K.D 20.0

8.4K 1.1K 221
                                    

Jae membawa Nataya ke sebuah bangunan kecil di pelosok jalan. Ternyata itu adalah sebuah cafe. Aroma kopi menguar setelah pintu dibuka.

"Jae, wassup man." Pria tampan dengan kaos hitam menaruh serbet yang dia pegang, kemudian menghampiri Jae, bertos ala pria.

"Halo. Nataya, kan?" Pria tadi mulai beralih ke Nat.

Nataya mengangguk. Setelah dilihat lebih dekat, Nataya ingat pria ini pernah perform di pernikahannya. Itu berarti dia salah satu teman band-nya Jae.

"Ji, apa apaan sih, masa cafe ada tv? Lo kata ini warteg?" Jae entah kenapa komplain dengan kehadiran tv yang sebenarnya wajar-wajar saja.

"Bukan ide gue," Pria pemilik cafe itu menunjuk seseorang dengan dagunya, seorang wanita yang sedang mengelap etalase.

Jae dan Nataya mengikuti arah yang ditunjuk, kemudian Jae menggelengkan kepala, "Ck ck ck, masih aja bucin lo ya."

Nataya menatap pria tinggi di sisi nya, ga sadar diri ya, manusia satu ini?

Setelah memesan makanan beserta minuman, pemilik cafe yang tampan itu pamit kepada Jae dan Nat.

"Kabar tidak sedap datang dari seorang supermodel, Karina. Pernikahannya yang akan berlangsung beberapa hari lagi, disinyalir batal. Karina masih belum bisa diminta keterangan untuk saat ini..." Suara pembawa acara gossip itu mengalun keras di segala penjuru cafe,

Jae bisa merasakan Nat menatapnya, tapi Nat mengalihkan pandangannya saat Jae balik menatap. Terlihat sekali bahwa perempuan mungil ini takut.

Membuat Jae mengambil tangan Nat untuk digenggam, “Dont worry, I’d still choose you, no matter what. Wanna know why?”

“Why?”

“'Cause I am completely in love with you. I love you, okay?”

Oh tidak, jangan lagi.

Nat membeku, ia mulai bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Hati Nat menghangat, seiring dengan genggaman tangan Jae yang semakin erat. Nat merasa ia bisa saja meledak menjadi bunga-bunga, saat melihat tawa Jae yang lepas akibat melihat reaksi Nat.

Pipi merah, mata berbinar, bibir bawah yang bisa saja berdarah jika digigit lebih lama. Sebuah kombinasi yang cukup membuat Jae menggila. Akhirnya, Jae memilih tertawa sebagai upaya menutupi keinginan memeluk Nat.

Menggoda Nataya mulai menjadi kegiatan yang menyenangkan.

***
Malam hari, di balkon, Nat memandang bunga Daisy pemberian Brian yang mulai layu.

"Yaya, ngapain?" Jae muncul di pintu balkon, ia tidak bisa melangkah lebih jauh lagi, balkon adalah tempat terlarang baginya.

"Ini, bunganya layu."

"Trus? Beli lagi aja,"

"Bukan itu masalahnya, bunga ini dari Brian."

Ada rasa aneh ketika Nat menyebutkan nama sohibnya yang satu itu. "Kapan Brian ngasih bunga ke kamu?"

Nataya merasakan perubahan suara Jae, "Udah lama, kok."

"Dalam rangka apa?" Raut wajah Jae berubah dingin, seperti saat menginterogasi dirinya saat pulang berbelanja dengan Raffael.

"Gatau deh," Nat melengos ke dapur untuk menghindari hal-hal menjadi lebih buruk.

Gatau deh? fuck jawaban macam apa itu, Jae merengut dalam hati.

Nat tetap memikirkan bunga itu, ia khawatir dengan Brian. Diam-diam, Nat menelpon Brian. Benar dugaannya, Brian sedang dalam keadaan tidak baik. Jadi, ia mengajak Brian bertemu besok.

[1] karet dua • parkjaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang