyusuri seluruh ruangan, tapi belum juga menemukan piring bekas sarapan Jae. Tersisa ruangan itu...
Studio Jae.
Nat menimbang-nimbang apakah akan masuk atau tidak, ini daerah privasi jae. Tapi, rasa penasaran Nat menang. Perlahan, Nat mendorong pintu itu dan masuk.
Nat mengedarkan pandangan, studio musik jae benar-benar keren. Dari yang Nat tahu, ini merupakan hadiah dari Mami untuk Jae. Ada banyak jenis gitar disana, dari mulai yang ukulele hingga gitar listrik. Nat tidak tahu kalau Jae secinta ini dengan gitar.
Kemudian Nat tersadar, tujuannya kesini ingin mencari piring. Ia mengedarkan pandangannya sekali lagi, hingga melihat piring itu tergeletak diatas meja beserta kertas-kertas yang berantakan.
Nat merapikan kertas-kertas itu dan membawa piringnya keluar. Lalu, menutup pintu studio Jae.
Nat sedang berjalan ke dapur saat mendengar suara host dari acara gossip yang cukup fenomenal itu,
"...model cantik asal negeri sakura yang sedang naik daun ini, dikabarkan sedang menjalin hubungan dengan crazy rich juga nih. Pria yang diketahui bernama Jacob Mailangkay, merupakan ahli waris dari salah satu perusahaan pelayaran terbesar di Asia Tenggara..."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] karet dua • parkjae
Fanfiction[CEO6 Series #1] CEO tinggi, putih, badannya segaris, suka gitar, tapi mulutnya ber-karet dua, ya cuma dia. "Jaeeee, suapin." "Tangan lo lumpuh?" ©dapiyoo, 2019